22. Tak Bisa Dikendalikan

51.7K 5.4K 1.2K
                                    

Makasih banyak buat kalian yang udah vote dan komen di chapter sebelumnya sampai bisa mencapai target. Fyi, seperti janji aku kalau vote dan komen bisa terpenuhi, aku bakalan up secepatnya.

Tapi Ges, komen di setiap paragraf juga perlu loh. Aku bakalan lebih semangat lagi ngetiknya kalau kalian komen juga di setiap paragraf😣👉👈

Siapa yang nunggu cerita ini up?

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Komen yang banyak ya! Kalau bisa komen di setiap paragraf. Terima kasih.

1 rb vote + 1 rb komen untuk next chapter^^
____________________________________________

"Ditinggal seharian begini, kira-kira Naya udah pergi ke mana aja ya? Sebenernya saya takut Naya pergi ke tempat terlarang itu, di mana aroma alkohol tercium jelas. Saya takut Naya mabuk lagi seperti beberapa minggu yang lalu. Saya juga takut Naya mengikuti balap liar seperti kemarin malam," gumam Ali, dengan kedua mata yang masih fokus ke depan. Ia memang sedang mengendarai mobilnya, ia sedang berada dalam perjalanan pulang.

"Aarrrgghhh! Akibat berita tidak menyenangkan itu, saya jadi membebaskan Naya! Harusnya saya nggak ngelakuin hal bodoh kayak gini!!!" Ali memukul kemudi untuk melampiaskan rasa kesal yang tiba-tiba menguasai dirinya.

Ya, ia menyesal karena telah meninggalkan Naya seorang diri di rumah dan mengatakan jikalau dirinya membebaskan perempuan itu. Naya bebas melakukan apa pun yang Naya suka termasuk dugem dan balapan motor yang jelas-jelas semua kegiatan tersebut sangat dilarang oleh Ali.

Saat Ali sedang fokus mengendarai mobilnya, tiba-tiba ada sebuah motor sport berwarna hitam melaju cepat hingga menyusul mobil milik Ali. Awalnya Ali pikir orang itu memang ingin menyalip dirinya. Akan tetapi, ternyata dia malah menghentikan motornya tepat di depan mobil Ali, sehingga mau tidak mau Ali pun harus menghentikan mobilnya.

"Astaghfirullahal'adzim, siapa dia?" ujar Ali, karena memang ia sama sekali tak mengenal orang yang telah mencegat jalannya itu.

"Heh, turun lo! Turun, Bangsat!!!" teriak orang itu.

Akhirnya Ali turun dari mobil dengan kedua alis saling bertaut--heran. "Siapa kamu?! Berani-beraninya mencegat jalan saya!"

Tanpa disangka, orang itu menarik kerah kemeja Ali seraya menampilkan wajah marahnya. Jujur, Ali sendiri tidak tahu memiliki masalah apa dengan seorang lelaki yang berada di depannya ini.

"Brengsek lo! Gara-gara lo, adik gue sedih berkepanjangan! Gara-gara lo, gue nggak bisa ngeliat keceriaan di wajah adik gue lagi!!!"

"A--apa maksud kamu? Saya nggak ngerti," ucap Ali.

"Gue Davit, kakaknya Hasna, cewek yang udah lo sakitin!!! Lo harus terima pembalasan dari gue, Anjing!!!" paparnya yang berhasil membuat Ali membelalakkan kedua matanya sempurna.

Tentu saja Ali terkejut mendengar pernyataan bahwa dia adalah kakak Hasna. Ia baru tahu jikalau Hasna memiliki seorang kakak.

Bugh!

Satu pukulan yang sangat keras mendarat di pipi kanan Ali sehingga membuat lelaki itu terhuyung ke samping, sudut bibirnya sampai berdarah saking kerasnya tamparan Davit.

Berkali-kali Davit memukul Ali. Akan tetapi, tak ada pembalasan dari sang empunya. Davit sendiri bingung mengapa Ali hanya diam ketika dirinya memukul lelaki itu hingga banyak memar dan luka yang tertinggal.

"Kenapa lo diem dan nggak ngebales pukulan gue?" tanya Davit dengan napas naik turun, memburu tak beraturan.

"Saya mengaku salah atas janji saya yang nggak bisa ditepati ke Hasna. Saya minta maaf yang sebesar-besarnya akan hal itu." Ali merapatkan kedua tangannya di depan Davit. "Kamu boleh memukul saya sepuas kamu, saya nggak akan membalasnya karena saya tau kalau saya memang salah."

Dear Mas Ali (Sudah Terbit)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon