F I V E

1.4K 180 34
                                    

Detik jam terus berlalu, hingga tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 01.15 dini hari yang artinya sudah dua jam Vasheena berada di dalam ruang operasi bersama bayinya. Sementara di luar ruang operasi, Brian tidak henti-hentinya mencemaskan keadaan anaknya yang sedang dilahirkan oleh Vas.

"Sudah dua jam, operasi Vas belum selesai juga "

"Tenang Brian, kamu tetap berdoa ya semoga semuanya baik-baik dan lancar semua. Sehat ibu dan anaknya " tenang Bu Terry, ibu kandung Vas yang tidak lain adalah mertua Brian

Masih belum ada tanda-tanda operasi selesai dari dalam sana membuat semua orang semakin cemas. Hingga akhirnya 15 menit berlalu dan keluarlah seorang dokter yang menangani operasi tersebut.

"Keluarga Ibu Vasheena"

"Iya saya dok, saya suaminya. Gimana keadaan bayi saya dan ibunya?" ucap Brian panik

"Keadaan bayi bapak dan ibu kondisinya sedikit kurang stabil tapi itu akan segera ditangani oleh dokter anak dan bisa dipastikan akan segera membaik. Sekarang yang menjadi concern kami adalah kondisi sang ibu yang terus menurun " jelas dokter tersebut

"Menurun bagaimana dok?"

Mata dan kepala Brian mulai memanas mengetahui kondisi Vas di dalam sana, rasa khawatirnya begitu besar terhadap Vas. Bagaimana pun juga saat ini bayi mereka butuh Vas, ibunya.

"Saat ini kondisi Bu Vasheena sedang dalam keadaan tidak sadarkan diri atau koma "

Brian dan keluarga lain yang mendengar ucapan dokter tersebut bak disambar petir di siang hari. Ibu dari Vas langsung meraung menangis mendengar kabar putrinya mengalami koma. Sementara Brian, tidak tahu harus berbicara dan berbuat seperti apa.

"Saya akan jelaskan lebih lanjut di ruangan saya, jadi bapak bisa ikut saya ke dalam ya " ajak dokter tersebut

Di dalam ruangan, dokter menjelaskan secara detail penyebab Vas mengalami koma. Dada Brian terasa seperti ditikam dengan belati saat mendengarnya.

"Kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan istri anda, tapi balik lagi kita serahkan semua hasilnya kepada kehendak Tuhan ya Pak "

"Lakukan apapun yang terbaik untuk Vas dok. Anak saya butuh ibunya " tegas Brian

Dokter pun menganggukan kepalanya pertanda setuju dan dengan segera Brian keluar dari ruangan dokter untuk menuju kamar bayi tempat bayinya sedang dimandikan oleh suster.

"Brian, lihat itu anak kamu. Ganteng sekali ya, bule juga persis seperti Vas waktu masih bayi" ucap Bu Terry lirih

Brian pun memeluk ibu mertuanya tersebut untuk memberikan ketenangan, padahal jauh di dalam hatinya dia sangat kalut. Ada dua nyawa yang sedang berjuang di dalam ruangan yang berbeda. Dua nyawa yang saat ini menjadi energi untuk kehidupannya.

"Ayah dari bayi Ibu Vasheena bisa masuk ke dalam ya" ucap suster yang berada di depan pintu ruang bayi tersebut

Brian dengan segera melangkahkan kaki masuk ke dalam ruangan tersebut dan membersihkan tangan dan memakai baju steril sebelum melihat bayinya tersebut. Matanya tertuju pada sosok bayi laki-laki mungil, berkulit putih dan berpipi merah yang sedang berada di atas ranjang bayi dan hanya menggunakan popok.

"Pak, ini anaknya ya. Kondisinya tadi saat lahir kurang stabil cuma sudah ditangani dan sekarang kondisinya sudah jauh lebih membaik tapi tetap harus dalam penanganan yang intensif nantinya" jelas suster tersebut

Brian hanya terdiam memandangi bayi mungilnya. Tanpa terasa air matanya menetes dari pelupuk matanya. Ada perasaan bahagia yang tak terkira melihat putranya sudah lahir, tapi ada perasaan sedih yang tak bisa dipungkiri melihat bayi mungilnya ini. Harusnya saat ini bayinya sedang dalam pelukan ibunya tapi keadaan memaksa mereka untuk berpisah sejenak.

