Part 12

7.4K 474 20
                                    

Aku melajukan mobil dengan sangat kencang. Meliuk-liuk menghindari kendaraan lain yang menghalangi jalan. Rasa sakit di buku-buku tangan tak kupedulikan. Itu semua tidak sebanding dengan rasa sakit dan kecewaku terhadap Karin.

"Aarrgh!" Aku menggebrak stir mobil berkali-kali penuh emosi.

Rasanya aku ingin menyiksa dan membunuh pria sialan itu andai tidak ada hukum. Wanita yang begitu kucintai ternyata diam-diam menyimpan bangkai. Pantas saja dia tidak keberatan saat kami tinggal. Ternyata Karin punya niat lain.

"Aaargh! Berengsek!" umpatku sembari terus menggebrak stir. "Mati saja kalian berdua! Mati! Berani-beraninya berbuat kotor di kamarku! Kurang ajar!"

Aku menambah kecepatan saat mobil mulai memasuki jalanan yang cukup lebar dan lengang. Mengabaikan klakson kendaraan lain yang kesal karena aksi ugal-ugalan ini. Ponsel berdering berkali-kali. Melihat siapa yang memanggil, aku langsung melempar ponsel ke kursi lain.

Belum terbukti kecurigaanku terhadap Ayu dan Aldi, Karin malah lebih dulu ketahuan busuknya. Ternyata, keduanya sama-sama mempermainkan perasaanku.

Mobil melaju cepat tak tentu arah. Aku tidak tahu harus pergi ke mana. Pergi ke luar rumah ini hanyalah cara agar tidak melihat kepergian Karin. Bisa saja aku goyah saat melihat air mata dan kesedihan di matanya.

"Tidak! Aku tidak ingin memaafkan pengkhianat sepertinya. Aku begitu mencintai Karin. Bagaimana mungkin dia tega mengkhianatiku seperti ini?" geramku dengan hati yang panas.

Seketika seperti ada yang mencubit hati. Napasku sesaat terhenti saat menyadari perkataan barusan.

Bukankah aku juga melakukan hal yang sama terhadapnya? Aku ... menduakannya.

"Shit!" umpatku, lalu memukul setir mobil dengan kuat.

Tidak kusangka rasanya sesakit ini saat mendapati cinta kita dikhanati. Lalu, bagaimana mungkin Karin bisa bersikap setenang itu setiap kali aku menyakitinya?

Ini pasti karena dia memiliki pria simpanan itu. Ya! Pasti dia bisa tenang dan berhasil mengontrol kesedihan itu karena sudah ada pria lain di hatinya.

Berjam-jam lamanya aku berdiam diri di taman. Aku ingin menenangkan diri, tapi malah terganggu saat pengamen mendekat. Membuat kepala ini semakin pusing karena suara cemprengnya. Hampir saja terjadi perkelahian saat aku melampiaskan amarah pada mereka. Beruntung teman pengamen itu melerai dan mengajaknya pergi.

🌸🌸🌸

Pukul dua belas malam, taman semakin sepi. Kuputuskan untuk pulang, meskipun belum sepenuhnya pikiran ini tenang. Saat tiba di halaman rumah, aku masih ragu untuk turun dari mobil. Antara siap dan tidak siap mendapati kenyataan kalau Karin sudah tidak ada di sini lagi.

Aku menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Setelah merasa cukup tenang, akhirnya aku turun dan berjalan cepat ke dalam rumah. Keadaan rumah sudah sepi dan gelap. Semua orang pasti sudah terlelap di kamarnya masing-masing.

Sesal Tak BertepiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang