Chapter 10: A Day with You

224 34 4
                                    

Minggu pagi ini, cuaca terlihat begitu cerah. Semesta seakan mendukung rencana dua insan yang akan menghabiskan waktu bersama.

Di dalam sebuah kamar kost, tampak tiga orang gadis sedang berkumpul di sana. Salah seorang di antaranya terlihat gugup. Ini adalah pertama kalinya ia pergi berdua saja dengan seorang lelaki. Berulang kali ia melihat pantulan bayangan dirinya di cermin.

"Udah kali ngaca nya. Lo itu udah cantik dari lahir, mau di apain juga tetep cantik," puji Jennie. Ia tersenyum melihat tingkah Sana.

"Duh sobat gue mau kencan, cantik banget. Jadi iri," celoteh Momo yang berusaha menggoda si gadis tersebut.

"Iiih Momo ... kencan apaan coba."

Sana merajuk pada kedua sahabatnya yang malah terus menggodanya, sama sekali tak membantu dirinya untuk menenangkan diri.

Sana meraih gadget nya di atas nakas. Sebuah pesan baru saja muncul.

Gue udah depan kosan lo, begitulah yang tertulis dalam sebuah notifikasi pesan yang muncul di layar.

"Sana berangkat dulu yaa, Hanbin udah di depan," ujar Sana mengumumkan. Ia meraih tas merahnya lalu bergegas keluar kamar.

Jennie hanya tersenyum melihat kepergian Sana.

"Lo yakin Jen ngebiarin Sana sama Hanbin?"

"Kita liat aja dulu ...."

Jennie menatap Momo lekat.

"Lagian ga mungkin kan kita kaya gini terus. Cepat atau lambat Sana butuh seorang cowok yang bakal jadi sandaran hidupnya, yang bakal jadi pendamping hidupnya," sambungnya lagi.

Momo tersenyum mendengar perkataan Jennie barusan.

"Lo bener banget ...."

Keduanya melepas kepergian Sana dengan senyuman.
.
.
.

Sana sudah berdiri di depan pagar rumah kostnya. Perlahan-lahan ia membuka pagar tersebut. Tampaklah seorang pemuda tampan tengah bersandar di samping mobil hitamnya.

Lelaki itu menegakkan tubuhnya ketika mendengar suara pagar dibuka. Ia mendongak.

Hanbin? Ko keliatan beda? Apa gara-gara rambutnya?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hanbin? Ko keliatan beda? Apa gara-gara rambutnya?

Pertanyaan itu muncul begitu saja di benak Sana. Ia terkesima dengan lelaki rupawan di hadapannya.

"Bin ... a-- ayo berangkat." Ia jadi semakin gugup karena Hanbin terus memerhatikannya.

Sang lelaki tersebut bungkam. Ia mematung, pandangannya tak lepas dari seorang Sana.

 Ia mematung, pandangannya tak lepas dari seorang Sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You in My HeartWhere stories live. Discover now