PERDEBATAN

1K 40 0
                                    

"mbah isah kenapa .?"

sadar kalau aku melihat nya , mbah isah pun terbangun dan mengusap air matanya , lalu menghampiriku,

"ngak apa-apa rud, ayo kita masuk masih larut malam , "
ujarnya,

aku terus memperhatikan nya , kulihat mbah isah tak mampu menahan tangisnya , air mata nya jatuh membasahi pipi  walau terlihat ia sudah menahan nya ,

"sudah rud , ayo kita tidur lagi,"
imbuhnya sembari membaringkan tubuh tua nya ,

aku yang tidak tau apa yang terjadi pun ikut membaringkan tubuhku, mbah isah yang tidur membelakangi ku pun terdengar masih menangis kecil, rasanya ingin sekali bertanya penyebab dari tangisan nya , namun saat ini aku masih sangat mengantuk dan mataku terpejam dengan sendirinya .

pagi pun kini tiba , aku terbangun dan melihat mbah isah sedang sarapan pagi rambutnya yang mulai memutih terlihat basah yang berarti mbah isah sudah mandi ,

"sudah bangun rud.? kamu makan dulu sebelum pulang kerumah nenek mu, simbah juga mau ikut kesana ,"
ucap mbah isah,

"iya mbah , mungkin bapak sudah di rumah nenek , "
ucapku sembari mengambil sebungkus nasi ,

"ohh iya , semalam simbah isah kenapa menangis di depan rumah.?"
imbuhku yang kini penasaran dengan kejadian semalam ,

"ngak perlu di ceritain sekarang rud, nanti juga kamu bakalan tahu, simbah akan ceritakan semua sama bapak mu,"
ujar mbah isah,

tanpa menanyakan apapun lagi aku pun makan dan pulang ke rumah nenek di temani mbah isah  , kulihat nenek dan bapak sedang duduk dan berbicara di depan rumah , seperti dugaan ku bapak sudah datang pagi- pagi sekali , kulihat raut muka nenek agak sedih dan penuh harap ,
"bapak kesini nya pagi banget , aku belum siap- siap pak,"
ucapku ,

"sudah kamu langsung mandi saja dan ganti pakaian , barang mu sudah bapak kemasin dan sudah bapak masukan dalam tas,"
ujar bapak yang terlihat gusar ,

"tunggu jo, aku ingin bicara sebentar dengan mu ,"
sela mbah isah memotong pembicaraan ,

"Ada apa lagi ma, sudah kalian jangan membuat ku pusing,"
ucap bapak dengan nada kesal,

"jo , coba kamu dengarkan dan kamu pertimbangkan lagi nasihat dari orang tua , "
ucap nenek dengan tenang dan perlahan menasehati anak nya ,

"mak ,sudah lah , membawa rudi kesana adalah keputusan terbaik , dia bisa menjalani pendidikan nya dengan lebih baik, dan yang paling penting bukan nya meringan kan beban kalian , "
ucap bapak dengan pendapat nya,

"jo , kamu pikir aku tidak bisa menyekolahkan rudi dan memenuhi kebutuhan nya.?"
sangkal mbah isah dengan penuh emosi,

"itu benar jo , sudah , lebih baik rudi tinggal di sini saja , lagian rudi sendiri sudah bilang bahwa dia lebih betah tinggal di sini,"
ujar nenek yang terlihat setuju dengan perkataan mbah isah dan menganguk kan kepala,

"lihat jo , kamu tidak boleh memaksakan kehendak mu sendiri , kamu juga harus pikirkan perasaan anak mu,"
ucap mbah isah yang kini semakin mendesak bapak ,

terlihat bapak tak bisa bicara lagi karna lawan bicara nya adalah orang yang lebih tua dan ibu kandung nya sendiri , raut wajah bingung terlihat begitu jelas tatapan nya kini menuju pada ku,

"rudi , ngapain kamu masih disitu , cepetan mandi lalu kita berangkat, kamu ngak boleh dengerin ya ini obrolan orang dewasa "
ucap bapak yang melihatku berdiri terdiam ,

sehera aku masuk dan menuju ke kamar mandi ,

POCONG PENGETUK JENDELAWhere stories live. Discover now