18. Tantangan Rio

58.2K 5.5K 2K
                                    

Jangan lupa vote dan komen di chapter ini ya. Komen yang banyak, kalau bisa di setiap paragraf. Terima kasih.

Pokoknya harus komen di setiap paragraf!

Jangan lupa juga bantu promosi cerita ini di sosial media kalian biar makin banyak yang baca🤗

_______________________________________

Sebelum menjawab pertanyaan Rio barusan, Ali sempat melirik ke arah Naya. Perempuan itu tentu saja tengah menatap tajam Ali. Bagaimana tidak, Ali sudah merusak acara Naya malam ini, pun sudah mengatakan di depan semua teman-teman Naya bahwa dia adalah suami sah perempuan itu.

Akan tetapi Ali sama sekali tak peduli dengan ekspresi wajah sang istri, ia menarik satu sudut bibirnya, menampilkan seulas senyuman sinis kemudian mengalihkan pandangan ke arah Rio seraya melipat kedua tangan di depan dada.

"Iya, Naya adalah istri saya. Istri sah Muhammad Ali Alfikri," ucapnya penuh penegasan.

Hancur sudah, tak ada yang tersisa. Harapan untuk bisa membuat Naya menjadi kekasihnya kembali malah dipatahkan oleh kenyataan bahwa perempuan itu sudah memiliki suami. Perempuan itu sudah memiliki pendamping hidup.

Kapan Naya menikah? Ia sendiri tidak tahu. Sungguh, rasanya Allah sangat tidak adil kepadanya karena telah mengambil Naya--wanita yang sangat ia cintai untuk orang lain.

"Gimana bisa? Nggak mungkin Naya mau nikah sama cowok kayak lo!" ujar Rio sembari menunjuk Ali menggunakan jari telunjuknya.

"Hahah, gue yakin lo cuma halu doang. Orang kayak lo nggak usah ngaku-ngaku jadi suami Naya karena Naya cuma milik gue." Rio memperhatikan penampilan Ali dari atas sampai bawah. Ia rasa penampilan dirinya jauh lebih keren daripada lelaki yang berada di hadapannya.

"Jika Allah sudah menakdirkan saya berjodoh dengan Naya, maka semua yang kamu rasa tidak mungkin akan menjadi mungkin. Dan ... kamu bilang apa tadi? Naya cuma milik kamu? Memang apa buktinya?" Ali sengaja berkata demikian lantaran ia ingin tahu bagaimana jawaban Rio atas pertanyaannya barusan.

"Gue sama Naya saling mencintai, kami berdua pernah menjalin kasih." Dagu Rio terangkat sempurna dengan satu sudut bibir yang ditarik ke atas. Ia yakin jawabannya beberapa detik lalu mampu membuat sang lawan bicara terdiam seribu bahasa, ia yakin lelaki asing yang tidak dikenal olehnya ini tidak akan bisa membalas ucapannya.

Ali terkekeh kecil lantas memegang bahu kanan Rio sembari berucap, "Pernah menjalin kasih? Berarti sekarang kalian sudah tidak ada hubungan apa-apa dong ya?"

"Sebaiknya kamu hapus rasa cintamu pada istri saya sekarang juga, karena saya tidak akan pernah mengizinkan siapa pun mencoba merusak rumah tangga kami, termasuk kamu!" Nada suara Ali semakin meninggi karena merasa geram pada Rio yang telah mengatakan secara terang-terangan jikalau lelaki itu mencintai Naya. "Asal kamu tahu, tidak ada bukti paling nyata dari sebuah cinta selain dengan akad nikah."

Skakmat, niat hati ingin membuat Ali kehabisan kata-kata, kini malah dirinya yang tidak bisa membalas lontaran kata yang diucapkan oleh Ali barusan. Ia termakan ucapannya sendiri.

Namun bukan Rio namanya kalau mengalah begitu saja. Oke, Rio percaya jika Ali adalah suami Naya. Meskipun begitu, ia tidak akan mundur untuk mendapatkan Naya kembali. Naya harus bisa menjadi miliknya malam ini juga.

Kedua tangan lelaki itu mengepal kuat hingga kuku-kuku jarinya memutih, wajahnya memerah, dan kedua matanya terus menatap tajam Ali.

"Gue nantangin lo buat balapan motor sama gue! Kalau gue menang, lo harus rela Naya pacaran sama gue, lo harus bisa nerima dan nggak keberatan seandainya gue ajak jalan Naya setiap malem! Tapi kalau lo menang, gue janji nggak bakal ganggu rumah tangga lo sama Naya, dan gue bakal pergi sejauh-jauhnya dari hidup istri lo itu! Gimana? Lo mau nerima tantangan gue?"

Dear Mas Ali (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now