Part 10

14 6 0
                                    

Tinong ... tinong ...
Asistennya yang membuka pintu dan langsung ia memanggil istrinya.
"Assalamua'laikum"
"Wa'laikumsalam," jawab asistennya.
"Mana istri saya Lara?"
Sebelum asistennya memanggil, istrinya sudah keluar dari kamar putra mereka dengan riang menyambut kedatangan suaminya yang selama 2 hari ia tidur sendirian dan akhirnya ditemanin oleh sang suami tercinta.
"Yasudah kamu mandi dulu sana Bal, bau asam kamu. Bunda mau buka pintu dulu." sambil gurauan putranya itu.
Iqbal dan Clara tertawa kekeh mendengar gurauan bunda barusan tadi.
"Clara ayo kamu serapan dulu" ajakan sang ibundanya Iqbal.
"Iya tante." mengikuti beliau dari belakang.
Akhirnya.
"Aaggh, sayang akhirnya kamu sudah pulang. I miss u darling" berpelukan dengan sang suami tercinta.
" I miss u too my sweet wife"
Setelah mereka melepaskan pelukan rindu mereka selama 2 hari tidak ada di rumah sang suami, si Clara tersenyum terharu melihat orangtuanya Iqbal seromantis itu seperti di film-film. Berhubungan dengan Iqbal masih mandi, ibundanya mengajak ayahnya Iqbal serapan bersama dengan Clara dulu. Tidak lama ayahnya membalikan piring untuk menaruhkan sebuah roti tawar yang menjadi kebiasaan mereka disetiap pagi, Iqbal menghampiri sang ayah langsung memeluk beliau sebagai kerinduan seorang anak dengan sang ayah.
"Happy birthday sayang, maafkan ayah ya, semalam ayah tidak bisa ikut party kamu"
"Tidak apa kok yah, oiya ini Clara ayah.."sambil melepaskan pelukan rindunya.
"Iya ayah sudah tau kok, Clara itu waktu kecil sering datang ke rumah kita" Tangan beliau memegang bahu putranya yang kekar.
Dia pun heran dan bingung langsung ia memandangi Clara yang sedang menaruh sebuah roti di piringnya. Tangannya Iqbal langsung mengangkat wajahnya Clara untuk meyakinkan kalau ia udah dari kecil sudah kenal akrab dengan Iqbal. Ibundanya hanya tersenyum terharu melihat mereka.
"Iya, kalian itu kompak banget waktu itu. Bahkan sampai tetangga pun bunda lahirin anak kembar kata mereka"
Mereka pun ternganga dan tertawa terbahak-bahak mendengar ibunda barusan tadi dan langsung mereka saling memandang. Setelah itu, suasana yang sedikit canggung bagi Clara karena ada ayahnya Iqbal saat mendengar review kembali masa kecil mereka berdua suasana yang canggung baginya tergantikan tawa yang yang bikin sakit perut saking mendengar tingkah-tingkah lucu mereka berdua sambil melihat video mereka waktu kecil bermain di taman rumah. Sampai lupa mereka semua serapan. Si Clara memang dari dulu kalau sekali tertawa, memang sulit untuk berhenti tawanya. Orang-orang sekitarnya sudah berhenti tertawa, tetapi melihat reaksinya Clara begitu mereka jadi ikut tertawa lagi. Akhirnya yang meredakan tawanya Clara si Lara, karena kebetulan si Lara mau bertanya kalau bajunya Clara semalam masih lembab.
"Maaf mbak Clara, baju mbak masih lembab"
Dia kaget tiba-tiba ada si Lara menghampirinya berada disamping Clara dan langsung menanyai tentang baju semalam. Membuat dirinya tidak jadi menyuap sepotong roti kemulutnya. Bunda Iqbal langsung memarahi si Lara karena tidak sopan orang lagi asik-asik tak ada sedikitpun izin untuk permisi. Akhirnya si Lara merasa bersalah jadi ia minta maaf dengan bunda Iqbal, ayah Iqbal dan Clara juga. Dan Clara pun meleraikan suasana.
"Ya sudah mbak, bajunya biar saya bawa saja. Nanti di rumah bisa dikeringkan lagi. Soalnya bentar lagi saya mau pulang juga" sambil mengambil gelas air minum untuk melegakan tenggorakannya.
