10. Mabuk

65.2K 5.6K 502
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen, komen yang banyak ya biar aku tambah semangat nulisnya. Makasih banyak
____________________________________________

"Gue benci sama lo, Ali. Gue benci." Di sepanjang perjalanan menuju rumah Ali, Naya terus meracau seperti ini. Perempuan itu meminum minuman beralkohol terlalu banyak sehingga membuatnya mabuk berat.

Melisa yang memang hanya minum sedikit berbesar hati untuk mengantar sahabatnya pulang, ia masih bisa mengendarai mobil seorang diri di tengah gelapnya malam, namun ia sama sekali tak mengerti dengan semua racauan Naya.

Sebelumnya ia tak pernah tahu siapa Ali, karena Naya tidak pernah menceritakan kepadanya mengenai lelaki itu. Yang diceritakan oleh Naya hanyalah Rio, tidak ada yang lain. Akan tetapi anehnya, Naya terus menyebut nama Ali sekarang.

"Kenapa lo harus ada di hidup gue, hah?" Naya menarik satu sudut bibirnya, kedua mata indah perempuan berparas cantik itu terlihat begitu sayu. "Hidup gue jadi nggak bebas gara-gara lo!"

"Gue akui, lo emang laki-laki baik, tampan, manis, sabar, sama perhatian. Tapi maaf aja, gue sama lo itu diibaratkan kayak langit dan bumi, beda jauh."

"Lo lagi ngomongin siapa si, Nay? Gue nggak pernah tau siapa Ali." Karena rasa penasarannya sudah sangat tinggi, alhasil pertanyaan pun berhasil dilontarkan oleh Melisa yang ditujukan hanya untuk Naya.

"Lo nggak perlu tau siapa Ali, gue nggak mau semua orang tau tentang lelaki letoy itu."

Oke, sepertinya ini memang bukan waktu yang tepat untuk menanyakan perihal tersebut pada Naya. Melisa akan menanyakannya nanti ketika Naya sedang tidak dalam kondisi mabuk.

Sementara di lain tempat, Ali terus menunggu kedatangan Naya di luar. Sebenarnya ia ingin menghubungi Dimas, namun sepertinya niatan itu ia urungkan lantaran tak ingin membuat Dimas cemas. Ia yakin sekali jika Naya tidak mungkin kembali ke rumah papanya. Jika iya Naya kembali ke sana, sudah pasti Dimas akan menghubunginya detik ini juga.

"Ya Allah, lindungilah istri hamba di mana pun dia berada," gumam Ali.

Ciitt!

Tak lama kemudian, terlihatlah sebuah mobil yang berhenti tepat di depan gerbang rumah. Ali menautkan kedua alisnya, di tengah malam seperti ini ada seseorang yang ingin bertamu?

Pikiran Ali langsung tertuju pada Naya, mungkin saja mobil tersebut adalah mobil yang dinaiki oleh Naya. Berarti Naya ada di dalamnya.

Dengan segera ia berlari menuju gerbang rumah lalu membukanya, ia menunggu seseorang turun dari mobil. Akan tetapi, bukan Naya yang turun melainkan seorang perempuan yang berpakaian seksi alias rok mini dengan bagian dadanya terbuka.

Ali pun langsung menundukkan pandangan. "Siapa dia? Sepertinya saya nggak kenal sama perempuan itu. Tapi kenapa dia menghentikan mobilnya di depan rumah saya?" Tak ingin banyak berpikir panjang, Ali akhirnya memilih untuk menutup gerbangnya kembali.

"Pak satpam, tunggu! Jangan ditutup gerbangnya!" teriak perempuan yang mengenakan rok mini itu.

Satpam? Apa dia mengira saya adalah satpam di rumah ini? batin Ali. Walau banyak sekali pertanyaan yang bergumul di benaknya, Ali tetap terlihat biasa saja ketika perempuan yang tidak ia kenali memanggilnya dengan sebutan 'Pak satpam'. Ia juga tidak jadi menutup pintu gerbang rumahnya.

Perempuan yang tak lain adalah Melisa itu mencoba memapah Naya untuk masuk ke dalam rumah. Susah payah ia memapah Naya karena tubuh sahabatnya memanglah berat.

"Tolong bantu saya, Pak. Naya mabuk berat," ucap Melisa.

Mendengar nama Naya disebut, Ali yang tadinya hanya menunduk segera mendongakkan kepala untuk melihat bagaimana kondisi istrinya.

Dear Mas Ali (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now