#11. Hari-hari Penuh Kejutan

578 24 2
                                    

Raiden berdiam diri di ruang kerja nya setelah mandi, setelah kejadian semalam ada beberapa hal aneh yang mengusik pikirannya. Hari-hari yang penuh dengan bisnis, persaingan dan strategi harus ditumpuk dengan masalah wanita yang tiba-tiba datang ke hidupnya.

Dia melirik handphone nya yang menampilkan notifikasi dari Madam Chi (kepala pelayan di mansion nya) setelah mengirimkan balasannya, dia berdiri dan berjalan menuju kamar utama. Jam sudah menunjukan pukul 7.30 mana mungkin dia ke kantor menggunakan setelan informal, wadrobe nya menyatu dengan kamar jadi dia mau tak mau harus ke kamar walaupun Chilla sampai saat ini belum bangun.

"Ada yang bisa kami bantu tuan muda?" tanya pak Alex yang melihat Raiden akan memasuki kamar nya.

"Tidak ada, kalian bisa pergi dari sini dan silahkan kembali ke tugas masing-masing!" perintah Raiden dengan nada tegas.

Pak Alex mengangguk, setelah melihat respon tersebut Raiden memasuki kamar nya.

Hal pertama yang Raiden liat saat memasuk kamar nya membuat dia sangat terkejut dan harus menghela napas panjang.

***

Chilla berpura-pura tertidur saat madam Chi masuk ke kamar, dirinya tak ingin di seret keluar dengan kekerasan walaupun itu hanya bayangan Chilla saja. Setelah madam Chi pergi dan sudah menutup pintu dengan rapat, barulah Chilla bangun dan beranjak dari kasur King Size tersebut.

"By the way tadi madam Chi fotoin gue ya? Muka gue bentukan nya gimana anjir," ucap Chilla menggebu-gebu.

Chilla melihat sekeliling kamar Raiden yang menurutnya amat sangat membosankan, tidak ada kaca seperti di kamar nya entah itu kecil atau besar. Benar-benar membosankan! Karena kesal dia hanya berguling-guling di kasur sambil mengacak-acak rambutnya.

Tapi hal tersebut terpaksa dia hentikan karena melihat Raiden masuk kamar dengan wajah yang terkejut. Tentu saja Chilla terkejut dengan kedatangan Raiden yang tiba-tiba.

"Who are you?" tanya Raiden saking terkejutnya.

Tanpa permisi dan sudah malu dia pun berlari menuju kamar mandi yang ada di kamar Raiden, tentu saja perjalanan tidak berjalan mulus karena di tengah perjalanan dia tersandung kaki sendiri. Raiden yang berniat membantu pun urung saat Chilla bangun dengan mandirinya dan berlari menuju kamar mandi.

"Are you okay? Kamu masih mabuk atau feeling better?" tanya Raiden yang sudah berada di depan kamar mandi dan mengetuk pintunya.

"I'm okay, don't worry!" balas Chilla dengan sekuat tenaga.

Raiden yang mendengar balasan Chilla langsung melimpir ke wadrobe yang bersebrangan dengan kamar mandi. Di dalam nya ini terdapat semua bajunya, sepatu, jam tangan, dasi bahkan hingga parfum nya pun berada disini.

Dia mengambil semua hal yang diperlukan dan harus lela mengalah mandi di kamar mandi yang ada di kamar Chilla. Jika yang melakukan ini adalah Xavier maka bisa dipastikan detik itu juga dia mengusir sepupunya itu agar pergi dari mansion nya.

****

"Anjir gue deg-degan banget! Ini gue mandi disini aja kali ya? Tapi masa pakai alat mandi Raiden yang wangi laki semua?" gumam Chilla.

Kebodohan manusia ini memang tiada tanding, karena malah masuk ke kamar mandi bukan keluar dari kamar ini. Karena bingung dia mengeluarkan handphone yang untungnya ada di kantong baju nya. Dia bingung, haruskah dirinya menelpon madam Chi?

Akhirnya dia memusatkan perhatiannya pada interior kamar mandi Raiden, bisa dibilang sederhana tapi ada kesan elegant dengan nuansa hitam dan harum musk yang mengingatkan nya pada Raiden. Jika dia memakai alat mandi Raiden, maka harumnya seperti ini?

***

"Madam Chi, tolong antar kan pakaian Rachilla ke kamar saya!" perintah Raiden ke Madam Chi yang sedang mengawasi para maid.

Madam Chi lalu mengangguk dan tak bertanya lebih, lantas dia memerintahkan asisten kepala pelayan untuk menggantikan nya.

"Wanita itu! Haruskah saya mengembalikan nya ke Korea? Tapi tujuan saya belum tercapai," gumam Raiden sambil memijat dahinya.

Raiden sangat dibuat frustasi oleh Chilla tapi ada beberapa hal yang ingin Raiden pastikan terhadap Chilla sebelum dia melepas gadis itu pergi.

20 menit kemudian ....

Rachilla datang ke meja makan yang mana Raiden sudah duduk dari tadi disana sambil menikmati teh nya di pagi hari.

"Morning, are you feeling better or not?" tanya Raiden saat Chilla duduk di sebelahnya.

"I'm okay sir ... " jawab Chilla tanpa mau melihat ke arah Raiden.

Raiden melihat penampilan Chilla yang sudah rapih dengan pakaian kerja nya, jika dilihat wanita ini sangat berbeda dengan yang tadi Raiden temui di kamar. Sekarang sudah wangi, dan tunggu ... Wanita ini juga memakai alat mandi nya. Sungguh luar biasa, rasanya Raiden ingin mengeluarkan kalimat-kalimat mutiara nya.

"Seriosly? If you wanna rest, it's okay girl," ucap Raiden khawatir jika wanita itu ikut akan mengacaukan jadwalnya.

"No problem, gue aman kok lagian udah sehat nih!" balas Chilla sambil mengepalkan tangannya.

Tak ada pembicaraan serius lagi, mereka fokus untuk sarapan.

****

"Gucci?"

Chilla heran banyak sekali kejutan di hari ini, terlebih siapa yang memberikan brand Gucci ke dirinya. Dia sama sekali tidak pernah memakai brand tersebut karena mengingatkan nya kepada Bian.

"Engga mungkin Sabianjing tau kalau gue masih di Indo?" gumam Chilla.

Dia hanya berdiri di depan meja nya sambil mengecek ada kah card yang terselip, tidak ada teman nya yang tau kecuali Syifa yang notabene nya tau kalau Chilla tidak akan memakai brand tersebut.

"Tiga puluh menit lagi rapat, kamu ingin berdiam diri disitu dengan tas luxury itu atau persiapkan segala hal untuk rapat dengan baik?" tanya Raiden yang sudah berdiri menjulang di depan Chilla.

Chilla tentu kaget dan segera menaruh paper bag nya ke pojok bawah meja dan mulai sibuk mempersiapkan laptop dan segala macam yang berkaitan dengan rapat kali ini.

****

"Emang nya kamu tidak mempunyai strategi yang lain?"

Pertanyaan Raiden membungkam manager marketing yang telah mempresentasikan laporan dan strategi ke depannya. Chilla ingin menjawab karena dia yang merupakan basic nya di marketing merasa strategy yang diberikan sudah cukup baik di banding kan bulan lalu, tapi dia tidak berani. Direktur Marketing saja masih diam seperti sedang berpikir.

"Saya rasa kamu bisa membuat strategi lebih dari ini, kenapa hanya meningkat 0.1% saja dari bulan lalu? Lambat sekali perkembangannya," ucap Raiden terdengar dingin.

Sumpah demi apapun Chilla rasanya yang gemetaran di tempat melihat tatapan tajam dari Raiden padahal itu bukan ditunjukkan pada dirinya.

"Sebagai seorang marketer yang sudah hidup di negara maju, apakah strategy yang Pak Vincent berikan sudah baik Rachilla?"

Akhirnya Chilla mendapatkan juga.

****

Yes, I'm Cinderella!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang