CHAPTER 28

11.2K 428 15
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
.
.
.
.
.
.
.
.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tapi gadis yang masih berada di meja belajar nya itu enggan juga untuk tidur, padahal sedari tadi ia sudah menguap terus menerus

"Humairah, sayangnya alzam, kamu lagi ngapain ini udah jam sepuluh tapi masih belum tidur, kamu juga lagi hamil ingat?"
Nasehat gus alzam, sebenarnya sedari tadi ia menasehati istrinya, namun istrinya enggan untuk melihat ke arahnya

"Husstt..... Diem aa' ais lagi belajar ini"
Jawabnya sambil membalikkan badannya ke arah gus alzam

"Belajar? kesambet apa kamu sampai belajar gini?"
Tanya gus alzam heran

"Aduhh..... Ya habibi, kalo kita sebentar lagi mau ujian kelulusan kita bakal ngapain?"
Tanya nya kesal

"Belajar?"
Tanya gus alzam

"Nahh itu tau, jadi diem, ais mau belajar yang rajin ini, biar nanti otaknya gak ngelag-ngelag amat"
Jawabnya mantap

"Tapi tau waktu juga sayang, itu kamu satu setengah jam loh di meja belajar terus, mana cuekin aku lagi"
Jawab gus alzam memalingkan wajahnya

Aisfa yang melihat tingkah suaminya geleng-geleng kepala, dia benar seorang gus alzam yang di bilang es kutub itu kah? Bagi aisfa tidak, di mata nya ia sebelas dua belas dengan bayi

"Ngambek nih ceritanya? Haihh... Iya-iya ais udah selesai kok belajarnya"
Jawab aisfa pasrah dan langsung beranjak dari kursinya dan menghampiri suaminya

"Sini, biar aku peluk istri aku"
Ucap gus alzam menepuk kasur di sampingnya, aisfa menurut saja dan langsung menenggelamkan wajahnya ke dada gus alzam

Hening sejenak, mereka berdua sama-sama terdiam, tidak ada yang membuka suara, mereka sama-sama tenggelam dalam kehangatan pelukan mereka

"Humairah, jika suatu saat nanti aa' pergi terlebih dahulu bagaimana?"
Tanya gus alzam tiba-tiba yang membuat aisfa langsung bangkit dari pelukan gus alzam

"Maksud aa'? aa' mau ninggalin ais gitu? jangan ngomong gitu"
Jawab aisfa tidak suka

"Bukan begitu sayang, tidak ada yang tau nyawa kita akan di ambil kapan oleh Allah, tidak ada yang tau usia manusia itu sampai kapan, aa' hanya bertanya bagaimana jika aa' yang duluan pergi?"
Jawab gus alzam dengan tenang sambil tersenyum kecil

"Intinya jangan, kita sama-sama membesarkan anak kita, kita harus sama-sama menemani nya sampai besar nanti, kita bimbingan dia, kita rawat dia sama-sama, kita harus ada untuk nya"
Jawab aisfa dengan air mata yang sudah keluar

"Pasti, kita pasti akan selalu ada untuk anak kita, kita rawat dia sama-sama ya..."
Ucap gus alzam sambil mengusap air mata aisfa yang di balas anggukkan oleh nya

"Tapi, jika suatu saat nanti aa' yang di panggil duluan oleh Allah, kamu harus bisa bertahan nanti, bukan aa' ingin kamu sendirian tapi kamu harus menemani anak kita, jika memang kamu tidak sanggup nanti aa' ikhlaskan kamu menikah lagi, menikah dengan laki-laki yang menerima kamu, yang menyayangi kamu, dan bisa menerima anak kita"
Jawab gus alzam lembut

"Wallahi aa' jika memang kamu di panggil oleh Allah terlebih dahulu maka ais akan tetap sendiri sampai nanti ais juga menyusul aa', ais gak ingin cinta ais untuk laki-laki lain lagi, ais akan menunggu Allah menjemput ais dan nanti akan menyusul aa' "

Gus alzam hanya bisa tersenyum mendengar jawaban istrinya itu, tidak bisa dia pungkiri, ia benar-benar bersyukur kepada Allah karena telah di pertemuan dengan wanita yang benar-benar mencintai nya, yang menerima nya apa adanya

"Sini aa' peluk"

Ucap gus alzam sambil melebarkan tangan nya, segera saja aisfa yang memeluk gus alzam kuat, ia tidak ingin jika gus alzam meninggalkan nya, seperti yang suaminya bilang, ia tidak ingin jika suami nya nanti meninggalkan dirinya sendiri

•••••

"Aisfa, tunggu!!"
Teriak seorang pemuda dari kejauhan memanggil nama aisfa yang akan memasuki kelasnya

"Eh ustadz agam, ada apa ustadz?"
Tanya aisfa karena heran tiba-tiba ustadz agam memanggil nya

"Saya ingin mengucapkan selamat atas pernikahan kamu, maaf waktu itu saya tidak sempat hadir di pernikahan kamu sama gus alzam, saya tidak tau ternyata kamu istrinya gus alzam"
Jelas ustadz agam

"Tidak apa-apa ustadz, saya ngerti kok, terimakasih ya ustadz untuk ucapannya"
Jawab aisfa sambil menundukkan pandangannya

"Iya sama-sama, kalau begitu saya permisi dulu, assalamualaikum"
Ucap ustadz agam dan pergi

"Waalaikumussalam warohmah matullahiwabarokatuh"
Jawab aisfa dan langsung masuk ke kelasnya, sementara ustadz agam baru beberapa langkah pergi ia kembali membalikkan badannya

"Maafkan saya sudah lancang menaruh nama mu dalam doa saya, saya benar-benar tidak tau ternyata kamu sudah mempunyai suami, saya minta maaf jika ternyata selama ini sudah menaruh harapan kepada kamu,

dan dari sini saya belajar bahwa seharusnya saya tidak berharap lebih terhadap manusia, karena manusia tempat kekecewaan, saya juga belajar bahwa saya tidak seharusnya mengharapkan mu terlalu lebih, akhirnya saya terluka sendiri"

Ucap ustadz agam lirih, bohong jika dia tidak sakit karena mengetahui ternyata wanita yang ia cintai telah memiliki suami, bahkan sekarang ia sedang hamil, ia hanya bisa menahan luka sendiri tanpa harus mengatakannya kepada siapapun, bukannya menyimpan luka sendiri itu menyakitkan? Tapi itu yang ustadz agam pilih

"Astaghfirullah, ini jawabannya apa coba, kok beda sama yang kita pelajari, beda yang di pelajari beda soal, haihh kalo tau gitu gak mu gue belajar mati-matian kemarin malam"
Ucap Arum kesal, padahal ia menjawab satu soal saja tidak

"Husstt.... Diem napa rum... dari tadi lo ngoceh-ngoceh kagak jelas, gue yang pusing denger nya"
Jawab dara ikut emosi, ia semenjak tadi mendengar sahabat nya itu mengeluh tanpa henti masalah soal, ia menjadi tidak konsen

"Ya habisnya ngeselin, capek-capek belajar kemarin eh malah yang keluar yang gak pernah kita pelajari"
Protes nya

"Udah-udah ribut banget kalian, nanti kalian di suruh keluar sama pengawas"
Lerai Afifah

"Ini ruang ujian, bukan tempat ribut"

Sekarang aisfa yang membuka suara, ya memang kelas mereka di acak, dan mereka di taruh dalam kelas yang sama.

"Haahhh.... