22. CHARLES

808 69 0
                                    

💗~HAPPY READING~💗

Satu bulan sudah berlalu semenjak kepergian Duke. Dan sedari itu juga Stella benar benar tak melakukan interaksi dengan Eiser.

Hari ini adalah hari penobatan Eiser sebagai Duke yang baru. Stella tengah bersiap di dalam kamar nya di bantu oleh beberapa pelayan.

"Nyonya rambut anda sudah siap" ucap Seorang pelayan dengan senyuman yang manis.

Sudah 3 minggu Stella di panggil dengan sebutan nyonya, dan bukan nona. Dan Duchess tak masalah soal itu karna jabatannya juga akan turun pada Stella.

"Yah terimakasih" balas Stella tersenyum manis.

Stella masih terduduk di meja rias nya. Menunggu untuk para pelayan menyelesaikan tugas merias wajah nya.

"Nyonya anda sudah di tunggu di depan" ucap prajurit yang berjaga.

"Baik, saya sebentar lagi kesana"

"Sudah selesai? " tanya Stella.

"Sudah nyonya"

Stella tersenyum manis yang mampu memukau beberapa pelayan. Ia bangkit dari duduknya lalu berjalan ke arah cermin untuk memeriksa penampilan nya.

Cantik, gadis ini memang selalu cantik
Batin Stella pada pantulan dirinya.

Saat ini Stella memakai gaun yang terkesan mewah. Dengan rambut di cepol dan kepangan yang melilit cepol itu. Serta poni yang di biar kan membuat kesan elegan dan manis secara bersamaan.

Setelah di rasa sudah pas Stella pun keluar dari kamar nya. menghampiri Eiser yang berada di loby mansion.

"Eiser" ucap Stella saat ada di hadapan Eiser.

"Kau sudah selesai?" tanya Eiser dengan nada dingin.

"Su-sudah" setelah berkata itu Eiser langsung melangkah kan kaki nya menuju mobil yang saat itu sudah di siapkan.

Di dalam mobil Stella benar-benar merasa canggung luar biasa. Bagaimana tidak Eiser hanya terdiam tak ingin memulai pembicaraan dengan nya.

Apa lagi dengan dia yang sudah tak bertegur sapa dengan Eiser beberapa hari ini. Stella hanya memilin tangan nya gugup.

Setelah acara penobatan di laksanakan dan menyapa para tamu yang penting. Stella mengarahkan kaki nya menuju taman belakang istana.

Ia butuh ketenangan, mengistirahatkan pikiran nya yang kacau. Stella mendudukkan diri nya di kursi yang tersedia.

Memejamkan mata sambil menyandarkan punggungnya. Ia lelah.

Pikiran nya sudah berkecamuk sejak satu bulan yang lalu. Walau sudah mencoba positif tapi ia tetap saja negatif thingking.

"Sedang apa nyonya Duchess duduk sendiri di sini?" tanya seorang pria lalu duduk di samping Stella.

Stella tahu siapa pria itu, membuka sedikit kelopak mata nya. Lalu melirik pria itu lewat ekor mata.

"Ah yang mulia putra mahkota, seharusnya saya yang bertanya seperti itu" ucap Stella menegakkan duduk nya.

"Aku sedang mencari angin dan tak sengaja melihat mu" jawab Charles tersenyum.

"Lalu untuk apa anda di sini nyonya Duchess? "

"Aku juga tengah mencari angin, di dalam rasanya sumpek" ucap Stella dengan senyum tipis.

Setelah nya hening. Tak ada yang membuka suara. Hingga Charles kembali membuka mulut nya.

"Apa hubungan mu dengan Eiser semakin memburuk?"

"Kenapa anda menanyakan itu?"

"Maaf jika saya lancang" ucap Charles saat tahu Stella tak nyaman dengan pertanyaan nya.

"Saya permisi dulu yang mulia" ucap Stella terbangun dari duduk nya lalu sedikit menunduk. Saat akan pergi Charles segera mencekal tangan Stella.

"Nyonya mau saya ajak berkeliling? Agar pikiran anda sedikit membaik" tawar Charles namun Stella hanya terdiam dan menatap tangan nya yang masih di pegang.

"Ahh, maaf" maaf Charles lalu melepas cekalan nya.

"Tak apa"

"Jadi nyonya, apakah anda mau saya ajak berkeliling?" tawar Charles lagi.

Stella sedikit ragu dengan tawaran Charles. Tapi melihat keyakinan yang berada di mata pria itu mampu membuat Stella mempercayai nya.

"Baiklah" jawab Stella yang membuat senyuman Charles melebar.

"Mari Nyonya" ucap Charles tanpa sadar memegang pergelangan tangan Stella kembali.

"Ah, maaf saya reflek"

"Tak apa"

Stella di ajak berkeliling penjuru istana dengan Charles. Charles menjelaskan semua bangunan itu pada wanita di samping nya.

"Taman ini indah sekali"

"Ya, taman ini memang indah" saat ini Stella dan Charles berada di taman bunga istana.

"Kalau boleh tahu mengapa ada taman seindah ini di istana?" tanya Stella menatap Charles.

"Yang mulia ratu menyukai bunga, itu sebab nya raja menyiapkan taman bunga yang di khusus kan untuk nya" jelas Charles sambil tersenyum menatap wajah Stella.

"Ahh, kalau begitu bukankah seharusnya kita tak ada di sini?" tanya Stella pada Charles yang membuat pria itu terkekeh.

"Tak apa ibu ku tak mempermasalahkan nya"

Stella mengangguk kan kepalanya paham, entah mengapa hal itu malah membuat Charles gemas.

"Yang mulia, boleh kah saya memetik bunga itu?" tanya Stella.

"Tentu saja" jawaban itu mampu membuat senyuman Stella merekah. Dengan antusias Stella berjalan ke arah bunga tulip yang ada di depan nya.

Hal itu tak luput dari perhatian Charles. Bibir nya membentuk lengkungan tipis sambil melihat Stella.

Mengapa bisa kau membenci Stella ei?
Batin Charles menatap Stella dengan tatapan teduh.

"Yang mulia lihat!" panggil Stella.

"Cantik tidak?" tanya Stella sambil mengangkat bunga tulip di tangan nya. Charles melihat Stella yang tersenyum sangat manis.

"Cantik" jawab Charles mampu membuat Stella tersenyum.

Tatapan Charles bukan pada bunga itu. Charles menatap Stella dengan tatapan kagum. Bagaimana bisa ada wanita secantik dia?

Mungkin jika Stella bukan Istri dari sahabat nya. Ia pasti akan merebut gadis itu dan membahagiakan nya.

Kau memang bodoh batin Charles lalu menghampiri Stella.

Jangan lupa pencet bintang nya.

Dan jangan lupa ikuti akun aku juga.

Bye all👋

MENJADI SI ANTAGONISWhere stories live. Discover now