Part 4

19 8 0
                                    


Dia memang sosok pria yang selalu mengagumi si cewek pendiam ini, diam-diam menghanyutkan sejak main casting dengannya. Dari dulu dia ingin menjadi bagian yang special dalam hidupnya tetapi gagal. Tiap detik, jam dan menit selalu ia lontarkan kata-kata gombalnya, rayuannya bahkan tembakannya. Namun, semua itu dibawa oleh angin begitu saja. Dia pun heran sama cewek ini, tidak mudah tergiur dengan rayuan lelaki. Makanya ia ingin menanyakan hal itu kepadanya. Tak terasa waktu berjalan dengan cepat, hingga membuat Clara bangun kesorean dan hampir tidak melaksanakan sholat ashar. Dia selalu berdoa kepada Sang Pencipta untuk melindungi dirinya dari laki-laki yang biasanya menyakiti perasaan seorang wanita. Selain itu juga, dia selalu meminta untuk mempertemukan sosok idaman yang bersungguh-sungguh mencintai-Nya dan rasa cinta-Nya dapat turun kepadanya Aamiin.
Pukul 8 malam, clara dan jennie selalu spent time di café Toni yang berkacamata petak dan culun. Disana mereka selalu ditraktir oleh ayahnya, selain itu mereka juga sering menuangkan cerita di café itu baik suka dan duka yang pernah dialami mereka. Tiba mereka di café, jennie langsung memesan makanan..
"Halo, om."
"Hai Jen, mana Clara?"
(sambil membersihkan tangannya dengan serbet).
"Itu ..."
"Oklah kalau begitu, malam ini khusus untuk kalian gratis."
"Hah... serius om? Makasih banyak om."
"Sama-sama, ditunggu ya makanannya."
"Ok om.. Jennie ketempat Clara dulu ya om"
Sementara mereka masih menunggu pesanan, mereka sedang asik tertawa terpingkal-pingkal dengan candaan Jennie. Jennie itu adalah sosok sahabat Clara yang baik hati, selalu menemaninya kapan pun bahkan menjadi tempat curhatnya si Clara. Pokoknya jennie itu sahabat sejatinya Clara. Kegilaan tawa Clara sungguh tidak tahan lagi, membuat dia harus buru-buru ke toilet. Pas mau ke toilet, ada Toni rupanya yang sudah berdiri di sudut toilet, sedang mendengar perbincangan mereka tadi.
(terkejut)
"Hah!... Toni lu ngapa disini?"
"Ga-a-a—k aaada."
Gugup
Toni juga sahabatnya Clara, tapi sejak udah dewasa ini jarang ketemu bahkan tidak pernah ketemu lagi. Terakhir ketemunya pas mereka usia 11 tahun. Dia memang orangnya culun, kadang gak nyambung tapi bikin mengangenin kalau bicara sama dia meskipun kita meresponnya dengan kesel. Setelah dia keluar dari toilet, ia masih berdiri ditempat yang sama. Clara pun bingung sama anak ini.
"Masih disini? Daripada lu berdiri disini, gue gak tega ngeliatnya mending lu ikut kita disitu."
"Ng...gak"
(geleng-geleng)
"Yakin? Ya udah aku kesana ya..."
Saat ia kembali ketempat Jennie, ternyata makanan sudah ada diatas meja. Apapun kejadian aneh pada Clara, dia selalu menceritakan pada Jennie. Entah kenapa waktu itu, tidak biasanya Jennie meminta bungkuskan makanan dan secepatnya pulang karena ia baru teringat kalau malam itu akan ada kejutan kecil untuknya ke 19 tahun.
"Lama banget sih kamu dari toilet?"
Sambil menyuap makanan kemulut.
"Tadi ada Toni, jadi aku ajak dia tapi dia tidak mau kesini."
Sambil makan keripik.
(kesedak)
"Oiya,, aku baru ingat. Yaudah ini makanan kita bawa pulang aja ya."
Mengalihkan.
"Kenapa? Emang kamu ingat apa?"
(bingung)
"Adalah pokoknya, pulang yuk..."
"Yaudah terserah sih..."
(pasrah dan bingung)
Baru kali itu, ia merasa aneh pada Jennie. Dengan saking penasarannya, pas masuk dalam mobil ia langsung menanyakan apa yang terjadi padanya barusan tadi. Tak biasanya ia mengalihkan pembicaraan Clara.
"Jen? Jawab jujur, ada apa sih kamu tadi tidak biasanya kamu seperti gini?"
menatap matanya dengan tajam.
"Tidak adalah... aku cuman ingin pulang cepat saja, soalkannya ayahku kan lama pulang kerjanya."
Sambil memakai safetybelt.
Ia tetap percaya sama sahabatnya meskipun agak sedikit aneh pada diri Jennie. Akhirnya, dia pun mecoba melupakan keanehan pada sahabatnya barusan tadi. Walaupun mencoba melupakan hal tadi, sampai turun dari mobil pun ia masih berada dalam kebingungan melihat gerak-gerik sahabatnya itu.
"Sudahlah Ra, nanti kamu sakit siapa yang susah? Lupakan aja soal tadi."
