Bab 3

12 6 0
                                    


"Oh? Kalian sudah datang rupanya."

Zack berbicara di ambang pintu kaca buram yang membuka otomatis dengan id-card. Ia berjalan dengan dagu terangkat dan postur tubuh tegap memasuki ruang meeting khusus untuk membahas hasil autopsi dengan pihak kepolisian, Dalam hal ini, tim Rexon yang merupakan satuan khusus di luar unit kepolisian mengambil alih kasus tersebut.

Di atas meja, Zack menjejerkan lembaran foto tubuh Federic saat dilakukan autopsi kemarin. Ada hal yang ingin Zack pastikan sebelum ia membuat laporan kematian Federic yang menurutnya unik.

"Kalian bisa lihat, ini tampak depan tubuh korban, dari dada sampai tulang kering penuh dengan luka sayatan yang beberapa sudah mengering dan sebagian baru dibuat saat korban sudah meninggal. Lalu ini," Zack menaruh beberapa lembar foto lagi yang disimpan di tangan kirinya. "Ini tampak belakang tubuh korban. Luka bakar akibat timah panas. Panjang dan bentuk lukanya sama jadi bisa diasumsikan pelaku menggunakan alat yang sama dan menempelkan ke punggung korban berulang kali," terang Zack.

Alf dan Rexon mendekat, berdiri di samping kanan Zack, sedangkan Teus berdiri di sisi kirinya. Alf berdiri sambil melipat tangan di depan dada, menatap deretan foto yang tidak layak tayang di media. Matanya memperhatikan dengan lekat satu foto yang diambil dari atas menampilkan punggung korban dengan luka yang diposisikan tegak lurus di atas meja. Rexon menyambar foto tersebut dan memperhatikannya dari dekat.

"Luka yang kira-kira seukuran telunjuk orang dewasa dan berbentuk lingkaran sebesar koin di punggung ini, bukankah terlihat aneh?" Rexon memegang foto tersebut dalam posisi tegak.

Ada tiga baris ke samping yang terbentuk dari kanan ke kiri, baris pertama terdiri dari sepuluh garis luka seukuran telunjuk; baris kedua terdiri dari campuran luka garis dan titik berjumlah sepuluh; dan baris ketiga semua lukanya adalah titik dengan jumlah yang sama dengan dua baris sebelumnya.

Zack mengintip dari balik punggung Rexon. Dagunya sengaja disandarkan ke bahu pria bertubuh atletis itu sambil ikut melihat foto yang dipegang tangan kanan Rexon. Rexon hanya pasrah saat dokter berusia kepala tiga itu mulai usil padanya. Terakhir kali Rexon menanggapi kelakuan Zack yang seperti ini, dia hampir membuat lubang di papan kaca bening di belakang mereka. Papan tersebut berfungsi sebagai pengganti proyektor saat menampilkan data untuk dipresentasikan. Beruntung, Teus dan Robert ada di sana dan menghentikannya.

Zack mulai mengeluarkan suara gumam yang terdengar manja. Dalam satu ruangan itu hanya ada mereka berlima. Rexon melirik Zack sebal lalu memejamkan mata sambil menarik napas panjang, menahan agar tangan kirinya agar tidak membuat bentuk mata sipitnya membengkak, wajah lonjong itu terdapat warna biru keunguan, dan iris cokelat tuanya bercampur garis merah halus.

Zack tidak bisa menahan tawanya saat menangkap ekspresi Rexon. Ia melangkah mundur sambil tertawa.

"Haaah ... jika kau tanya dari sisiku, maka jawabannya iya. Beberapa luka di tubuh korban memang aneh, seperti yang sudah kupaparkan. Aku hanya bisa mengasumsikan benda yang bisa membuat luka seperti di gambar, lalu penyebab kematian adalah luka tusuk yang di punggungnya itu." Zack menunjuk foto yang di pegang Rexon saat tawanya mereda.

"Maksudmu ...." Rexon tidak bisa melanjutkan kalimatnya.

Alf yang sejak tadi mengamati akhirnya membuka suara. "Maksud Anda, bekas luka berbentuk lingkaran itu akibat timah panas yang runcing menusuk punggung korban?" Alf menatap Zack tanpa ekspresi, berbeda dengan nada suaranya yang skeptis.

Zack terengah atas pertanyaan Alf yang seperti pernyataan pada pendengarannya. Dia pun tidak dapat menyangkal ucapan Alf.

"Benar, Bocah. Kau pintar juga, ya. Jadi hanya ini yang bisa aku bagikan kepada kalian. Kuserahkan padamu untuk mencari barang bukti agar hipotesisku kuat, maka tugasku selesai." Zack menyengir seraya melirik ke Rexon.

Find The SinnerWhere stories live. Discover now