Bab 9

17 2 0
                                    


DBC atau Data Based City Tower adalah gedung belantai tiga puluh yang sudah berdiri sejak 25 tahun lalu. Gedung ini berisi data kependudukan Heliparm, kriminalitas, dan data berkaitan dengan perkembangan ekonomi, hukum, serta stategi Heliparm yang bersifat rahasia dan aksesnya dibatasi pada pihak-pihak tertentu.

Gedung tersebut baru direnovasi sepuluh tahun lalu dan sistem keamanan serta operasionalnya diperbaharui lima tahun kemudian. Rexon menatap ke lantai tiga puluh gedung di depannya. Lantai tersebut berbentuk oval dan lebih lebar, lantai di bawahnya seperti tiang penyangga piringan raksasa. Tempat itu adalah otorisasi bagi para penyidik yang ingin mengambil atau menyimpan data laporan.

Sekali dalam setahun, Rexon akan kemari untuk mengecek data laporan kasus yang dia dan timnya tangani. Kasus yang sudah masuk masa daluwarsa pun masih bisa ia lihat apabila itu adalah kasus yang menjadi tanggung jawabnya.

Di lobby utama, Rexon menghampiri meja resepsionis dan disambut wanita yang terlihat asing. Matanya sedikit memincing ke pin nama yang tersemat di dada kiri wanita tersebut.

"Tuan Rexon Krovic, Anda terdaftar dalam sistem penyidik satuan khusus. Silahkan masuk. Ini kartu akses Anda."

Rexon tersenyum ramah. Siapa pun yang datang kemari harus melakukan pengeceken identitas dan akan diberikan kartu akses yang berisi kode khusus untuk bisa mengakses file yang diinginkan.

"Apa kau baru di sini?" tanya Rexon basa-basi sambil menuliskan namanya di daftar pegunjung.

Wanita itu menyunggingkan senyum kecil. "Saya sudah lama. Mungkin ini kali pertama kita bertemu." Rexon mengangguk berberapa kali.

Segera setelah Rexon menandatangi buku, langkah lebarnya membawa ia menuju lift ke lantai tiga puluh. Sambil menunggu pintu lift terbuka, Rexon mengelu-elus dagunya dengan tangan kanan, dia tidak tahu tindakan ini benar atau tidak, tapi instingnya berkata dia harus ke sini tanpa memberitahu siapa pun.

Wanita yang berdiri di belakang meja resepsionis itu menyeringai tipis saat Rexon memasuki lift. Matanya beberapa kali mencuri pandang ke Rexon sambil melayani orang yang datang. Untung saja tidak terlalu ramai setelah jam makan siang, hanya segelintir orang yang menghadap ke mejanya.

Wanita itu merogoh kantung rok dan mengambil sebuah earphone wireless yang berfungsi sebagai radio komunikasinya dengan seseorang. Tidak lama setelah benda itu terpasang di telinga kiri, sebuah suara laki-laki terdengar di seberang sambungan.

"Rencana sukses. Target menuju lokasi. Tugasku selesai." Wanita itu berbicara dengan nada dingin, memberikan laporan. Matanya melirik ke bawah meja, memandang seorang wanita yang berpakaian sama dengannya sedang tergeletak dengan deru napas stabil.

"Oke! Kau tahu? Aku tidak bisa menghubunginya, dia berhutang sesuatu padaku. Sudah begitu, waktu dipercepat dari rencana awal. Aku harus kerja lembur karenanya," keluh pria itu.

"Bukan urusanku. Dia pasti akan menelepon. Percaya saja padanya."

"Dasar wanita jahat," ucap pria itu meledek. "Maaf saja, pekerjaanku bukan atas kepercayaan, tapi karena tawaran yang dia ajukan cukup menjanjikan. Aku bekerja secara profesional. Aku terima bayaran sesuai pekerjaanku."

Wanita itu diam sampai akhirnya si pria yang menjadi rekan sementaranya mengakhiri panggilan. Wanita dengan rambut sebahu itu melirik ke kanan kiri, lalu berjongkok di samping wanita yang tertidur akibat suntikan obat bius beberapa jam yang lalu.

"Terima kasih karena telah meminjamkan posisimu," bisik wanita itu. Dia mengambil tas yang digunakannya saat datang kemari yang berisi jaket, topi dan kaca mata bening.

Find The SinnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang