8. SAKIT

3K 207 3
                                    

Oh Tuhan tolong aku batin nya sambil memejamkan mata nya erat.

Dan setelah nya ia merasakan sebuah benda kenyal menempel di bibir nya.
Tapi tunggu benda ini sangat lembut dan berbulu.

Stella pun membuka mata nya dan dapat ia lihat sebuah boneka beruang yang di genggam Eiser menempel di bibir nya.

"Kau kenapa? " tanya Eiser dengan wajah dingin saat melihat wajah Stella yang memerah.

"Lepaskan aku! " ucap Stella sedikit berteriak dan memberontak.

Eiser melihat itu mengangkat satu sudut bibir nya ke atas. Ia tatap gadis di depan nya itu dengan tatapan remeh lalu mendekat kan wajah nya ke wajah Stella.

Bukan, bukan wajah nya lebih tepat ke arah telinga Stella.

"Jika kau ingin mendapat ciuman dari ku maka bersikap lah seperti dirimu biasa nya" ucap nya lalu menjauh kan wajah nya dari telinga Stella. Stella menatap Eiser dengan tatapan sinis dan juga menarik satu sudut bibir nya.

"Aku tak pernah mengharapkan ciuman mu tuan" ucap gadis cantik itu sinis. Perkataan gadis itu mampu membuat laki laki dengan bahu tegap di depan nya terkekeh.

"Kau yakin?" ucap laki laki itu yang mulai mendekat kan wajah nya kembali. Tapi Stella langsung berontak dengan menggerakan badan nya kesana sini.

"Lepaskan aku bajingan! " demi apapun ia hanya refleks berkata kasar pada laki laki itu, tapi dalam lumbuk hati paling dalam tak menuntut kemungkinan bahwa iya ingin mengumpat pada laki laki tampan di depan nya.

"Apa katamu tadi?" tanya Eiser dengan tatapan lebih dingin dari tadi.

"A-aku tak bermaksud" ucap Stella gelagapan sendiri.

Dapat Stella rasakan tangan besar laki laki itu mulai mencengkram rahang nya kuat hingga membuat nya meringis sakit. Mata laki laki itu sekarang benar benar memancarkan kemarahan tapi bukan marah yang besar.

"Jika aku bajingan lalu kata apa yang pantas untuk diri mu? Jalang" ucap nya nyalang sambil mencengkram rahang Stella.

"Shh" gadis itu meringis sambil menatap laki laki di depan nya nyalang.

"Stella bersikap lah seperti biasanya, saat kau mengemis cinta pada ku dan tak melirik orang lain" ucap laki laki itu lalu menghempaskan rahang Stella kasar. Hingga membuat nya menunduk

Stella berdecih lalu mulai menaikan pandangan nya kembali. Ia tatap suami nya dengan pandangan remeh lalu berucap.

"Mengapa kau berharap aku mengemis cinta pada mu? " ucapan Stella mampu membuat Eiser terdiam sambil mengeraskan rahangnya.

"Lebih baik kau dekati saja Melody, bukan kah kau menyukai nya" lanjut Stella dengan nada meremehkan.

"Ak-hmpp" ucapan Stella terpotong karna Eiser mengecup nya. Bukan kecupan lembut karna cinta.

Melain kan kecupan kemarahan yang Eiser berikan pada Stella. Tampa segan laki laki itu menggigit bibir Stella keras hingga bibir gadis itu mengeluarkan darah.

Kalian pikir Stella diam saja? Stella sudah berontak beberapa kali tapi karna tangan nya yang masih di genggam keras oleh Eiser membuat nya hanya bisa berontak kesana kesini.

Eiser mulai menjauhkan wajahnya dan melepaskan genggaman nya. Ia usap bibir nya yang basah sambil menatap Stella dengan pandangan dingin.

"Kita lanjutkan obrolan ini besok saja dan pastikan besok kau memakai pakain yang pantas" ucap nya lalu pergi dengan membanting pintu keras.

Stella menatap pintu dengan mata berkaca kaca. Jika kalian bertanya apa Stella sakit hati atau tidak? Maka jawaban nya adalah ya. Tentu saja Stella sakit hati.

Siapa yang tak sakit hati dikatai jalang oleh suami sendiri. Garis bawahi suami nya sendiri.

Entah kenapa Badan Stella rasanya sakit sekarang. Ia menutup wajah nya dengan tangan yang memerah karna Eiser lalu mulai menangis.

Jujur bibir nya terasa kebas akibat di gigit oleh Eiser. Tapi..... Sudah lah.

Pagi ini Stella masih saja berbaring di ranjang nya Dengan kain kecil yang bertengger si dahi nya.

"Nona apa tuan muda main terlalu kasar sampai nona sakit? " tanya seorang maid yang berusia kisaran lima puluh tahun.

Stella tatap wanita paruh baya itu lalu tersenyum manis. Ia menggelengkan kepala nya pelan dan mulai berucap.

"Kami tidak melakukan nya" ucapk gadis itu lalu mulai mendudukkan dirinya. Sejujurnya ia memang sudah tidak enak badan sejak kemarin.

Namun ia berusaha agar kuat dan bersikap baik baik saja. Stella rasa maag nya kambuh karna kemarin ia hanya sarapan pagi dan tak makan lagi. Belum lagi pikiran nya sekarang yang selalu bekerja keras.

Wanita paruh baya itu akan berucap lagi tapi kembali bungkam saat pintu kamar Stella terbuka. Para maid menatap ke arah pintu lalu menundukkan kepala nya pada laki laki yang memasuki kemar nyonya nya.

Stella melihat laki laki itu lelah menghela napas nya dan memberikan kode pada para maid nya agar pergi dari kamar nya.

Setelah para maid pergi meninggalkan kamar megah itu. Dan hanya menyisakan dua orang yang berstatus suami istri.

"Kau sakit?" tanya Eiser dengan wajah datar sambil menghampiri Stella di ranjang nya.

"Menurut mu" Jawab Stella sinis.

"Baiklah aku akan menyelesaikan urusan ku dengan cepat dan pergi dari sini" ucap Eiser duduk di ranjang Stella.

"Cepat lah dan jangan membuat ku pusing" ucap Stella sambil memejamkan mata nya.

Eiser menatap Stella dalam dan tersenyum tipis. Tapi setelah ia menyadari nya ia pun melunturkan senyuman itu dan mulai mengendalikan ekspresi nya kembali.

"Apa perjanjian kita batal Stella? " tanya Eiser memasang wajah datar. Stella membuka matanya dan menatap Eiser bingung.

"Perjanjian? Perjanjian apa?" tanya Stella.

"Kau lupa ya"

"Memang perjanjian apa itu Eiser? " tanya Stella menuntut.

"Lupakan" ucap Eiser lalu bangkit dari duduknya, ia tatap Stella sambil tersenyum tipis. Jujur senyuman itu mampu membuat Stella terbang.

"Cepatlah sembuh, agar kita cepat mengakhiri ini" ucap Eiser mengusap puncak kepala Stella lalu pergi dari kamar sang istri. Meninggal kan Stella yang mematung menatap pintu.

Memencet bintang di bawah mampu membuat Lia semakin semangat.

Babay👋

MENJADI SI ANTAGONISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang