Bab 12

7 2 0
                                    


"Aku ingin kau menyudahi penyidikan terhadap Johan Macmilan." Rexon menoleh dengan satu alis terangkat dan tatapan mata tajam. Langkah kakinya pun terhenti, "Apa maksudmu?"

Diaz membuka pintu mobilnya lalu membalikkan badan menghadap Rexon yang berada di belakangnya. Bukannya menjawab pertanyaan Rexon, Diaz meminta pria berabut cokelat itu masuk ke mobil. Tentu saja Rexon menolak memangnya dia siapa menyuruhnya masuk tanpa memberikan jawaban terlebih dahulu. Mendapati reaksi seperti itu, Diaz menutup pintu hingga menimbulkan suara dentuman cukup keras lalu mendekati Rexon. Mereka saling berhadapan dengan jarak satu langkah yang memisahkan keduanya.

"Aku menerima laporan, kau sudah mengetahui siapa pelakunya dan bertindak sendiri." Diaz berujar dengan tenang. Suaranya pelan tapi cukup jelas di telinga Rexon.

"Aku tidak mengerti maksudmu," kilah Rexon.

"Berhenti berpura-pura atau kau akan menyesal, Rexon."

"Kau sedang mengancamku?" cela Rexon.

Diaz menarik dua sudut bibirnya tipis. Dia tidak menggubris Rexon yang mencoba memancingnya.

"Segera berikan laporan perkembangan penyidikan Johan Macmilan padaku dan selesaikan laporan kasus Federic. Jika tidak ingin sesuatu terjadi pada anggotamu—"

Rexon menarik kerah baju Diaz. Mata hijau itu melotot dan rahangnya mengeras. Diaz melirik ke bawah, tatapan mereka saling beradu. Senyum miring terpatri di wajah Diaz.

"Aku tahu kau menempatkan orang-orangmu untuk mengawasiku saat di museum, tapi jika sesuatu terjadi pada anggotaku maka bukan hanya bekas luka di wajahmu saja yang akan kutinggalkan."

"Kalau begitu, aku akan tarik mundur mereka jika kau memberikannya dan anggotamu tidak akan kesulitan, bagaimana?"

"Dasar picik!" geram Rexon. Genggaman tangannya menguat.

Diaz melepas cengkraman Rexon lalu menarik napas panjang. Peretasan yang terjadi tadi siang pada DBC Tower membuat Diaz harus memaksa Rexon mundur dari kasus Johan sebelum semuanya terungkap karena bagaimanapun Rexon tidak boleh mengetahui kebenaran yang sudah dijaga oleh atasannya. Sebagai tangan kanan Hammer, Diaz akan melakukan apa yang perlu dilakukan untuk keselamatannya, bahkan tanpa lapor terlebih dulu asalkan hasilnya sesuai keinginan Hammer.

Diaz meminta Rexon memikirkan baik-baik tawarannya. Demi kebaikan bersama katanya. Rexon tertawa hambar mendengar omong kosong yang ditawarkan Diaz.

Percakapan malam itu membuat Rexon tidak bisa tidur. Hingga pagi ini, dia terus memikirkan benang merah antara kasus Federic dan Johan selain bunga lily yang ditinggalkan pelaku. Hatinya terenyuh lalu timbul amarah setelah tuntas membaca file yang diberikan seseorang melalui email pribadi. Ia mengusap wajah dengan kedua telapak tangan, kepalanya terasa dihujam ribuan jarum.

Johan Macmilan adalah pengusaha kaya nomor satu di Heliparm. Bisnisnya semakin berkembang sejak enam belas tahun lalu setelah kasus eksploitasi dan perbudakan anak terungkap setahun sebelumnya.

Pria berhati dermawan dan penyayang anak-anak adalah persona yang selalu ditampilkan di depan publik. Namun tidak ada yang tahu, hobi sesungguhnya Johan adalah menyiksa anak-anak dan mendengar jeritan permohonan mereka. Beberapa kali Johan mengadakan pertunjukkan anak-anak yang menjadi koleksinya pada kaum elit seperti pertunjukkan sirkus. Tujuannya, tidak lain hanya memuaskan hasrat yang tidak bisa mereka bendung untuk melepas emosi negatif.

Pertunjukkan itu berhenti lima belas tahun lalu saat anak-anak yang tertangkap dan menjadi koleksi kabur karena inspeksi yang dilakukan kepolisian Andera karena ada informasi aktivitas mencurigakan dan beberapa kasus anak hilang yang terjadi di sana mengarah pada aktivitas komunitas tersebut. Hal itu adalah salah satu kesalahan Johan yang mengadakan pertunjukkan di sisi kota yang termasuk wilayah kekuasaan Andera pada saat itu.

Find The SinnerWhere stories live. Discover now