Bab 4

16 4 0
                                    


Semua larut dalam pikiran masing-masing. Mereka ragu apakah ini adalah hal baik untuk menindaklanjuti kasus Federic. Setelah melihat isi dari map putih dan hitam yang berada di meja dekat brankas, tidak ada satu pun yang bersuara.

Bagai membuka kotak pandora, semua kebusukan Federic Sarchmin selama hidupnya terangkum dengan rapih dalam map tersebut. Map putih berisi hal-hal baik yang selama ini diperlihatkan pada khalayak sebagai Federic Sarchmin yang memiliki prestasi, dermawan, budiman, dan berlatar keluarga yang harmonis. Akan tetapi, pada map hitam kebusukan Federic Sarchmin yang hanya segelintir orang tahu, tertulis jelas bersama dengan foto yang dapat dijadikan bukti kuat jika ingin menggulingkan anggota dewan itu.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" gumam Rexon tidak mengerti dengan kasus ini. Selama ia dipercaya oleh Menteri Pertahanan Hammer Scold untuk menjadi salah satu pemimpin yang menggerakkan kesatuan khusus—besutan menteri pertahanan lima tahun lalu, ini adalah kasus yang membuatnya berpikir, bahwa ada motif lain yang menjadi tujuan utama pelaku. Tapi apa? Tidak mungkin ia mengutarakan omong kosong karena khayalannya semata, bukan?

"Gila, gila, gila!" racau Teus. "Buruk sekali ternyata anggota dewan Heliparm yang selama ini diagungkan. Tidak bisa dipercaya, aku baru saja membaca file rahasia." Teus mengusap wajah dengan telapak tangannya.

Alf sedikit menundukkan kepala memandang ke arah meja, namun pandangannya tidak fokus pada satu benda pun di sana. Telunjuk kanannya naik turun di atas meja tanpa menimbulkan suara. Rexon mendapati Alf seperti itu beranggapan hal biasa karena efek keterkejutan, seperti dirinya yang dilema melanjutkan penyelidikan.

"Apa yang akan kita lakukan selanjutnya, Kapten? Kita tidak mungkin membiarkan pelaku berkeliaran begitu pun bocornya file ini," ucap Teus.

"Teus benar. Kita juga harus mencari tempat kejadian sebenarnya Federic terbunuh agar mudah mencari bukti." Robert mengingatkan tugas mereka yang belum selesai.

"Apa kalian tidak melihat foto-foto yang ada di map hitam?" Alf menegakkan kepala dan memandang Teus dan Robert bergantian di depannya. "Dia melakukan penyiksaan terhadap anak-anak yang menjadi korban penculikan yang dijadikan budak dan pertunjukkan di pelelangan ilegal. Itu merupakan salah satu tindak kriminal terbesar yang ia lakukan. Bahkan media pun tidak mencium berita ini saat itu sampai dengan sekarang." Alf berujar dengan suara rendah, bahkan nadanya tidak terdengar emosional juga tidak ada perubahan ekspresi.

"Kalian bisa lihat, di antara foto itu ada alat yang digunakan Federic untuk menyiksa anak-anak," Alf menambahkan.

Teus mengambil map hitam lalu mengecek foto yang dimaksud. Diambilnya foto tersebut dan beberapa foto lain yang menunjukkan tempat penyiksaan yang seperti kolosium, meja kayu besar di pusat lingkaran tempat itu, kurungan besi yang muat menampung dua ekor singa dewasa di tepi ruangan, dan ada tungku bara berbentuk bulat sedang yang ditempatkan di sisi dekat meja kayu yang diasumsikan sebagai tempat penyiksaan anak-anak tersebut.

Rexon mengamati dalam diam. Dia sudah memikirkan apa yang harus ia lakukan di tengah perdebatan anggotanya. Informasi dari Alf membantunya melacak lokasi yang memungkinkan, ia pun setuju ada kemiripan bekas luka yang di dapat oleh anak-anak pada foto dengan luka Federic.

Pertanyaannya, bagaimana pelaku bisa mendapat foto dan informasi sedetail itu? Semua informasi mengenai penduduk Heliparm tersimpan aman di pusat data. Mengenai tindak kriminal hanya ada di bank data milik kepolisian pusat yang diperbaharui oleh menteri pertahanan sejak tujuh belas tahun lalu. Jadi tidak sembarang orang bisa mengakses kecuali investigator yang bertanggung jawab pada masing-masing kasus yang ditangani.

Kenapa pelaku ingin berbaik hati membagi informasi ini di saat orang yang bersalah sudah tidak ada? Apa motifnya? Rexon bersumpah akan menemukan jawabannya.

"Teus, kau cari tau tempat mana saja yang sampai sekarang masih ada seperti di gambar itu. Aku yakin dulu banyak tempat seperti itu tapi beberapa sudah dihancurkan. Laporkan padaku di mana saja lokasinya, biar aku dan Alf yang akan mengecek ke lokasi."

"Baik," jawab Teus ragu.

"Robert, aku minta kau interogasi tiga tersangka sebelumnya, kalau butuh batuan seorang profiler ajukan saja ke bagian administrasi dan katakan atas namaku." Rexon menarik napas dalam. "Untuk sementara kita lakukan pengejaran pelaku dan penemuan barang bukti. Aku akan mempelajari lagi isi kedua map ini."

"Kau tidak berencana melaporkannya pada atasan, kan?" Teus memperingati.

Rexon menjeda sebelum merespon ucapan Teus. "Tenang saja, aku akan menyimpan ini. Baiklah, kita akan tangkap pelaku dan menanyakan langsung apa motifnya!" Rexon menyudahi rapat kecil anggotanya. Satu per satu mereka keluar ruangan dengan ekspresi seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Alf menunggu giliran. Ia berjalan mendekati Rexon yang merapikan meja dan memasukan map beserta gambar tunas kelapa itu ke dalam brankas. Panggul Alf bersandar pada meja, ia berbicara tanpa menatap lawan bicara.

"Kau cukup tenang tadi."

"Begitu kah?"

"Tolong berhati-hati," ucap Alf yang terkesan datar namun terdengar seperti sebuah permohonan.

"Maksudmu pada dokumen ini? Tentu saja. Terlalu berbahaya jika kulaporkan sekarang, apalagi pemimpin kita dan Federic—"

Suara pintu diketuk menginterupsi perbincangan Alf dan Rexon. Seseorang menyembulkan kepala dan mengintip ke dalam. Dia adalah kurir yang biasa mengantarkan paket untuk Rexon. Karena trauma menitipkan paket ke bagian resepsionis atau orang lain ternyata tidak disampaikan, Rexon memastikan semua paket untuknya harus ia sendiri yang menerima. Setelah menerima paket seukuran tablet komputer tersebut, Rexon kembali mengambil brankas.

"Tadi kau ingin bilang apa?" tanya Alf yang penasaran dengan kelanjutan ucapan Rexon.

"Oh, tadi aku bicara apa, ya? Sepertinya lapar sudah membuat fokusku kacau," jawab Rexon dengan tingkah yang aneh dan cengiran canggung. Hampir saja ia salah bicara tentang pemimpinnya. Rexon mengangkat brankas lalu berjalan keluar sambil bersiul dan sesekali mengucapkan kata makan dengan riang.

Find The SinnerWhere stories live. Discover now