"Semuanya sempurna ya pak, jari-jarinya. Untuk berat nya 2,7 kilogram dan tingginya 49 sentimeter ya" ucap suster meleburkan lamunannya

"Boleh saya gendong sus?"

"Boleh pak"

Suster pun memberikan bayi tersebut dalam dekapan Brian. Hatinya terasa sangat hangat dan damai memeluk anaknya, rasanya seperti memeluk surga. Jarinya dengan perlahan mengelus pipi mungil jagoan kecil itu, halus dan lembut seperti kapas. Senyum pun mulai mengembang di pipi Brian.

"Tumbuh besar dan baik anakku, suatu saat nanti kamu akan bahagiakan banyak hati " bisiknya ditelinga jagoan kecilnya itu

"Kalau boleh tau siapa nama anaknya pak?"

"Ryo, Ryo Alfredo " jawabnya

[•🖍️•]

Perut yang semakin membuncit dari hari ke hari, membuat Vas semakin merasa berat untuk melakukan aktivitasnya. Ditambah lagi dengan tendangan-tendangan yang diberikan oleh bayi mungil di dalam perutnya.

" Awww, pelan-pelan nak nendangnya. Kamu lagi kesenangan ya di dalam sana?" ucap Vas sambil tersenyum dan mengelus perutnya

Seolah mengerti ucapan ibunya, bayi di dalam perut itu pun berhenti menendang-nendang ibunya. Brian yang melihat itu pun hanya tersenyum kepada dua makhluk penghuni hatinya saat ini.

"Sayang, menurut hasil USG kan anak kita laki-laki. Kamu udah ada ide belum mau kasih nama siapa?" tanya Vas

"Jujur belum. Tapi kalau kamu sudah ada nama yang menurut kamu bagus, pakai nama itu aja" jawab Brian

"Ada, aku sudah ada siapin nama untuk bayi mungil ini" ucapnya seraya mengelus kembali perut buncitnya.

"Aku mau namain anak kita Ryo, Ryo Alfredo" sambungnya

" Ryo? "

"Iya Ryo. Ryo itu artinya keteguhan dan kebijaksanaan. Supaya nanti anak kita tumbuh jadi anak yang punya pendirian teguh dan sifat yang bijaksana" jelas Vas

Brian hanya tersenyum mendengar ucapan Vas. Baginya kini hidupnya mulai tertata sempurna. Sudah 8 bulan Vas dan bayi kecil di dalam perutnya mengisi hari-harinya kini. Banyak harapan yang ia sematkan dalam doanya setiap malam untuk keluarga kecilnya ini.

[•🖍️•]

"Papa belum bobo?" ucap Ryo meleburkan lamunan Brian

"Belum" jawabnya sambil melihat ke arah anaknya

"Papa, Lyo kok belum ketemu mama juga ya? Padahal Lyo mau celita sama mama kalau Lyo tadi ketemu tante Sen" ucapnya dengan polos

Brian hanya bisa terdiam mendengar ucapan putranya itu. Dia bingung harus menjawab apa atas pertanyaan kritis putranya itu.

"Tante Sen baik ya pa"

"Pa, Lyo kangen banget sama mama, tapi mama belum mau ketemu Lyo"

"Lyo mau beldoa lagi sama Tuhan, bial mama Lyo mau ketemu sama Lyo" ucapnya lagi

"Ryo, tidur sekarang. Sudah malam" ucap Brian dengan nada cukup tinggi.

Ucapan itu berhasil membuat Ryo terdiam karena kaget dan takut. Belum pernah di empat tahun hidupnya dia melihat sikap ayahnya seperti sekarang saat dia membicarakan ibunya.

" Dia terlalu rindu sama kamu Vas, datanglah sesekali ke mimpi dia malam ini, malam ini saja " batin Brian

🍒🍒

I hope you guys, enjoy to read this story ♥️

Vote dan comment jangan lupa ditinggalin jejaknya ya

See youuuu 🧚

KITA YANG TAK SAMAWhere stories live. Discover now