12. Janji yang Diingkari

57.1K 5.3K 511
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Komen di setiap paragraf kalau bisa ya! Terima kasih.

Tembus 450 vote dan 400 komen, besok aku bakalan up lagi! Janji aku bakalan up. Kalau aku ingkar, kalian boleh DM aku^^
_______________________________________

Bagai disambar petir di siang hari, tubuh Ali langsung menegang di tempat dengan kedua mata membulat sempurna. Ia baru ingat jika dirinya memang memiliki janji pada seorang wanita yang ia kagumi dulu saat ia masih berada di pondok pesantren Miyabul Falah.

Bagaimana bisa ia melupakan hal ini? Janji adalah hutang, namun di sisi lain ia tak mungkin menepati janji tersebut karena sekarang ia sudah mempunyai seorang istri.

"Ali, kenapa diem aja? Kamu lupa ya sama aku?" tanyanya. Raut wajah yang tadinya terlihat begitu ceria langsung berubah sendu, ia pun menundukkan kepala. "Apa kamu juga lupa sama janji kamu dulu?"

"Padahal aku selalu mengingatnya setiap saat. Aku kira kamu pun sama sepertiku, tapi ternyata perkiraanku salah besar."

Hasna Ranika Ayunda, wanita cantik lulusan pondok pesantren Miyabul Falah itu merasakan sesak di dadanya kala melihat Ali yang tak berkutik sedikit pun atas kedatangannya. Ekspektasi yang telah ia taruh di dalam benak seketika terinjak oleh satu fakta yang ada, fakta bahwa Ali benar-benar melupakan dirinya.

"Asal kamu tau, Li. Setiap hari aku selalu menunggu kedatanganmu ke rumah, barangkali kamu memang ada niatan datang ke rumahku untuk menemui kedua orang tuaku. Nyatanya, penantianku nggak membuahkan hasil sama sekali," ucap Hasna.

Ali ingin mendengarkan ceritanya atau tidak, ia tidak peduli. Ia hanya ingin Ali tahu betapa panjang penantiannya selama ini.

"Aku tau kamu ngajar di SMA Lentera Bangsa pun dari Ria karena aku nggak punya nomor telepon kamu. Kabar kamu aja aku nggak tau. Alhamdulillah-nya sekarang aku memiliki keberanian untuk menemuimu setelah beberapa bulan berada di ambang kebimbangan."

Hasna menghela napas panjang, ia mulai mendongakkan kepala, menatap wajah tampan lelaki yang kini berada di hadapannya, lelaki yang sudah menjadi tambatan hatinya selama lima tahun belakangan ini.

"Ali ...."

"Maaf, Hasna. Saya nggak bisa menepati janji saya kepadamu karena saya sudah mempunyai istri."

Deg!

Jantung Hasna seakan berhenti berdetak beberapa detik ketika mendengar perkataan Ali barusan. Apa katanya tadi? Ali sudah mempunyai istri? Ia tidak salah dengar, kan? Rasanya ia tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Ali.

"A—apa?" Setetes air mata langsung meluruh membasahi pipi Hasna. "Kamu bercanda ya, Li? Sumpah si ini nggak lucu."

Ali menundukkan pandangan, jarak di antara dirinya dan Hasna tidak terlalu dekat, sekitar 1 meter. Ali memang kurang nyaman jika berdekatan bersama wanita yang bukan mahramnya.

"Coba katakan, untuk apa saya bercanda mengenai kebenaran ini, Hasna? Kalau saya bercanda, wajah saya nggak akan serius seperti sekarang," papar Ali yang sukses membuat secercah harapan yang pelan-pelan ditata Hasna hancur kembali. "Saya yakin kamu pasti bisa membedakan mana perkataan saya yang mengandung candaan dengan mana perkataan saya yang mengandung kebenaran."

Mulut Hasna tertutup rapat, ia terdiam seribu bahasa selama beberapa detik. Gadis itu berusaha untuk menerima kenyataan ini walau rasanya amatlah pahit.

"Kamu telah mengingkari janjimu, Ali. Aku kecewa sama kamu. Aku bener-bener kecewa!" Hasna menahan amarahnya yang meledak-ledak lantaran ia tahu kalau dirinya berada di sekolah. Banyak para siswa yang memperhatikan dirinya.

Dear Mas Ali (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now