Bab 10

13 2 0
                                    


Teus bergumam dengan bibir terkatup. Suara yang dihasilkan terdengar seperti sebuah lirik lagu klasik kesukaannya. Tangannya sibuk bermain di atas keyboard hitam dan mata biru itu fokus mengamati monitor yang memunculkan huruf dan angka yang terus bergerak naik.

"Done!"

Teus bergumam dengan semangat sambil menekan tombol enter. Bahunya dilemaskan sambil bersandar ke punggung kursi. Monitor di depannya sedang menunjukkan proses loading lalu muncul kata 'success'. Teus menyunggingkan seringai bangga.

Teus mendongak sambil memutar kursi. Matanya melirik ruangan yang setengahnya dilindungi kaca. Dia mendengkus mengingat beberapa menit lalu Diaz keluar dari sana, lalu menghampiri dirinya yang baru saja selesai mencari informasi tentang si manajer dan Peter.

Tujuan Diaz menghampiri Teus tidak lain meminta pemuda itu memperbaiki sistem di DBC Tower. Teus tidak masalah dengan nada bicaranya yang terdengar menyebalkan di telinga, sangat tidak ramah dan kaku ditambah ekspresinya yang dingin sekaligus menyeramkan karena bekas luka di wajah. Dia pun segera melakukan apa yang Diaz minta. Namun, beberapa saat kemudian alisnya mengernyit. Seingatnya, saat ia membuat sistem tersebut sudah pastikan tidak ada masalah dan teknisi yang bertugas di sana sudah diberi tahu bagaimana memperbaharui sistem. Kenapa tiba-tiba di layar monitornya terpampang pemberitahuan kode merah.

"Sistem utama diretas." Teus melotot tidak percaya. Diaz menundukkan badan dan mendekatkan wajah ke Teus, lalu salah satu tangannya menahan di pinggir meja.

"Jadi, apa kau masih menunggu izin dari Rexon?" Diaz berbicara dengan nada dingin sekaligus menyindir. Jika Rexon tidak suka Zack, maka Teus tidak suka orang di sampingnya sekarang.

Teus memutar kursi menghadap monitor. Dia langsung menyambungkan saluran dengan sistem utama DBC Tower. Betapa terkejutnya Teus saat kode yang disusun di acak-acak oleh orang lain sampai bisa menembus firewall sistem buatannya.

"Aku butuh waktu sendiri untuk memperbaikinya." Teus meminta Diaz untuk pergi dan membiarkannya bekerja. Walau orang itu terlihat selalu menempel dengan atasannya si Hammer Scold, tapi di matanya Diaz tetaplah sama seperti Rexon dan sejak awal ia bergabung hanya Rexon yang dia hargai sebagai pemimpin.

Diaz tidak berkomentar. Tubuhnya mulai menjaga jarak dan membiarkan Teus. Diaz hendak kembali ke ruangan Hammer, tapi orang tua itu lebih dulu keluar ruangannya dan berjalan dengan langkah panjang, wajahnya sedikit kemerahan dan rahangnya menegang.

Teus melirik dan bergegas berdiri. Hammer menyuruh Teus kembali melanjutkan pekerjaannya, sedangkan dia berbicara dengan Diaz.

"Aku ingin menemui seseorang."

"Biar saya temani, Pak."

"Tidak perlu. Kau tunggu di ruanganku dan awasi pekerja di sini. Jika Rexon kembali, pastikan terima laporan darinya." Diaz mengangguk, menjawab perintah Hammer.

Hammer bergegas pergi diantar Diaz sampai tempat mobil pribadinya terparkir. Setelah kepergian mobil Hammer. Sebuah panggilan masuk membuat ponselnya bergetar. Diaz mendekatkan benda pipih tersebut ke telinga.

Pria bertubuh tinggi kekar itu mendengar laporan masuk dari salah satu anak buahnya. Kemudian, salah satu sudut bibirnya naik ke atas, membentuk senyum picik yang menyeramkan.

"Bagus. Urus dengan tenang dan jangan tinggalkan saksi," perintah Diaz dengan nada tenang.

Saat itu, Teus tidak mendengar jelas apa yang dibicarakan oleh Hammer dan Diaz. Mereka berbicara sambil menjauh. Ekor mata Teus menangkap siluet Hammer dan Diaz yang berjalan menuju lift. Setelah hampir dua jam, pengganggu sudah diatasi dan sistem kembali normal dengan perbaharuan yang baru saja selesai dia program. Teus hanya tidak menyangka firewall buatannya bisa di tembus bahkan sampai mengacak-acak sistem.

Find The SinnerHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin