#24. Fall?

549 37 11
                                    

POV RACHILLA

Aku Rachilla tetapi aku jarang disebut dengan panggilan itu oleh orang terdekat, hanya orang asing yang memanggil demikian. Tetapi ada satu lelaki asing yang tidak memanggil dengan nama itu, dia menjadikan Mahika sebagai panggilan pertama yang dirinya ucapkan saat aku memgenalkan namaku.

Iya, dia Raiden.

Pertemuan kami bukan di mansion nya, melainkan di bandara Korea. Aku ingat setelah tinggal sebulan lamanya disini, dia orang yang pernah menjatuhkan paspor nya di hadapanku tahun lalu. Aku pikir pertemuan kami hanya sebatas itu, ternyata tidak. Takdir sangat unik bukan?

Dengan pesona nya dia berhasil memikat berbagai macam wanita dari berbagai kalangan, sialnya aku juga terpikat! Huh, menyebalkan! Bukan tanpa alasan aku menanyakan hal yang sedang kami jalani saat ini, aku merasa sedikit terganggu dengan perasan asing ini.

"Dia pikir akan jadi nyonya di mansion ini? Dasar wanita ular."

Ucapan itu menarik kesadaran ku dari lamunan tentang Raiden, aku kembali ke dalam kenyataan dimana diriku sedang duduk di ruang santai tanpa melakukan aktivitas apapun. Oh mungkin hanya tadi karena sekarang aku sedang menguping pembicaraan para pelayan yang nampaknya menjadikan ku sebagai topik hangat mereka.

"Tidak akan kita biarkan! Enak saja, yang harusnya jadi nyonya itu diantara kita yang sudah lama mengenal tuan muda!" Sahut salah satu pelayan yang ku yakini bernama Fifah.

"Iya dong! Masa tuan Raiden yang ramah dan baik hati mendapatkan wanita ular yang hanya bisa morotin tuan muda saja!" Sambar yang satunya, aku lupa siapa namanya.

Aku berdiri berjalan perlahan dengan anggun, tetapi pembicaraan ketiga orang tersebut belum berhenti. Bahkan errr sedikit liar tentang tindakan jahat yang hanya asumsi mereka saja.

"Saya memang tidak cocok dengan Raiden," sambarku mengagetkan ketiga orang tersebut.

Mereka sedang mengelap dan merapikan ruangan sebelah yang bersebelahan dengan ruang santai.

"Menurut kalian seperti itu kan?" Tanya ku meledak dengan tatapan sinis.

Aku bersedekap dada dengan tatapan tajam bahkan aku memindai penampilan ketiga orang tersebut. Itu tidak sopan tetapi mereka pantas mendapatkan nya.

"Kalau dipikir saya terlalu rendah untuk Raiden, benar kan? Coba kamu liat subscribers saya sudah satu juta, oh instagram saya bahkan hampir tiga juta followers," ucapku dengan nada sombong.

Tuhan maafkan hamba mu ini!

"Saya juga lulusan kampus ternama bahkan dapat beasiswa S2 di Korea, hmmm itu tidak sebanding dengan Raiden yang lulusan Harvad," ucapku dengan nada rendah diri.

Aku menekan kepada mereka terkait prestasiku dan mereka akan membandingkan dengan diri mereka. Aku yakin!

"Iya anda terlalu rendah untuk tuan muda yang sempurna!" Ucap Jelita - pelayan berambut pendek.

"Kalau sekelas saya hanya rendahan, lantas kalian berada di posisi mana?" Tanyaku menyeringai.

"Anyway jangan mimpi menjadi Cinderella ya, kamu tidak punya heels YSL untuk mendapatkan hati tuan muda," ucapku lalu terkekeh.

Sumpah aku hanya terpikir heels kesayanganku yang menghilang di bandara, hingga kalimat itu meluncur mulus.

Aku berniat pergi karena energi negatif mereka sudah banyak menempel di tubuh ku. Tetapi mata jeli ini melihat sesuatu yang amat familiar.

"Oh iya, anting kamu bagus ya Jelita," ucapku melihat Jelita dengan senyum lebar.

"Brand ini milik keluarga saya, emang sih target pasar nya untuk orang menengah ke bawah," ucapku lalu benar-benar pergi dari hadapan mereka.

Yes, I'm Cinderella!Where stories live. Discover now