Bundanya Iqbal langsung menahan si Lara jangan dikasi dulu bajunya, biar saja baju Clara kering disini. Besok diambilnya setelah pulang sekolah. Karena si Lara merasa bersalah dengan ibundanya Iqbal, jadi dia harus menuruti perintah dari tuan rumah. Memang seharusnya tamu diperlakukan seperti ratu. Tapi, Clara tidak mau lagi merepoti asisten mereka karena mereka semua sudah baik banget semalam sudah membantu dia waktu kejadian di usilin oleh geng Cristal. Jadi dia merangkai tangan si Lara, untuk jangan kembali kebelakang biar saja bajunya yang masih lembab itu dibawanya dan di rumah nanti bisa dijemur kembali. Akan tetapi sang ibundanya Iqbal tetap memaksa si Lara menjemur kembali bajunya Clara yang masih lembab itu, beliau tidak merasa sama sekali diperepotkan oleh Clara bahkan beliau sangat senang kalau Clara main lagi ke rumah Iqbal. Bisa tertawa bersama lagi, bisa mengulang kembali masa kecil mereka berdua dan bahkan beliau sudah menganggap si Clara sebagai anaknya beliau. Si Clara pun tidak bisa membantah permintaan beliau, karena ia pun sudah menganggap bundanya Iqbal sudah seperti mamanya. Akhirnya, dia mau pulang kembali ke rumah dan juga sudah hampir jam set 10 pagi waktunya ia harus balik. Meskipun ia sudah menganggap bundanya Iqbal seperti mamanya, tapi yang selalu menjadi bintang kehidupan Clara tetap seorang mama yang sudah lahirin dia, mendidiknya dan membesarkannya untuk menjadi anak yang siap berbakti pada orangtua dan Nusa Bangsa.
"Yasudah tante, om... Clara mau pulang dulu, soalnya sudah hampir jam set 10. Makasih banyak tante, om udah mau tumpangin clara disini" sambil mensalamin orangtuanya Iqbal.
"Hmm, cepettnya kamu mau balik? Padahal banyak yang mau tante cerita sama kamu hari ini"
"Iya tante, maafkan Clara tante. Clara tidak bisa nemenin tante cerita, soalnya Clara juga rindu sama mama dan papa"
Ketika mendengarnya, tangis yang baru keluar dari pipinya bunda begitu terharu saat Clara bilang rindu dengan mama dan papanya. Betapa baik budinya anak ini dengan orangtuanya.
"Yasudah kamu dianterin sama Iqbal pulangnya" menatap kearah Iqbal yang sedang membuka hp dengan pura-pura tidak tau dengan apa yang terjadi.
"Bal, kamu anterin Clara pulang ya" menarik handphonenya dari tangan Iqbal.
"Oke siap" beranjak dari kursi, mengambil kunci mobil didalam kamarnya.
Ayahnya dan Clara tertawa kekeh melihat reaksi semangatnya menganterin princess Clara yang hanya untuknya.
"Yasudah tante, om.. Clara balek dulu. Assalamua'laikum."
"Wa'laikumsalam"
Mereka pun mulai keluar dari kompleks, tidak jauh dari pagar kompleks tiba-tiba ada orang dipinggir jalan  yang sedang sepertinya menatap mereka berdua dari depan kaca mobil sambil tersenyum bahagia melihat mereka berdua sudah bahagia tidak memikirkan dia lagi. Dia itu Toni, yang bisa melihat seperti itu hanya Clara. Clara memang mempunyai indra ke 6 jadi dia bisa melihat seperti itu. Dia pun membalas dengan senyuman manis yang pernah ia tunjukkan waktu bermain dengan Toni semasa kecil sebelum ia pergi untuk selamanya. Lalu, Iqbal memperhatikannya dengan heran kenapa si Clara senyum-senyum sendiri begitu? Semakin kuat keheranannya didalam benak pikiran Iqbal kenapa ini anak? Akhirnya Iqbal menanyai apa yang terjadi sama Clara?
"Ra, Kamu kenapa? Kok senyum-senyum sendiri?"
Dia mengalihkan semua itu, lalu menatap dalam kearah Iqbal. 
"Aku tidak apa kok, aku cuman bahagia kalau kita seperti ini"
Dia pun semakin heran dengan ucapan si Clara barusan tadi. Tidak biasanya ia bicara seperti itu dengan Iqbal.
Menghentikan mobil dipinggir jalan.
"Loh, kenapa kok berhenti?" heran Clara.
"Aku mau nanya kamu bahagia kita seperti ini?" senyum sekilas dimata Clara.
Dia menghela napas dengan pelan, lalu menatap dalam kearah matanya Iqbal.
"Bal, aku bahagia sama kamu karena kamu sudah bisa menceriakan hatiku dan sudah menggantikan posisinya Toni waktu itu bersamaku sebelum ia pergi untuk selama-lamanya." sambil tersenyum.
Dia mengkerutkan dahinya dengan secara pelan sambil mencermati kalimat yang diucapkan oleh nya barusan tadi. Dan Clara langsung melihat jam ditangannya ternyata sudah jam 11 siang, dia pun mengalihkan pandangannya kearah jalan ternyata dari tempat mereka berhenti ke rumah Clara sudah tidak jauh lagi hanya beberapa langkah saja. Dan dia melihat Iqbal yang masih terdiam menghadap stir mobil, jadi dia tidak tega memerintahkan untuk mengantarnya sampai di rumahnya. Lalu dia mengambil keputusan untuk jalan kaki saja karena hanya beberapa langkah kaki juga.
"Bal, aku jalan saja ya. Soalnya tidak jauh lagi rumahku dari sini." sambil membuka pintu, tiba-tiba lengannya ditarik langsung oleh Iqbal wajahnya  Clara pun membalik kearah tatapannya Iqbal yang sangat dalam.
