Bab 1

54 9 2
                                    


Kasus-kasus besar mulai bermunculan di Helipam. Penculikan, perdagangan manusia, lelang illegal bahkan sampai pembunuhan. Kejahatan yang mengambil hak asasi manusia, dimana pelaku yang tertangkap dan diadili pun tidak membawa keadilan bagi korbannya. Wilayah dengan tingkat keamanan terbaik tidak menjamin hal di dalamnya bersih.

Kedamaian yang diciptakan dan dijaga para petinggi Heliparm tidak berlangsung lama. Satuan khusus yang dibentuk langsung oleh menteri pertahanan Heliparm tidak bisa berkutik. Kasus kali ini bukan hanya membuat masyarakat takut.

Rexon Krovic menatap layar tablet pc. Wajahnya terlihat serius sambil mendengarkan penjelasan yang disampaikan melalui alat komunikasi wireless di telinga. Saat layar menunjukan foto lokasi tempat kejadian perkara (TKP), Rexon mengusap dagu dengan ibu jari dan telunjuknya.

"Menarik," gumam Rexon.

Rexon pikir ia akan mendapat respon dari rekannya yang sedang mengemudikan mobil. Namun, beberapa menit berlalu hanya deru mesin mobil dan suara ac yang menemani mereka.

"Kenapa kau menatapku?"

Rexon menghela napas mendapat pertanyaan yang terdengar dingin. Dia terlihat lebih muda dari Rexon, tapi suaranya lebih berat dan serak.

"Apa aku harus memberikan alasan untuk memperhatikan anggotaku?" Rexon kembali membaca laporan di tablet pc. "Kasus kali ini menarik. Setelah beberapa waktu, satuan khusus akhirnya turun tangan untuk meringkus penjahat kelas kakap." Rexon mengutarakan pendapatnya dengan senyum di wajah.

"Kenapa kau terlihat senang?"

Alf Belkan, pemuda berambut hitam itu melirik singkat ke arah Rexon. Kedatangannya beberapa bulan lalu ke dalam tim Rexon telah membuat beberapa perubahan dalam tim ini. Sesuatu yang tidak bisa ditemukan Rexon dari partner-partner sebelumnya.

"Tentu saja karena kita akan menangkap penjahat yang berkeliaran di Heliparm. Akan kubawa keadilan padanya."

"Maksudmu hukum?"

Salah satu sudut bibir Rexon tertarik bersama dengan hembusan napas halus, "Tentu saja. Mereka harus membayar perbuatan yang telah dilakukan. Merenggut nyawa tak bersalah bukanlah perkara kecil."

Alf tersenyum tipis nyaris tak terlihat. Bagian perut atasnya terasa tergelitik mendengar kalimat terakhir yang dituturkan Rexon. Ia memutar kemudi hingga mobil berbelok tajam ke kanan. Di jarak 100 meter, Rexon dan Alf sudah bisa melihat keramaian para pemburu berita. Rexon mematikan tablet pc lalu menghubungi dua orang rekannya yang berada di markas untuk menyusul ke lokasi.

Rexon menghela napas menyalurkan energi semangat, sedangkan ekspresi bagai seorang binatang pemburu yang terkapkap oleh Alf. Di awal kehadirannya, Alf sering kali mengernyit tapi sekarang ia sudah terbiasa. Pemuda itu menantikan bagaimana mereka akan mengakhiri kasus kali ini.

()()()

Serbuan wartawan mengerumuni Rexon dan Alf yang baru membuka pintu mobil. Rentetan pertanyaan membuat telinga Rexon pengang, kelopak matanya menutup beberapa kali membiasakan kilatan cahaya dari kamera yang memotret. Rexon hanya memberikan senyum kepada para media yang dijaga kepolisian setempat hingga memberinya ruang untuk pergi.

Rexon disambut petugas keamanan sekitar Distrik Dua saat tiba di depan rumah bergaya Eropa abad ke-delapan belas, berlantai dua. Setelah mendengar penjelasan singkat atas penyelidikan awal, Rexon meminta kepolisian yang bertanggung jawab untuk pergi membawa rekan-rekannya. Tak lupa ia meminta untuk menjaga agar tidak ada seorang pun boleh masuk selain rekannya yang akan menyusul dan tim forensik.

Find The SinnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang