Chapter 19: Found Out

164 29 2
                                    

"Gimana kakak-kakak? Sukses?" tanya seseorang dengan surai kemerahan yang melambai diterpa angin. Ia menatap penuh harap pada dua gadis lain di hadapannya.

Kedua sosok tersebut melepas masker yang mereka kenakan bersamaan. Senyum yang menampilkan deretan gigi putih nan rapih terpampang di bibir salah satu gadis berambut cokelat terkuncir. Ia mengacungkan dua jempol seraya berkata, "Sukses besar."

"Cewek ganjen satu itu ga akan berani lagi deket-deket Hanbin," timpal gadis lainnya yang mengenakan kaus hitam berlapis cardigan putih. Ia tampak sibuk merapihkan helaian rambut hitam dengan highlight cokelat panjangnya yang tersibak oleh hembusan angin cukup kuat.

Sang gadis merasa puas dengan jawaban kedua figur yang disinyalir merupakan kakak tingkatnya. Senyuman lebar menghiasi bibir si mahasiswi angkatan 15. Ia berpikir separuh rencananya telah berjalan cukup mulus. Dengan mudah dirinya bisa mempengaruhi gadis-gadis tersebut agar melakukan hal keji terhadap Sana. Apa yang mereka lakukan sebenarnya di luar batas dan ekspektasi, tapi justru lebih baik dari dugaan.

Sejatinya, ia hanya memantik api kecemburuan mahasiswi lain yang menaruh hati pada lelaki populer bernama Hanbin. Cukup dengan membeberkan cerita yang sedikit didramatisir mengenai kedekatan Hanbin dan Sana maka terjadilah semua ini. So, dirinya tak perlu repot buang tenaga untuk menyingkirkan si gadis pengganggu. Selain itu, jika kejadian ini diketahui pun, ia tidak akan menjadi tersangka bukan?

Sekarang, yang perlu ia lakukan tinggal menemukan jalan guna mendekatkan dirinya pada Hanbin. Tentu saja sebuah cara telah terlintas dalam benaknya. Suatu ide yang bisa membuat upayanya memiliki lelaki idaman berhasil tanpa menarik atensi khalayak.

Seiring langkah ketiganya menyusuri koridor, bibir si gadis berbintang Aquarius tanpa lelah menyunggingkan senyum. Hari ini membuatnya sangat bahagia. Ia optimis dan bisa dengan jelas membayangkan ketika seluruh strateginya ke depan bakal menemui kesuksesan.

Cerdik ... gue memang bener-bener cerdik.

💑💑💑💑

"Duh, Sana mana deh?!" Momo menggerutu. Wajahnya telihat cemas dan sedikit kesal. Bisa-bisanya gadis yang ia sebut tadi menghilang tanpa memberi kabar. Sang gadis asli negeri matahari terbit melihat jam digital di ponsel pintar dalam genggaman yang bertuliskan angka 17:26. "Udah jam segini juga, ke mana sih tuh anak?"

Seakan enggan membuka mulut, Jennie terdiam tak merespon perkataan Momo barusan. Gadis yang terkesan gahar namun menggoda tersebut larut dalam isi pikirannya.

Tak jauh berbeda dengan sang dancer handal, Jennie juga agak waswas. Ketika ia kembali dari kantin bersama Momo, keduanya hanya mendapati ruangan yang kosong. Hanya ada tas milik Sana yang tergeletak. Jika barangnya masih ada, sudah pasti si squirell satu itu akan kembali dan tak pergi lama kan? Nyatanya, mereka sudah menunggu lebih dari satu jam.

Sepengetahuan Jennie, di waktu sesore ini, sudah jarang aktifitas mahasiswa atau bahkan dosen di kampus mereka. Seratus persen dirinya yakin bahwa Sana tidak akan mendapat panggilan dari dosen seperti sebelumnya. Ada kegiatan di UKM lain? Hanya COPA satu-satunya kegiatan non-akademik yang diikuti Sana. Hanbin? Batang hidungnya pun tak terlihat sama sekali sedari tadi.

"Santai kali lo berdua," celoteh Ten dengan entengnya. Ia coba menenangkan dua gadis yang terlihat khawatir melalui kata-katanya. "Sana kan bukan anak kecil yang bakal nyasar ga tau jalan pulang."

Sontak sorot tajam tiga pasang mata yang ada di sana terarah pada Wong Palembang. Mereka meragukan keabsahan opini dari pemuda itu. Bukan tak percaya atau berpikiran negatif, ini Sana yang sedang diperbincangkan. Gadis ceroboh serta polos yang kadang hilang arah.

You in My HeartOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz