17. Pengakuan Ali

61.1K 5.5K 1.9K
                                    

Makasih banyak buat yang udah vote sama spam komen di chapter sebelumnya.

Jangan lupa vote dan komen juga ya di chapter ini. Komen yang banyak, kalau bisa komen di setiap paragraf. Harus komen di setiap paragraf si, aku maksa🤧

Happy reading💜
_______________________________________

Mendapat larangan demikian dari Ali, sudah pasti Naya tidak terima. Terlebih, ia rindu sekali dengan balapan motor, jadi tidak ada yang bisa melarangnya sekalipun yang melarang tersebut suaminya sendiri.

"Apa lo bilang? Gue nggak boleh balapan motor? Nggak! Kali ini gue nggak akan nurutin kemauan lo! Enak aja merintah gue buat jauhin kegiatan yang paling gue suka." Naya menahan napas. "Lama-lama lo ngelunjak, anjir!"

"Naya!!!" Suara Ali tak kalah keras dari suara Naya barusan, bahkan lebih keras 3 oktaf karena saking kesalnya mendengar kata-kata kasar yang lagi dan lagi keluar dari mulut istrinya itu.

Spontan, Naya mundur beberapa langkah untuk menjauhi Ali. Jujur, ia takut melihat mata Ali yang memerah akibat emosi, pun ia takut dengan tatapan tajam yang dilayangkan Ali kepadanya.

"Aku nggak suka kamu ngomong kasar kayak tadi! Aku juga nggak suka kamu ngebantah perintah aku!"

Tin! Tin! Tin!

Tepat saat Ali sedang meluapkan emosinya, suara klakson mobil terdengar, Naya yakin jikalau klakson mobil tersebut adalah klakson mobil Melisa. Cepat-cepat ia melesat pergi begitu saja dari hadapan Ali sambil berteriak, "Dinner aja sono sama setan, gue pengen seneng-seneng malam ini!!!"

"Lo nggak bisa nyegah gue buat ke arena balap motor, Ali! Lo nggak akan bisa ngelakuin itu!"

Ali mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat hingga kuku-kuku jarinya memutih, manik mata hitam milik Ali terus menatap punggung Naya yang mulai menghilang dari penglihatannya. "Oh ya? Kamu kira dengan datangnya Melisa ke sini buat jemput kamu maka aku bakalan biarin kamu tetep ikut balapan motor sama temen-temen kamu gitu aja, Naya?" Ia menarik satu sudut bibirnya. "Nggak akan."

Sementara di sisi lain, Naya tengah bersorak kegirangan lantaran bisa keluar dari rumah tanpa dicegah sedikit pun oleh Ali.

Segera ia masuk ke dalam mobil Melisa. Akan tetapi, ia terkejut setengah mati saat mendengar teriakan Melisa yang memekakkan telinga.

"Heh lo siapa?! Jangan berani macem-macem ya sama gue? Gue bisa laporin lo ke polisi! Keluar dari mobil gue sekarang! Ayo keluar!!!"

Pletak!

Tanpa disangka, Melisa kepala Naya dengan ponsel miliknya, tentu Naya mengerang kesakitan.

"Aduh, lo tega banget sama gue, Mel. Sakit tau!" ujar Naya seraya mengelus-elus kepalanya.

Mendengar suara yang sangat dikenali olehnya membuat Melisa berkerut heran. "Aneh, kenapa suara penjahat ini mirip sama suara Naya?" Ia memperhatikan penampilan orang yang ia duga adalah penjahat itu secara saksama.

"Sembarangan aja kalau ngomong. Gue bukan penjahat, gue emang Naya!" Naya segera melepas kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya dan membuka masker yang menutupi wajahnya agar Melisa percaya jika yang berada di dekatnya sekarang memanglah seorang Nayanika Adzkia Talita bukan penjahat.

"Loh, Naya?" Tawa Melisa langsung pecah saat itu juga ketika mengetahui Naya berpenampilan layaknya orang jahat. Sudah memakai sarung, masker, kacamata hitam pula. "Gara-gara terpaksa nikah sama Ali, lo jadi gila gini, Nay? Hahahah."

Naya mengerucutkan bibirnya. "Tawa aja terus, bahagia banget ngeliat sahabatnya menderita."

"Heheh, sory-sory. Jadi kenapa lo bisa berpenampilan kayak gitu? Kita mau balapan motor, bukan mau cosplay jadi penjahat," ucap Melisa. Ia segera menginjak pedal gas, lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju arena balap yang sudah dipersiapkan oleh teman-temannya sejak siang tadi.

Dear Mas Ali (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now