#14. Japan

671 26 3
                                    

Jepang.

         Negara yang pernah beberapa kali wanita ini kunjungi jika bunga sakura mekar, dia menyukai indahnya bunga dari negeri Jepang tersebut. Satu-satunya hal yang dia sukai dari negara Jepang yaitu Sakura, sehingga dia memilih tinggal di Korea Selatan dibanding Jepang. Walaupun begitu dia tetap bisa sedikit bahasa Jepang karena Professor nya merupakan keturunan Jepang.

“Kamu tidak berniat kabur kan?” tanya Raiden mengacaukan lamunan Chilla tentang keindahan bunga Sakura.

      Chilla menoleh dengan raut wajah masam karena pemikiran Raiden yang cukup berkelana jauh, dia tidak pernah sekalipun berniat kabur. Dia bukan orang yang tidak tau terima kasih ya!

“Tidak, niatku cuman jadi nyonya di mansion tuan muda ini,” jawabku sambil mengedipkan mata. Aku merubah raut wajah yang masam menjadi seringai menggoda.

          Raiden menoleh ke arah ku dengan tatapan tajam, tawaku tak tahan lagi dan pecah lah. Untung saja Raiden memilih kelas bisnis yang tak terlalu ramai.

“Bercanda, lagian emang kamu mau sama upik abu kayak aku ini?” ucap Chilla lalu terkekeh menerima nasibnya yang mukanya pas-pasan.

“Mau kok,” jawab Raiden pelan.

         Chilla masih bisa mendengar hal itu dan baru saja dia ingin menuntut penjelasan, Raiden sudah kabut ke toilet. Wanita itu menghela napas mendapatkan tuan muda labil tersebut, dia jadi berpikir terkait gosip tuan mudanya ini di kantor. Apa benar dewa penolongnya itu seorang penyuka sesama jenis.

Chilla menggelengkan kepala dan memilih tidur.

****

Bukan hotel!

        Chilla takjub dengan interior rumah bernuansa Eropa tetapi tidak meninggalkan ciri khas orang Jepang, kakinya melangkah tetapi matanya tak lepas memperhatikan setiap sudut ruangan yang mampu membuatnya takjub. Raiden hanya menggelengkan kepala melihat asistennya sangat takjub, dia berpikir bagaimana kehidupan gadis itu di Korea.

“Raiden, my grand child!”

        Sapaan tersebut membuat dua orang menoleh secara bersamaan, disana terlihat seorang wanita berusia awal 70an dan masih terlihat segar. Yang paling tidak Chilla sangka, nenek Raiden pure Jepang.

          Nenek dan cucu tersebut berpelukan melepas rindu dan setelah itu mereka mengobrol duduk di sofa. Chilla yang baru pertama kali datang ke rumah nenek Raiden hanya bisa bengong melihat interaksi keluarga tersebut.

“Siapa wanita itu dear? Zevanya tidak ikut dengan mu?” tanya nenek Raiden melihat Chilla dengan tatapan penasaran.

“Saya asisten tuan Raiden,” balas Chilla sambil tersenyum ramah dan masih tetap berdiri di posisinya.

“Ya ampun, kenapa kamu tidak bilang! Dasar cucu durhaka, kemari dear akan obasan antar ke kamar,” ucap nenek Raiden yang berjalan mendekati Chilla.

          Chilla lagi-lagi terkejut bahwa nenek Raiden lancar berbahasa Indonesia walau terkadang terselip bahasa Inggris. Dia hanya tersenyum menurut pada nenek Raiden yang menuntun nya untuk ke kamar tamu.

“Sudah berani membawa wanita kesini ya kau cucu nakal.”

        Sapaan yang sudah akrab Raiden kenal membuatnya menoleh ke arah pintu luar yang menampilkan kakeknya yang rapih memakai kemeja dan celana bahan, dia tau di usia tua kakeknya itu masih mengurus perusahaan karena ulah dari om nya yang selalu saja bertingkah.

Yes, I'm Cinderella!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang