Chapter 15: His Decision

186 28 1
                                    

Sana baru saja mengembalikan kotak obat yang tadi ia gunakan mengobati luka Hanbin. Setelah mengucapkan terima kasih pada panitia, dirinya langsung menuju pintu keluar gedung gymnasium yang besar tersebut.

Gadis itu terdiam sejenak di dekat pintu keluar. Ia tampak masih menunggu Hanbin. Namun, tiba-tiba saja ada yang menepuk pundaknya pelan.

"Nah kan ketemu lagi."

Suara itu bukan seperti seorang Hanbin yang sering ia dengar, namun terkesan familiar. Ia merasa pernah mendengarnya di suatu tempat.

Sosok sang pemilik suara muncul di hadapannya. Benar dugaan Sana, itu adalah lelaki yang tadi di kantin sempat terlibat insiden dengannya. "Aah kamu ...."

Memory not found. Begitulah sekiranya pop out text yang muncul di mesin pencarian kepalanya ketika berusaha mengenali pemuda itu.

"Yoyo, masa lupa sih," sahut sang pemuda ketika ia melihat si gadis kesulitan mengingat namanya.

"Ooh iya Yoyo, maaf Sana lupa."

"It's okay." Yoyo menampilkan senyum menawannya pada Sana, membuat gadis itu sedikit kikuk.

"Kenapa sendirian?"

"Gapapa," jawab Sana singkat.

"Lagi nungguin orang?"

Gadis tersebut hanya mengangguk.

"Mau gue temenin?"

Sana menatap Yoyo ragu. Ia balik bertanya, "Emang Yoyo ga ada kesibukkan?"

"Gue nyantai ko," pungkas si pemuda mantap.

Ada secuil rasa canggung yang menerpa gadis penyuka yoghurt smoothie itu. Netra cokelatnya berkeliaran ke sembarang arah.

"Mmm ... Yoyo anak Fakultas mana?" tanya si gadis coba menetralkan kecanggungannya.

"Gue anak Fikom ... Sana FISIP kan?" Yoyo balik bertanya.

Kening si gadis berkulit putih mengernyit. Dirinya memandang pemuda tersebut heran. Ia cukup bertanya-tanya bagaimana bisa pemuda itu mengetahui asal usulnya.

Lelaki Fikom terkekeh. Seperti halnya seorang pembaca pikiran, ia berkata, "Gue pernah liat lo tampil pas modern dance."

Bibir terbalut lip gloss berwarna hot pink milik sang dancer FISIP membulat tanpa suara.

"Lo keren banget waktu tampil di kompetisi itu."

Sana mengulas senyumnya. Ia mengapresiasi kejujuran dari mata Yoyo yang tulus memuji. "Makasih."

"Sayaaang maaf lama, yuk pulang."

Suara yang sangat Sana hafal menyela obrolan singkatnya bersama Yoyo. Bersamaan dengan suara lembut yang ia dengar, sebuah tangan besar menggenggam jemarinya. Jari-jari dari tangan itu menerobos masuk disela-sela jari mungilnya seakan mengunci genggaman tersebut erat.

Apa katanya? Sayang?

Jantungnya seakan-akan hendak melompat keluar. Ditambah lagi genggaman tangan kuat dari Hanbin. Untuk sesaat, kesadaran Sana seperti menghilang.

Hanbin dan Yoyo tengah berbincang. Namun, semuanya mendadak tak terdengar jelas di telinga Sana.

"Iyaa, Sana ini cewek gue."

DEG

Sepotong pernyataan Hanbin di antara percakapannya dengan Yoyo yang mampu ia dengar membuat hatinya jadi kian bergetar. Jantungnya semakin berdetak cepat. Tiba-tiba ia seperti kesulitan menghirup oksigen.

You in My HeartWhere stories live. Discover now