Part 19

11.8K 641 20
                                    

Dengan cepat aku turun dari motor, lalu menekan bel di depan gerbang rumahnya Anthony. Cukup lama aku berdiri di sini sampai pada akhirnya, seorang pria tua membukakan gerbang tersebut.

"Cari siapa, Mas?"

"Anthony ada? Saya temannya," jawabku dengan dada bergemuruh.

"Mas Anthony lagi pergi ke depan. Sebentar lagi juga pulang. Mari silakan masuk! Mas tunggu di dalam saja." Pria tua itu mempersilakanku masuk dengan ramah.

"Terima kasih, Pak," ucapku, lalu mendorong motor dan memarkirkannya di halaman, dan duduk menunggu Anthony di kursi teras. Sementara, pria tua tadi masuk ke dalam dan tak lama kembali lagi ke sini.

"Diminum dulu, Mas." Beliau menyuguhkan secangkir teh.

"Terima kasih, Pak. Tidak perlu repot-repot."

"Tidak repot, kok. Silakan diminum! Saya tinggal ke belakang dulu kalau begitu. Mas Anthony paling sebentar lagi datang."

"Iya, Pak. Silakan!" Aku mengangguk dan tersenyum ramah.

Berkali-kali aku melirik jam tangan, memandang gelisah pada gerbang yang terbuka lebar. Sudah hampir lima belas menit menunggu, tapi Anthony tak kunjung kelihatan batang hidungnya. Baru saja aku berdiri dan berniat pergi, orang yang ditunggu-tunggu pun datang.

Langkah Anthony sempat terhenti sejenak dan terkejut saat melihatku di sini. Akan tetapi, akhirnya dia kembali melanjutkan langkah dengan raut wajah santainya.

"Ada perlu apa kamu ke sini?"

"Tidak perlu basa-basi. Di mana Karin?"

Anthony mengernyitkan dahi, lalu tersenyum miring. "Apa maksudmu tanya tentang Karin padaku?"

"Tidak perlu pura-pura seperti itu! Aku tahu kamu menyembunyikannya, 'kan? Mengaku saja!" tudingku sembari sebisa mungkin menahan emosi.

"Kamu sudah tidak waras, ya, tiba-tiba menuduhku begitu? Karin ada di panti, 'kan? Kenapa kamu malah cari dia di rumahku?"

"Karin tidak ada di sana. Sejak kemarin pagi, Karin sudah pergi. Tapi tidak pulang ke rumahku."

"Lalu, kenapa jadi aku yang kamu salahkan?"

"Aku tahu kamu pasti mengambil kesempatan dalam kesempitan. Kamu bantu dia untuk bersembunyi dariku, 'kan? Kamu sengaja mengambil kesempatan ini untuk mendekatinya kembali. Mengaku saja, Anthony!"

Anthony menatap tak percaya, lalu tertawa dan berlalu pergi begitu saja sambil menggeleng.

"Aku sedang bicara denganmu, Ton!" Aku menarik tangannya dengan kasar hingga dia kembali berbalik padaku.

"Aku tidak tahu di mana Karin!" sentaknya dengan tatapan tajam. "Lagipula, untuk apa aku melakukan itu? Biarpun aku masih menyimpan rasa, tapi aku tahu etika! Gila kamu, main nuduh orang sembarangan aja!" Dengan kasar dia menyentak tanganku yang mencekalnya.

Sesal Tak BertepiTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon