Bab 18

3 0 0
                                    


Rexon memarkirkan kendaraan di area taman kota. Ia membuka gumpalan kertas yang ternyata berisi sebuah riddle dan sandi.

Aku adalah penguasa diktaktor yang bengis.

Kejayaanku di masa sebelum masehi di Roma.

Aku sangat suka keberuntungan.

Kunci keberuntungan adalah poin penting.

Kau tahu aku, maka kau akan bisa ke tempat ini

JVSVZZLBT ZBUNHP OLSHUKL

Rexon mengambil ponsel yang tergeletak manis di dalam kotak tempat menyimpan kartu dan ponsel yang berada di depan tuas kopling, lalu mencari sebuah nama dan melakukan sebuah panggilan dengannya. Sambil menunggu suara di seberang sana menyapa, mata hijau itu melirik dengan tajam dan intens pada secarik kertas di tangannya. Ia telah mengetahui arti dari dua kalimat awal yang mengarah pada salah satu tokoh diktaktor terkenal di masanya, Julius Caesar.

"Kau tahu angka keberuntungan itu berapa saja?" Rexon bertanya karena terlalu banyak kemungkinan. Sedangkan jika yang dimaksud si pengirim adalah sandi perputaran, maka kunci utamanya ada di berapa putaran huruf tersebut di enkripsi.

Teus mengernyitkan alis sambil berseru pelan. Larut malam ketuanya menelepon untuk bertanya nomor keberuntungan, apa mungkin ia sudah tidak waras ingin beralih ke lotre. Tapi tak lama ia bergumam mengabaikan pemikiran gilanya, "Satu? Hmmm ... Ah! Tujuh!"

Rexon reflek menjauhkan ponsel dari telinganya karena pekikan Teus. Pemuda bermata biru itu penasaran dengan alasan Rexon yang langsung menanyakan nomor keberuntungan padanya. Mentang-mentang dirinya suka mengamati hal seperti itu untuk mengisi waktu luang saat bosan.

Rexon menaruh ponselnya di car phone holder berwarna silver dan hitam di dekat AC mobil. Telunjuknya menekan ikon video pada layar panggilan. Ini layar pponselnya sudah di penuhi oleh wajah Teus dan latar sofa yang tengah ia duduki sekarang.

"Jika kau ingin tahu, ceritanya akan panjang kenapa aku bisa mendapatkan kertas ini." Rexon menunjukkan secarik kertas dengan singkat lalu memasang seat belt. "Kalau memang yang dimaksud adalah benar angka tujuh ...." Rexon menarik napas panjang sambil memejamkan mata.

"Teus, siapkan susunan alfabet lalu buat angka di bawahnya dari angka satu," titah Rexon.

"Sudah kulakukan." Teus menunggu arahan berikutnya. Dia memang pandai dalam mengenkripsi bilangan komputer tapi dia tidak tahu tentang kode Caesar yang dimaksud Rexon.

"Kau tambahkan dengan angka tujuh pada angka di bawah alfabet tersebut, lalu ubah hasil penjumlahan dengan huruf. Kau sudah dapat?" Rexon memastikan. Teus menunjukkan layar dengan sususan huruf baru di bawah susunan sebenarnya sesuai dengan arahan Rexon.

"Alpafet A menjadi H, B menjadi I, tapi bagaimana dengan T?"

"T akan kembali ke huruf awal walau jumlahnya melebihi 26."

"Baik. Kalau begitu aku tinggal mencocokan dari huruf dalam kertas dengan huruf baru lalu mengubahnya ke huruf normal?"

"Iya. Huruf J untuk C. JVSVZZLBT berarti ...." Rexon melihat wajah Teus yang serius mengetik lalu tak lama sebuah pesan koordinat terkirim ke ponselnya.

"Aku sudah dapat tempatnya. Colosseum sungai Helande." Teus menentikkan jari.

"Astaga! Ini koordinat yang sama dengan tempat awal yang ingin kau tuju saat kasus Federic." Teus menyadari lokasi yang akan menjadi tujuan Rexon.

"Baiklah. Kerja bagus Teus."

"Tunggu! Kau yakin akan menemuinya sendiri?" Teus sedikit ragu menanyakannya. Rasanya aneh tiba-tiba dia bisa mengkhawatirkan seseorang selain dirinya sendiri.

Find The SinnerWhere stories live. Discover now