Saat mereka bertatapan kembali yang sangat dalam, seakan suara kendaraan dari luar sedang menyaksikan mereka berdua dengan tatapan yang begitu dalam. Sehingga suara keributan dari luar tidak terdengar lagi oleh mereka.
"Biarkan tanggung jawabku yang akan mengantar kamu sampai didepan rumah" Melepaskan lengannya Clara.
Akhirnya Clara pun tidak bisa memaksa dari keputusannya karena kalau tipe seperti dia keputusan yang sudah diucapkan melalui bibirnya tidak bisa ditarik lagi dan tidak bisa untuk dibantah. Setelah itu, dia pun sampai juga di rumah lalu ia keluar dari mobilnya dan kembali menutup pintu mobilnya dia hanya meninggalkan Clara yang masih mematung didepan rumahnya, hanya berupa klarkson mobilnya saja sebagai kode "aku pulang". Si Clara bingung tidak biasanya si Iqbal si gesit itu, hanya membungkam seribu kata setelah ucapan Clara barusan tadi. Dia heran dan ada merasa cemburu dengan dia, karena dia itu termasuk cowok populer yang begitu cepat di sekolahku. Dia kan termasuk anak baru juga, baru seminggu sekolah langsung kepopulerannya naik dan semua cewek-cewek di sekolah pada merapat dengan dia termasuk sahabatnya sendiri Jennie. Meskipun si Jennie tidak pernah sedikitpun terlihat gelagat sukanya pada cowok tapi dari bicaranya ia sudah nyaman sepertinya.
Ia termenung sambil menatap rumahnya Jennie. Dan ia berusaha tidak berburuk sangka dengan Iqbal dan dengan sahabatnya sendiri yaitu Jennie. Dia tetap tidak mau persahabatannya hancur karena ini. Dia pun kembali masuk kedalam rumah dan di rumah sepi cuman ada seorang mama yang sedang sibuk dengan laptop dan handphonenya melayani bisnis sahamnya di ruang tamu. Dia duduk disamping mama dan berbicara dengan mama.
"Assalamua'laikum ma, mama lagi sibuk ya?"
"Wa'laikumsalam sayang... kamu sudah pulang? Mana Iqbalnya kok tidak disuruh masuk?" masih melihat laptop dan handphone beliau.
"Dia sudah pulang ma, tadi Clara mau ajak, dia langsung klarkson saja gitu ma" menunduk kepala.
"Yasudah kamu bersih-bersih sana, jangan lupa dzuhur nanti yaaa"
Walaupun mamanya begitu sibuk dengan sahamnya, tapi beliau tidak pernah lupa untuk selalu mengingatnya sholat, tetapi beliau tidak pernah tau gimana perasaan clara diluar sana menghadapi orang yang belum muhrim dengannya terus dia suka, tetapi dia bingung harus sama siapa dia tuangkan rasa suka itu. Lagian dia tidak mau gara-gara ini pendidikannya terganggu. Dia tetap bertahan disamping mama untuk berbicara sebentar saja dengan beliau.
"Ma" dengan suara pelan.
"Hm, apa sayang? Mama lagi sibuk ni"
"Clara mau bicara sama mama sebentar saja"
Tidak lama ia memohon, dering handphonenya mama berbunyi ada salah satu pelanggan mama yang mau beli saham mama. Jadi terpaksa ia harus hargai apa dilakukan mama, meskipun ia ingin sekali bicara sebentar dengan mama untuk mendapatkan cara menahan rasa dengan seseorang yang belum muhrim. Ia pun pergi ke kamar meninggalkan mamanya yang sedang nelepon untuk menenangkan dirinya dengan sholat dan dia yakin suatu saat nanti ia pasti ada waktu untuk bicara sama mama.
"Ma, Clara mau ke kamar dulu mau sholat"
"Iya sayang" sambil menjauhi telepon dari telinganya. Lalu beliau melanjutin telepon dengan pelanggannya.
Dia pergi ke kamar, mengunci pintu dan tidak sengaja menatap bingkai photo Winnie the pooh didinding yang tidak jauh ia berdiri. Lalu ia langsung menggapai bingkai tersebut, sambil meneteskan air mata di atas kaca bingkai itu pada wajah Toni waktu kecil. Dia menangis melihat wajahnya Toni di bingkai foto itu, kenapa begitu cepatnya waktu memanggil dia? Didalam tangisannya ia sambil berucap aku kangen dengan kita bertiga dulu Ton ... Sejak kamu pergi, tempat aku curhat tidak ada lagi sahabatku tinggal Jennie, Ton ... dia menangis sejadi-jadinya mengingat masa lalu mereka bertiga (Clara, Jennie dan Toni). Walaupun saat ini, sudah ada yang menggantikan posisi Toni tapi tetap Toni sahabat sejati yang bisa menghargai perasaan perempuan. Waktu dzuhur pun tiba, air matanya pun berhenti sejenak seperti mengikhlaskan apa yang sudah terjadi dalam hidupnya.

"Kehilangan sahabat sejati itu memang berat, walaupun ada yang menggantikan tetapi rasa nyaman itu belum bisa tergantikan"
Arqueen Story

Rainbow In My Love (Completed) Where stories live. Discover now