Chapter 13: About Him

145 29 1
                                    

Bandung, Maret 2014

Sepi

Ya, itulah yang dirasakan seorang gadis berkulit putih pucat pada pagi hari ini. Seperti biasa, kesepian selalu melanda dirinya setiap fajar menyingsing. Sudah hampir seminggu ini ia hanya bisa berbaring tanpa bisa melakukan aktifitas favoritnya saat Sang Surya menjelang.

Netranya ia arahkan pada vas bunga yang bertengger di nakas sebelah pembaringannya. Cantik. Bunga warna warni didalamnya begitu cantik. Sudut bibir pucat itu tertarik mengingat seseorang yang selalu setia membawakan dirinya bunga-bunga indah tersebut.

Tokk toook~

Suara ketukan pintu kamar sedikit mengejutkan gadis tersebut. Sedikit demi sedikit ia berusaha untuk duduk dari posisi berbaring.

"Masuuuuk." titahnya pada sosok di luar kamar.

Hanya butuh sepersekian sekon, pintu kamar berderit. Tampak seorang pemuda tampan dengan balutan seragam sekolah SMA nya tengah berdiri di ambang pintu.

"Kak Hanbiin?"

"Haiii," sapa pemuda yang dipanggil Hanbin tersebut. Kakinya melangkah maju ke dalam kamar. Dihampirinya ranjang tempat si gadis berbaring.

Sebelumnya, ia menyempatkan diri untuk mengambil kursi di salah satu sudut ruangan dan meletakkannya tepat di sebelah ranjang. Bokongnya mendarat dengan nyaman pada benda yang menyerupai bentuk angka empat terbalik itu.

"Gimana kabar bidadariku hari ini? Udah enakan?"

Sang gadis terkekeh. Pipi yang merona merah sangat jelas terlihat kontras dengan kulitnya. Ia memang selalu begitu ketika mendengar panggilan tersebut keluar dari mulut Hanbin.

"Iyaa, aku udah baikan kok."

"Bohong ah ... itu kamu tambah pucet tau Yang," sahut Hanbin cepat. Tangan besar si lelaki kini telah mendarat di kepala gadis cantik tersebut, membelai lembut surai kecokelatannya.

"Iiih engga Kaak ... kan emang kulit aku putih," bantah si gadis. Bibirnya sudah mengerucut lucu.

Hanbin tertawa karena gemas pada ekspresi yang ditunjukkan gadisnya itu. "Makanya kamu cepet sehat. Makan yang banyak biar cepet sembuh."

"Iyaa iyaa Kak Hanbin ku sayaaaang. Aku makannya banyak terus kok. Nih liat aku gendutan kan?"

Hanbin melepaskan belaian di kepala sang gadis. Tangan itu berpindah mengelus-ngelus dagunya sendiri. Ia memindai dengan seksama tubuh gadis yang dua tahun lebih muda darinya. "Enggak ah ... kamu cantik kayak biasanya. Mau gendut atau kurus juga aku bakal tetep cinta."

Bluush

Lagi-lagi perkataan pemuda itu membuat si gadis tersipu malu.

"Kakak gombal terus deh," tandasnya. Ia menundukkan pandangan karena malu.

"Tapi seneng kaaan? Tuh liat mukanya udah kayak tomat gitu."

"Enggaaa!" Gadis yang duduk di kelas 1 SMA itu membuang muka. Kedua tangannya sudah terlipat di dada.

"Ciee malu," goda Hanbin ketika melihat sang gadis merajuk.

Hanbin berusaha mencubit pipi adik kelasnya tersebut. Namun, usahanya selalu gagal karena ditepis oleh tangan sang gadis. Merasa tak berhasil, akhirnya ia mengalihkan target kepada surai si gadis dan membelainya dengan sayang.

Gadis itu tersenyum, kakak kelas yang memiliki status sebagai kekasihnya ini selalu saja manis.

Kepalanya berbalik dan menatap lelakinya dengan senyum yang masih mengembang. Senyuman Hanbin jadi ikut terkembang karenanya.

You in My HeartWhere stories live. Discover now