#25. Chilla dan masalalu

312 26 8
                                    

Milsi, laki-laki yang menjadi tahta paling tinggi dalam kebencianku. Dia merupakan monster berbentuk laki-laki rupawan yang banyak dipuja oleh kaum hawa. Dia .... seorang yang pernah membuat mental ku berada di paling rendah bahkan aku sempat berpikir mengakhiri hidup di usia 11 tahun.

Dia laki-laki pertama yang paling ku benci.

Hinaan dan cacian itu masih terngiang bagaikan melodi indah, mengiringi ucapan selamat tidur yang selalu dilontarkan oleh Raiden. Trauma yang telah lama terobati kini bangkit kembali ketika berhadapan dengannya. Saat ini di depannya aku merasa seperti patung dengan keringat yang membanjiri kening dan tangan.

"Gue akan kasih lo apa aja, asal lo mau sama gue. Persetan dengan Bian!"

Ucapan Milsi dengan nada penuh tekanan membuat tanganku gemetar, berhadapan di tangga darurat membuatku sesak napas. Sungguh aku menghindari naik lift agar tidak bertemu dengannya. Aku heran mengapa manusia ini berkunjung ke kantor Raiden.

"Lo engga ngerti juga? Entah itu gue sama Bian atau Raiden sekalipun, tetap lo yang paling gue benci sampai mati!" Ucapku berusaha tidak bergetar.

Tangan kananku di pegang paksa dan di genggam keras, aku bahkan merintih sakit akibat ulah bajingan ini.

"Tolong Milsi .... gue engga mau terlibat hubungan apapun sama lo, lagi. Apa lo engga cukup kasih trauma di masa SMP gue?"

Lagi-lagi suara ku bergetar seperkian detik dan hal itu sangat aku sesali, aku sangat berharap ada orang yang lewat tangga darurat ini. Sialan sekali, aku tidak bisa lepas dari bajingan satu ini.

"Menyentuh sesuatu yang dimiliki oleh keluarga Adyatama adalah sebuah tanda yang buruk, tuan Milsi."

Akhirnya ada yang datang. Suara itu seperti ... ah iya! Sekretaris Raiden yang sangat dia banggakan, Tuan Kavi.

"Lepaskan atau saya laporkan ke Tuan Raiden dan kontrak kerjasama antar perusahaan tidak akan deal," ucap tuan Kavi dengan santai.

Milsi melepaskan tanganku dan dia menatap ramah tuan Kavi dengan senyum yang amat lebar.

"Wanita ini tidak begitu penting sehingga kontrak kerja sama kita tidak akan deal tuan," ucap Milsi dengan nada yang menyebalkan.

Aku diam namun dalam hatiku tentu saja misuh tidak jelas. Kamu tidak tau saja bahwa aku sudah resmi menjadi adik dari Raiden walau belum diakui oleh orangtua Raiden. Tetapi tetap saja, dia menjadi bagian penting untuk Raiden.

"Mari tuan Kavi, kita ke ruang meeting," ucap Milsi pergi begitu saja di ikuti oleh tuan Kavi.

Mereka pergi dan aku masih disini terduduk lemas tetapi aku berjalan dengan terseok-seok untuk mencapai lantai paling atas tentunya dengan lift.

****

"Dimana Mahika?"

Pertanyaan yang semua orang akan bingung menjawabnya, pasalnya Rachilla 24/7 bersama dengan Raiden tentu saja orang lain akan bingung ketika ditanya begitu terlebih yang bertanya adalah Raiden.

"Saya tidak mengetahuinya Pak," Jawab OB yang saat ini bertugas di ruang rapat

Rapat dengan perusahaan Milsi akan dimulai satu jam lagi dan sang empu sudah datang sendiri tanpa sekretarisnya dan sekarang mengobrol dengan Kavi yang notaben nya adalah sekretaris Raiden.

Raiden tak mempedulikan hal tersebut lalu dia pergi ke ruangan nya dan mendengar suara isak tangis tetapi tidak ada orang sama sekali di depan ruangan ini. Chilla pun tidak ada di ruangannya, dia menghela napas dan mulai mengitari meja Chilla yang memang berada di ruangannya, berbeda dengan meja sekretaris yang ada di depan.

Yes, I'm Cinderella!Where stories live. Discover now