Bab 15

9 0 0
                                    


"Sama seperti malam-malam sebelumnya." Robert bergumam sendiri sambil menatap gedung berlantai dua puluh melalui kaca depan mobil. Apartemen itu terlihat elegan dengan desain yang unik. Kaca jendela yang menghadap ke luar ditempatkan zig-zag dan dindingnya di beberapa bagian dibangun agak sedikit menojol menimbulkan kesan mozaik.

Sementara Alf di sampingnya sedang memperhatikan lingkungan sekitar tempat Robert memarkir mobil. Taman yang menyediakan parkir gratis bagi penghuni sekitar apartemen. Jarak taman ini tidak begitu jauh dari pintu masuk apartemen. Cukup membantu dirinya memantau apabila Tiara terlihat keluar atau ada sosok yang mereka kenali datang.

"Kau tidak bisa mencari tempat yang lebih terang?" protes Robert sambil menoleh pada Alf yang terlihat merenung. Kedua tangan Alf menyilang di atas kemudi dan dagunya bertumpu pada lengan.

"Ini tempat yang bagus," jawab Alf tanpa menoleh.

Robert merasa aneh dengan jawaban Alf. Ekspresinya terkesan dingin dan nada suaranya pun sedikit berbeda. Biasanya Alf memang jarang bicara dan terakhir kali mereka berkendara bersama saat mengantar Peter.

Sejak kejadian itu, Robert sudah menaruh curiga tapi tidak membuat dia ingin mencari tahu lebih. Sekarang ia benar-benar penasaran dengan mahkluk yang duduk di sampingnya. Reaksi Alf terhadap fakta baru yang ditemukan mengenai keluarga Amarily terlihat tenang. Robert juga merasa yang dilakukan Alf saat sesi interogasi dengan Carlos bukan hanya membantu untuk Carlos bersuara. Seteah pikirannya mulai tenang dan menyusun kecurigaannya, Robert baru menyadari bahwa Alf bahkan beberapa kali membantu memberi petunjuk dan arahan. Diam-diam ia berusaha menyatukan kepingan-kepingan tersebut dan kesimpulan yang dia dapat harus dapat dipastikan saat ini.

"Menurutmu, apa malam ini akan benar-benar terjadi sesuatu seperti kata Rexon?" Robert menegakkan punggung. Wajahnya menatap Alf serius.

"Sebagai partnernya aku akan bilang iya."

"Bagaimana kau bisa yakin?" Alf menggumam dengan bibir terkatup lalu kedua sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah lengkungan.

"Alf!" sentak Robert. Alf tidak terkejut. Ia menghela napas lalu menegakkan tubuh.

"Apa butuh sebuah alasan untuk itu?" Alf balik bertanya sambil menoleh ke pada Robert. Senyum di bibirnya pun tidak pudar. Sebuah senyuman yang jika diperhatikan amat sinis. Robert tidak ingin mempercayainya, ia berharap semua hanya ilusi dan itu karena matanya yang mulai lelah dan penerangan di sekitarnya minim. Ia berusaha mengabaikan hal tersebut.

Helaan napas pun keluar dari bibir tebal yang sedikit mengering bersamaan dengan kedua bahu yang dilemaskan. Ia bukan Teus yang akan langsung mengucapkan isi pikirannya.

"Aku tidak bermaksud menginterogasimu. Maaf jika terkesan demikian. Aku hanya ingin memastikan," ujar Robert yang sudah berbicara santai kembali.

"Memastikan?" satu alis Alf terangkat.

"Kau seperti ... ah, lupakan saja. Mungkin aku terlalu berpikir berlebihan." Robert menghindari tatapan Alf. "Kau mau makan sesuatu?" tawar Robert mengubah topik.

Alf memperhatikan Robert lekat. Gelagat Robert yang seperti itu pasti berarti sesuatu. Dia tahu tapi tidak ingin mengakuinya, batin Alf. Entah ia harus senang atau tidak, tapi Alf tidak bisa membiarkan Robert begitu saja.

"Biar aku saja yang pergi." Alf menawarkan diri.

"Kita tidak pesan makanan saja lalu diantar kemari?" Robert bersiap memesan makanan melalui ponselnya, oa menoleh sejenak pada Alf yang bersiap keluar dari mobil.

"Orang-orang berjas di sana akan tahu kalau ada orang yang memesan makan. Pengintaian kita akan sia-sia," ucap Alf lalu segera keluar dan meminta Robert menunggu di dalam.

Find The SinnerWhere stories live. Discover now