Chapter 16: Threat

197 28 6
                                    

A/N: Hai kalian yang udah nungguin kelanjutan cerita ini (emang ada ya? Ehhehe). ^_^

Mohon maaf ya kalo up nya sedikit ngaret. Kalo kalian perhatiin biasanya kan Senin, tapi karena akhir-akhir ini waktu nulis berkurang jadi agak telat. Sebelumnya malah bisa dua kali seminggu Senin & Kamis. Makin kesini makin hectic soalnya sama urusan perduniawian. Huhuuu T_T

Langsung aja deh, semoga makin kesana ga mengecewakan kalian yaa ff ini

Enjoy and happy reading ^_^

____________________________________

Tenang dan begitu damai. Itulah dua kata sebagai gambaran dari suasana ruangan besar yang dipenuhi oleh rak-rak besar sejauh mata memandang. Buku-buku yang mengisi tiap bagian rak disusun sedemikian rupa hingga terlihat rapih dan begitu cantik. Pot besar berisi tanaman hias dapat ditemukan juga di tiap sudut ruangan. Kesan nyaman nan sempurna bagi yang datang ke sana untuk membaca atau mengerjakan tugas-tugas.

Beberapa gelintir mahasiswa tampak mengisi meja panjang dan kursi yang disediakan di ruangan tersebut. Ada yang berkonsentrasi membaca, ada pula yang sibuk berkutat dengan laptopnya. Di antara sosok-sosok itu, hadir seorang dara manis yang duduk dengan anggunnya.

Gadis dalam balutan blouse abu tersebut begitu serius pada buku di hadapannya. Bola mata cokelatnya bergerak ke kiri dan kanan, mengabsen setiap kata yang tercetak di situ. Bibir cherry nya yang menggoda melafalkan ejaan tanpa suara. Sesekali jari lentiknya membalik tiap helai halaman yang telah selesai dibaca.

Sejak 10 menit yang lalu, seorang pemuda tampan duduk tenang di samping sang dara. Bisa jadi karena terlau larut dalam buku bacaan, si gadis tak menyadari keberadaannya. Dengan sebelah tangan di meja menopang dagu, dirinya duduk diam mengagumi paras elok sang gadis tanpa ada niat mengganggu.

Merasa sedikit pegal, gadis yang dikenal sebagai salah satu mahasiswi tercantik di kampus tersebut meregangkan tubuhnya. Tanpa sengaja, sudut matanya samar-samar melihat sang lelaki tadi. Akhirnya ia sadar tengah diperhatikan dan berpaling ke sisi kanannya. "Ehh H-- Hanbin?"

"Hai cewek." Senyum dari bibir si pemuda langsung menyambut dirinya. Ya, senyum itu. Senyum yang sudah berminggu-minggu ia rindukan dan hari ini kembali menyapanya di perpustakaan kampus.

"Sejak kapan di sini? Kok Sana baru liat?"

Helaan berat terdengar keluar dari rongga pernafasan lelaki rupawan itu. "Daritadi," tuturnya singkat.

"Gimana mau liat, lo nya aja sibuk liatin buku mulu," lanjut Hanbin lagi yang tak bergeming masih dalam posisi sama. Bibir cerahnya menyabit lebar dari telinga ke telinga.

Mendengar penuturan dari si pemuda, Sana terkekeh pelan. Ia sedikit memilin-milin ujung rambut kecokelatannya. Jika sudah dipertemukan dengan buku, dirinya memang sering seperti itu. Lupa waktu dan keadaan di sekitar. Membaca memang salah satu hobinya selain dance.

Sebuah gerakan cepat tak diduga membuat wajah Hanbin sudah berada tepat di hadapan Sana sembari bertanya dengan nada yang seduktif, "Bukunya lebih ganteng dari gue ya sampai ga ngedip gitu bacanya?"

"Ehh e-- engga git ... tuu," ungkap Sana cepat dan sedikit panik. Nada bicara si gadis terdengar melemah diakhir saat ia sadar hanya ada jarak satu kepalan tangan saja memisahkan fitur menawan keduanya. Mereka bersitatap dalam diam, saling menyelami hati masing-masing melalui kontak mata, saling menikmati kreasi ciptaan Tuhan yang begitu indah.

You in My HeartWhere stories live. Discover now