Bab 13

9 1 0
                                    


Rexon tiba di rumah sakit yang menjadi tempat Robert dan Alf dibawa, rumah sakit tersebut berada di Distrik Tiga dan hanya butuh waktu beberapa jam untuk Rexon sampai. Dia berlari kecil menuju lobby utama rumah sakit. Teus menghubungi beberapa menit lalu untuk bertemu di sana.

"Teus, apa yang terjadi? kalian baik-baik saja?" Rexon tidak sabar mengecek keadaan anggotanya. Pandangannya beredar, memperhatikan Teus yang berdiri dekat tempat informasi, lalu beralih ke Robert yang duduk di bangku tunggu di belakang Teus.

"Kami baik-baik saja ...," ucap Teus sambil melirik Robert. "entahlah dengannya." Teus menunjuk ke arah bangku yang ada di sisi tembok dengan dagu. Rexon mengikuti arah yang dimaksud. Alf duduk dengan kepala tertunduk. kedua siku diletakkan di atas paha atas, jemari tangannya bertaut dan dietakkan di dahi, menumpu sekaligus menyembunyikan wajah.

"Jelaskan kenapa kalian bisa di rumah sakit? Aku melihat beberapa polisi berjaga di dekat rumah duka."

"Akan aku jelaskan." Robert angkat bicara membuat atensi Rexon tertuju padanya.

Rexon diam mendengarkan penjelasan Robert tentang apa yang terjadi pagi ini. Tentang penyesalannya yang tidak bisa menjaga saksi mata, kejanggalan tewasnya seluruh penghuni yang tinggal di daerah terpencil di mana Peter berada, barang curian yang ditemukan dikediaman Peter sampai pengejaran yang dilakukan Alf.

"Aku mendengar suara benda yang terhantam dan jatuh. Kukira mereka menjatuhkan benda-benda di sana, tapi ketika aku masuk, wajah Robert sedikit memucat dan Alf tiba-tiba berlari keluar." Teus menambahkan keterangan dari sisinya.

"Aku tidak mendengar suara tembakan," ujar Robert.

"Begitupun denganku," sambung Teus.

Rexon mencerna penjelasan Robert. Alf saat itu berada di dekat jendela, jika orang tersebut ahli seharusnya dengan satu peluru saja sudah cukup. Kenapa bisa meleset? Mengapa hanya satu tembakan lalu orang itu pergi? Seolah hal itu disengaja.

Rexon menepuk punggung Robert tanpa suara, wajahnya berusaha tenang dan ia pun memberikan senyuman yang teduh. "Kau sudah melakukan yang terbaik. Terima kasih. Sekarang giliran kami yang akan membantu."

Robert terperanjat untuk beberapa detik kemudian ia tersenyum tipis. Teus yang melihat itu hanya bisa menghela napas lega. Dia kira Rexon akan memberikan reaksi yang berlebih, diluar dugaan Rexon cukup tenang.

Alf yang duduk termenung merasakan kursi di sampingnya berderit. Kursi panjang yang terbuat dari besi itu rentan terhadap tekanan. Tanpa melirik pun Alf tahu siapa orang yang duduk di sampingnya. Beberapa menit yang lalu, Alf sempat mengintip saat Rexon datang lalu berbicara dengan Teus dan Robert.

Alf mungkin tidak bisa mendengarkan apa yang dibicarakan oleh mereka, tapi ia tahu, hal itu tidak akan jauh dari kronologi mengapa dirinya bisa berada di rumah sakit. Wajah Alf tidak menunjukkan emosi, namun matanya sangat tajam memperhatikan gerak-gerik Rexon.

Alf menyembunyikan kembali wajahnya. Di balik itu, sudut bibir Alf tertarik membentuk seringai tipis.

"Aku sudah mendengar semua dari Robert. Apa kau baik-baik saja?"

Alf menoleh ke samping dengan wajah lelah dan penuh penyesalan. "Ah, Rexon ...." Alf menjeda sebelum menjelaskan apa yang terjadi.

"Andai saja mobil itu tidak berhenti dan mengklakson, aku mungkin sudah menangkapnya." Alf berbicara sambil menatap lantai.

Pikiran Rexon mengarah pada perbuatan anak buah Diaz. Jika sampai benar maka Rexon tidak akan membiarkannya.

"Kau tahu ciri-cinya?" Alf menegakkan tubuh. Matanya menatap tepat ke manik hijau yang sedang menatapnya serius sekaligus penasaran. Wajah Alf berubah lebih serius tapi sejurus kemudian kepalanya menggeleng lemah.

Find The SinnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang