23. PERGI

1K 81 8
                                    

💗~HAPPY READING~💗

Pagi ini Stella tengah berada di ruang kerja nya. Memeriksa beberapa berkas tentang kediaman Graayn.

Setelah menjadi seorang Duchess Stella lebih sering menghabiskan waktu nya di ruang kerja. Karna pekerjaan nya cukup menumpuk.

TOK TOK TOK

Pintu di ketuk dari luar. Stella melirik pintu sebentar sebelum menyuruh nya masuk.

"Masuk" setelah mengatakan itu Diana pun memasuki ruang kerja nyonya nya.

"Nyonya di depan ada lady Hestia" ucap Diana.

"Apa? Hestia? Sedang apa dia di sini?" tanya Stella pada pelayan pribadi nya.

"Saya tak tahu nyonya, tapi seperti nya ia ada perlu dengan anda"

"Baiklah aku akan kesana" ucap Stella lalu bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang kerja.

Berjalan menuju loby di ikuti oleh Diana di belakang nya.

"Ada apa kau kemari?" tanya Stella dengan nada sedikit dingin.

"Aku hanya mengunjungi adik ipar ku" Jawab Hestia sambil meminum teh nya.

Stella duduk di hadapan Hestia. Ia meminta kepada Diana untuk membuat kan dirinya teh hingga kini hanya ada dia dan Hestia.

"Bagaimana kalau kita di ruang kerja mu saja Stella" ajak Hestia pada Stella.

"Kenapa memang nya? "

"Tak apa aku hanya ingin sedikit privasi"

"Baiklah" Stella bangkit di ikuti oleh Hestia di belakang nya.

Stella berjalan menuju ke ruang pribadinya. Sebelum itu ia sudah memberi tahu perajurit yang berjaga jika Diana mencari nya.

"Jadi apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Stella setelah duduk di kursi kebesaran nya.

Hestia menatap Stella dengan tatapan remeh. Sambil tersenyum miring dan bersedekap dada.

"Ternyata kau masih bersikap sombong ya" sindir wanita dengan surai kecoklatan.

"Apa maksud mu? "

"Stella, Stella"

"Apa yang ingin kau sampai kan!" geram Stella.

"Kau it-"

TOK TOK TOK

Ucapan Hestia terpotong saat pintu ruang kerja Stella di ketuk dari luar.

"Masuk saja" setelah Stella mengatakan Diana masuk dengan nampan di tangan nya.

"Ini nyonya, teh nya" ucap Diana sambil menaruh teh di atas meja Stella.

"Baik, terimakasih kau boleh pergi" balas Stella dan menyuruh Diana untuk pergi.

"Jadi apa yang mau kau katakan tadi?" tanya Stella dengan tatapan yang tajam.

"Kau itu hanya benalu, dan aku yakin Eiser akan membuang mu"

"Lalu apa urusan nya dengan mu? "

"Karna aku yang akan menjadi istri Eiser berikut nya"

"Memang nya ia mencintai mu? "

"Lagi pula kau dan evan kan belum bercerai" lanjut Stella.

"Cih aku bisa menyingkirkan pria itu dengan mudah"

"Ya, kau bisa menyingkirkan nya dengan mudah. Tapi kau tak bisa menyingkirkan ku dengan mudah"

"Mudah saja"

"Bagaimana?" tanya Stella menantang. Hal itu mampu membuat Hestia geram, terbukti dari ia yang mengepal kan tangan nya erat.

"Kau tahu, tuan Duke meninggal itu karna aku yang menyuruh pelayan mu untuk menaruh racun pada masakan buatan mu" jeda Hestia sambil melirik Stella untuk melihat reaksi nya.

"Dan aku juga menyuruh pelayan itu untuk menyabotase alat mendis mu tepat setelah kau selesai memeriksa tuan Duke"

"Kau! " geram Stella sambil menghampiri Hestia.

"Kenapa kau mau marah?"

"Kau benar-benar keterlaluan Hestia!"

"Memang nya mengapa?"

"Kau marah pada ku Stella? Tak ada gunanya, kau akan tetap di buang dari sini" jeda Hestia melirik Stella yang menatap nya dengan mata memerah.

"Kau i-akhh ka-kau gi-la" ucap Hestia susah payah.

Stella benar-benar sudah geram dengan wanita ini. Jadi jangan salahkan Stella jika ia melewati batas.

"Ste-lla le-pas a-aku tak bi-sa ber-na-pas... " Ucap Hestia tersendat sambil mencoba melepaskan cekikan Stella pada leher nya.

"Kau yang memulai" ucap Stella tanpa ekspresi dan mencekik Hestia lebih kencang.

Demi apapun Hestia benar-benar takut sekarang. Bagaimana bisa ada orang yang mencekik orang lain dengan wajah datar tak berekspresi.

Apakah orang itu gila!? Yahh itu lah yang di rasakan Hestia. Wanita di depan nya ini mencekik nya sambil menampilkan wajah datar tanpa ekspresi.

MENYERAMKAN.

CKLEK

Pintu terbuka dari luar menampilkan Eiser dan Melody di samping nya. Eiser yang melihat itu benar-benar kaget.

Ia melihat istri nya yang tengah mencekik orang lain dengan wajah yang datar. Psikopat. Itu kata untuk mendeskripsikan Stella saat itu.

"Stella apa yang kau lakukan?!" teriak Eiser. Bukannya melepas cekikan nya Stella malah semakin kencang mencekik Hestia.

"Ya-ng mu-lia to-long sa-ya" ucap Hestia menatap Eiser penuh harap.

Stella melirik Eiser dengan sorot dingin. Lalu melepas cekikan nya. Hal itu mampu membuat Hestia terduduk lemas.

Stella mengeluarkan Smirk nya sambil menatap Melody lalu menatap Hestia bergantian. Berjongkok tepat di hadapan kakak ipar nya.

Menjambak surai coklat itu kuat hingga sang pemilik surai mendongak.

"Ini peringatan untuk mu, jangan mengganggu ku jika kau masih menyayangi nyawamu"setelah mengatakan itu Stella langsung pergi dari ruang kerja nya.

Sempat bertatap mata dengan Eiser namun segera di hindari oleh pria itu.  Stella juga menatap tajam Melody sambil mengeluarkan smirk nya.

Sekarang Stella ingin pergi saja dari mansion ini. Tak perlu buang buang waktu untuk mengusir nya ia bisa sendiri.

Gak perlu di usir, gw bakal pergi sendiri.

Selamat hari raya idul fitri.

Aku double up nih.

Takut besok gak sempet up hehe.

Minalaidzin wal faidzin 🙏🙏

Jangan lupa di pencet bintang nya.

Dan jangan lupa ikuti akun aku.

Bye all👋

MENJADI SI ANTAGONISWhere stories live. Discover now