"Iyalah aku pulang dulu, makasih ya...."
Memeluknya dengan erat.
(Tiba dalam rumah, keadaan rumah pun sungguh menegangkan.)
"Assalamua'laikum.. ma, pa, bang, bi, pak Lemon? Kok gelap ya, tumben orang ini udah tidur jam segini ya?"
Bicara dalam hati.
Ada suara gelas pecah, angin malam semakin mencekam, tirai berwarna putih diterpas angin, kertas yang ada di meja beterbangan membuat bulukuduknya semakin merinding, ayunan diluar bergerak-gerak dan tiba-tiba ada seorang perempuan yang berambut panjang sedang duduk diayunan itu membuat teriakannya sungguh penuh histeris.
"MA ..."
Meronjak ke sofa sambil menutup mata dengan bantal kursi.
"Happy Birthday! To you 2x, happy birthday 2x, happy birthday to you."
Sambut Iqbal.
Dia sangat terharu dan tidak tau lagi mau bilang apa sama mereka, sungguh kaget dirinya ada Iqbal yang ikut serta memberi kejutan kecil padanya dimalam itu. Pas dia mau niup lilin, Jennie masuk...
"Happy Birthday to you 2x, happy birthday 2x, happy birthday to you."
(Dia semakin terharu ada sahabatnya juga)
"Sebelum niup, wishnya dulu." ujar Iqbal.
(memejam mata) Ya Allah aku mau ucap terimakasih samaMu, Karena Kau telah mengirimkan mereka dalam hidupku. Harapanku semoga aku menjadi lebih dewasa lagi, moga sgala keinginanku tercapai dan satu lagi kumohon jangan hilangkan dia Ya Allah. Aaamiiin. Setelah itu, dia meniupkan semua lilin yang ada didepan matanya dan ada satu lilin yang bikin kesel. Akhirnya ...
(melirik kearah Iqbal)
(Semua orang disekitar pada menyoraki mereka berdua)
"Cieee"
Mereka berdua pun jadi salting.
"Selamat ulang tahun sayang mama."
Mencium keningnya.
"Terimakasih mama papa kejutannya"
Memeluk mama dan papa.
Kemudian, mereka menikmati perayaan ulang tahunnya dengan menyantap makanan kesukaan Clara yang sudah dibuat dari sore tadi.
"Ok, anak-anak sekarang kita makan makan lagi.." Ajakan mama
"Yeaa..."
sambut anak anak lainnya.
Tiba-tiba entah kenapa clara menghentikan dulu sebelum lanjut makan, karena sepertinya ada yang ia ingin tanyakan.
"Ada apa, Ra..?" Jennie.
"Yang duduk di ayunan tadi siapa ya?"
(Semua orang tertawa mendengar pertanyaan Clara barusan.)
"Loh,, kenapa tertawa, ada yang lucu ya dari pertanyaanku?"
"Yang duduk di ayunan tadi itu Jennie, dia sedang menunggu surprise untuk kamu sayang.. " ujar mama
"Hah! ... Jennie"
melempar pakai bantal
Suasana dirumah pun, semakin seru dan malam itu baginya ia jadikan memori terindah pada saat ulang tahunnya ke 19. Karena baru kali ini, ia merasakan acara ulang tahunnya didatangi seorang sahabat laki-laki impian dirinya yaitu Iqbal Alexander sosok yang ia dambakan selama ini. Tetapi ia tetap berkonsisten diri untuk tidak berpacaran. Akhirnya mereka sangat menikmati dan menyantap makanan buatan mama diatas meja yang sudah dihidangkan. Mereka bertiga pun, pergi makan bersama diatas ayunan tadi dengan semiliran angin malam yang mendukung suasana malam itu.
Tiba-tiba Clara melihat Toni, seakan ia pengen bergabung dengan mereka. Lalu ia memanggilnya. Saat ia memanggilnya, suara tawa dan perbincangan pun terhenti secara mendadak.
"Hah!... Toni? Bukannya?" ujar Iqbal.
Jennie langsung mengijak kakinya, biar dia tidak menceritakan dulu kepadanya karena pasti ada waktu yang sesuai untuk menceritakan kepada Clara. Dan ia pun bingung mendengar kalimat sederhana yang diujarkan Iqbal. Padahal toni adalah sahabatnya iqbal juga, begitu mudah ia melupakannya.
"Toni, Bal.. masa kamu lupa sih sama sahabat sendiri?..."
"Eh.. hari ini udah malam lagian besok kita sekolah. Ceritanya sambung kapan-kapan saja ya Ra.. aku pulang dulu" mengalihkan dan mengkedipkan mata kearah Iqbal.
"Eh... iya,, aku pulang dulu ya Ra..."
Dia pun semakin bingung,
"Ada apa semua ini?"
Namun, dia juga mencoba melupakan itu lagi dan dia kembali masuk kedalam rumah karena sudah terlalu malam juga.
"Sayang, ingin kemana?" ujar mama.
"Mau kekamar ma... Clara sudah ngantuk ma.. Assalamua'laikum"
"Wa'laikumsalam"
(Dia kembali mengganti baju tidurnya, lalu matikan lampu dan tidur sambil melupakan hal tadi.)

Rainbow In My Love (Completed) Where stories live. Discover now