Bab 8

19 2 2
                                    


Sejak beberapa menit lalu, Teus menghela napas seraya mendecak setiap mendengar jawaban pemuda di depan Robert yang seperti kaset rusak.

Mata dan tangan Teus fokus ke layar laptop, namun tidak dengan telinganya. Jemarinya berhenti bergerak di atas keyboard, lalu matanya melirik tajam ke pemuda di seberangnya. Ingin sekali ia retas isi kepala pemuda itu. Sayangnya, makhluk di depannya bukanlah manusia buatan.

"A-aku tidak tahu!" Robert menuliskan sesuatu saat mendengar jawaban yang sama untuk ketiga kalinya.

"Peter," panggil Robert pada pemuda di seberangnya. "Kukatakan untuk terakhir kali. Semakin kau diam, kecurigaan kami meningkat. Kau berhak membela diri. Gunakan suaramu, mengerti?" Robert menatap pemuda itu lembut. Suaranya terdengar ramah sekaligus tegas.

Peter memberanikan diri menetap wajah Robert, tapi tidak lama ia memalingkan wajah sambil merespon ucapan Robert.

Teus menyikut lengan Robert memintanya melihat rekaman dan jadwal kerja pegawai yang terpampang dalam layar laptop. Robert mendekatkan kepalanya agar melihat lebih jelas. Teus menghentikan rekaman yang menunjukkan pukul sembilan malam, dua hari yang lalu. Dalam gambar itu, terlihat Peter sedang berjalan keluar gedung museum memakai sweater biru dan kepalanya tertutupi oleh tudung sweater tersebut sedang menoleh ke belakang dengan wajah ketakutan.

Sudut mata Robert lalu beralih pada jadwal pegawai. Hari itu seharusnya Peter libur, tapi kenapa dia tertangkap kamera pada malam hari di saat hanya ada staff keamanan saja yang bertugas? Jika Peter kedapatan shift siang seharusnya ia sudah pulang paling lambat pukul delapan malam.

Robert berdeham, mengatur suara. Atensinya kembali pada Peter.

"Apa dalam beberapa hari ini kau datang bekerja?" Robert memulai kembali interogasi.

"Tidak."

"Kau membolos?"

"Ti-tidak! Aku mendapat hari libur," sergah Peter.

Robert menyunggingkan senyum tipis. Teus di sampingnya diam tidak peduli. Dia hanya ingin segera mengakhiri sesi melelahkan ini.

"Di mana kamu dua hari yang lalu?" Peter terkejut mendengar pertanyaan Robert. Hari itu adalah hari liburnya dan tidak ada sangkut pautnya dengan penemuan mayat Johan pagi ini. Peter mengangkat kepala hingga menatap wajah Teus dan Robert.

"Itu ... hari liburku. Aku seharian di rumah."

"Ini kesempatanmu untuk berkata jujur," ucap Robert memperingati.

"A-aku bersumpah! Hari itu aku berada di rumah." Suara Peter meninggi, lututnya bergerak naik turun dengan ritme cepat, dan tangannya terkepal di atas meja.

"Lalu, bisa jelaskan padaku, siapa orang di gambar ini?" Robert meminta Teus memutar laptop dan menunjukkan layar penuh gambar dirinya yang terekam CCTV museum. Peter bungkam dengan pupil mata membesar dan bahu yang menegang melihat gambar dirinya.

Rexon menghampiri Robert dan Teus yang memilih melakukan interogasi di dekat pintu masuk. Atap ruangan berbentuk kubah dengan langit-langit yang dilukis, ada empat pilar besar berlapis emas di pojok ruangan yang menjadi penyangga kubah. Di dalam ruangan yang terlihat luas dan megah tersebut, terpajang benda-benda seni rupa keramik dari berbagai negara selain asli karya Heliparm.

Tempat itu cukup sepi karena petugas kepolisian yang membantu menjaga tim forensik fokus ke ruang seni rupa patung. Di tempat ini, disediakan pula fasilitas bangku panjang terbuat dari batang pohon mahoni yang diukir dan dipermis, disertai meja bundar dengan kaki meja terbuat dari akar bakau yang disusun menjadi satu menopang di pusat lingkaran. Ada bangku kecil yang terbuat dari bambu yang mengelilingi meja tersebut.

Find The SinnerWhere stories live. Discover now