Part 13

7.7K 508 13
                                    

Biarpun Ayu merengek minta sarapan bersama di luar, tapi aku tak mempedulikannya. Rasaku padanya yang sempat menggebu, hilang begitu saja setelah mengetahui dia ada main dengan Aldi. Ayu kuantar langsung ke kantornya. Setelahnya, aku melesat menuju kantor.

Di kantor, aku benar-benar tidak bisa fokus dengan pekerjaan. Bayangan pertengkaran malam itu selalu hadir memenuhi kepala. Hati ini berdenyut sakit setiap kali ingat dengan perlakuan Mama terhadap Karin. Lebih sakit lagi saat aku teringat telah menamparnya untuk pertama kali.

"Aaargh!" Tanpa sadar aku menggebrak meja hingga membuat karyawan lain menoleh dan menatap heran padaku. "Maaf," ucapku dengan senyum terpaksa.

Saat jam istirahat, terpaksa aku makan di kantin meskipun tidak begitu bernafsu. Kehilangan wanita yang dicintai bukan berarti jalan hidupku juga harus berhenti, bukan? Apalagi kehilangannya karena dia berkhianat.

Aku melirik sekilas saat melihat Anthony duduk di depanku begitu saja.

Kenapa dia harus duduk di sini? Seperti tidak ada bangku kosong lain saja.

"Kenapa tanganmu?"

"Bukan urusanmu," sahutku dingin tanpa menoleh.

"Hubunganmu dengan Karin baik-baik saja, 'kan?" Pertanyaannya membuatku yang hendak menyuapkan nasi jadi batal. Dengan kasar kuletakkan sendok hingga menghasilkan bunyi dentingnya yang kencang.

"Apa urusanmu? Kenapa kamu selalu mau tahu urursan rumah tanggaku, hm?" geramku sembari menahan emosi.

Anthony tersenyum miring, lalu dengan santainya menyuapkan makanan. Dengan perasaan kesal, aku kembali melanjutkan makan dalam diam. Bukannya minta maaf atas kesalahan waktu itu, dia malah menambah rasa kesalku padanya. 

"Semalam saat pulang mengantar teman, aku tidak sengaja melihat istrimu masuk ke panti."

Gerakan tanganku sempat kembali terhenti, tapi tidak lama. Detik berikutnya, aku kembali menyuap dan mencoba tak peduli dengan apa pun yang dikatakannya.

Tentu saja Karin pergi ke panti. Ke mana lagi dia bisa pergi selain ke sana?

"Aku bicara padamu, Malik. Apa kalian bertengkar? Tidak mungkin menjelang tengah malam dia datang ke sana sendirian," ucapnya penuh penekanan, menuntut sebuah jawaban.

Dengan kesal aku berdiri dan menggebrak meja hingga karyawan lain yang tengah makan ikut menoleh.

"Berhenti mencampuri hubunganku dengan Karin! Apa pun yang terjadi dengan kami, itu sama sekali tidak ada hubungannya denganmu! Kamu dengar itu, hm?" desisku penuh penekanan dengan tatapan tajam.

"Kasihan sekali," cibirku dengan senyuman mengejek. "Move on, Anthony. Berhenti mengharapkan Karin menjadi milikmu," ucapku dengan senyuman mengejek, lalu pergi dari hadapannya begitu saja.

"Aku tidak akan tinggal diam kalau kamu menyakiti dia lagi, Malik! Akan kubuat perhitungan denganmu kalau sampai itu terjadi! Kamu dengar itu?"

Sesal Tak BertepiWhere stories live. Discover now