Part 12

11 7 0
                                    

"Gue takut kalau mama Clara melihat gue ada disini bersama Lo bukan sama dianya. Mendingan kita gimana ni, haruskah gue menyamar diri?"
Dia langsung mengalihkan pandangannya dari Iqbal, bearti ternyata ia dekat dengannya karena Clara bukan karenanya. Dia kembali menatap mata Iqbal yang cemas lalu berkata dalam hati sebenarnya gue itu sama Lo Bal, tapi gue sadar Lo itu udah lama kenal sama sahabat gue kecil. Jadi gak kan mungkin terjadi teman makan teman diantara gue dengan Clara yang kian lama udah kenal dekat bahkan sudah dianggap saudara sendiri.
"Loh, kok Lo malah diam gitu sih? bukan cari ide gitu" (Dia menghela nafas secara pelan-pelan)
"Yasudah Lo pake masker gue ini, terus pake topi gue juga dan kita jalan keluar café biasa aja seperti tidak ada masalah" sambil menutup tasnya.
Akhirnya dia setuju dengan ide cemerlangnya Jennie. Lalu, mereka pergi ke kasir untuk membayar apa yang mereka pesan tadi kemudian mereka berjalan seperti biasanya seperti tidak ada masalah. Tiba-tiba ada seseorang yang memergoki mereka berdua keluar dari café itu. Ternyata orang itu anak kelas sebelah yang suka tawuran dan sok jago itu.
"Eits, Lo Jennie kan? Dan?" melihat Iqbal dengan aneh.
Jennie langsung membawa Kelvin yang memergoki mereka barusan ke parkiran, biar geng mama-mama hits jaman NOW  tidak melihat mereka.
"Apaan sih Lo, aneh banget kalian ni? jangan2 kalian ada hubungan ya?"
"Heh, jaga mulut lo" menutup mulutnya Kelvin. "Pokoknya cukup Lo yang tau ini jangan sampai semua anak sekolah tahu. Nanti Clara pasti marah sama gue kalau tadi gue reject teleponnya dan sama sekali gue bukan tipe orang yang makan teman"
(sok cool) "Memang gue mulut ember gitu?"
"Mana tau Lo keblablasan"
Iqbal langsung mengalihkan karena dia semakin cemas, kalau mamanya Clara memperhatikan dia terus tapi dengan kebingungan. Jadi, dia takut kalau mamanya Clara menghampirinya bersama Jennie dan ada Kelvin juga di parkiran.
"Yasudah, udah. Ayo Jenn kita pulang, gue takut ni, soalnya mamanya Clara udah memperhatikan gue dengan kebingungan sepertinya"
Akhirnya mereka meninggalkan Kelvin diparkiran, langsung memasuki mobilnya Iqbal dengan lega.
Dia nangis sejadi-jadinya hingga terlelap diatas bingkai foto tersebut, tak seperti biasanya ia lebih bangun awal dibandingkan sebelumnya. Karena ia sudah berjanji dengan hatinya kalau mulai hari ini sampai seterusnya ia tidak mau terlambat lagi bangunnya. Selesai sholat, ia langsung siap-siap untuk mandi dan mengkemaskan segala yang dibutuhkan untuk hari ini. Semua orang yang ada di rumahnya pada senang melihat Clara bangun pagi lebih awal daripada sebelumnya, ia membalas kesenangan mereka dengan senyuman manis dari bibirnya. Dia baru menyadari ternyata kalau bangun cepat itu banyak manfaatnya, kenapa? Kita bisa mengobrol santai dengan keluarga, sambil canda-candaan dan lain sebagainya yang bisa membuat kebahagiaan kecil didalam rumah saat pagi hari. Setelah serapan kesukaan Clara disetiap pagi yaitu roti bakar + susu, ia bersiap-siap keluar rumah sambil menghela nafas secara pelan saat menatap rumah Jennie dan waktu itu ia merasa tidak ingin pergi bareng dengannya. Jadi dia hanya nunggu papanya didepan garasi.
"Ayo" ujar papanya.
Dia membuka pintu mobil, lalu memakai sabuk pengaman dan menatap lurus kedepan tanpa melihat rumah Jennie sama sekali. Sepanjang jalan ia hanya diam membisu saja tidak sedikitpun berbicara dengan papanya, sepertinya ia membayangkan kenapa dengan Jennie sekarang? Seorang papanya pasti tahu dengan gerak gerik anak gadis kesayangannya berubah 100% dari sebelumnya, lalu beliau yang memulai pembicaraan denganya.
"Papa heran dengan kamu gak biasanya kamu seperti ini? Dan juga setiap pagi kamu selalu pergi bareng dengan Jennie. Tapi tadi kok tidak ya? Kalian berkelahi?"
Dia hanya diam saja dan tidak mau menjawab karena kalau ia jawab, mama pasti tau kalau ia sedang marahan dengan Jennie.
"Papa juga sering kok kayak kamu dulu, memang dimasa-masa ini lah yang bakal kamu kangenin saat saat bersama sahabat, kangen bawelnya, kangen marahannya bahkan kangen saat kamu curiga dengannya kalau ia dekat sama cowok yang kamu suka padahal dia dekat hanya sebatas teman saja. Tapi pemikiran kita berbeda"
Dia langsung menoleh kearah papanya seakan dia minta ceritain lagi masa-masa papanya waktu itu dan seakan-akan dari tatapan matanya seperti meminta solusi menghadapi soal seperti itu.

"Pemikiran manusia itu memang berbeda, tetapi gak ada salahnya kan kalau kita cemburu dengan sahabat sendiri dekat dengan orang yang kita suka meskipun cemburu itu yang membuat memisahkan hubungan persahabatan seperti ini !?"
Arqueen Story

Rainbow In My Love (Completed) Where stories live. Discover now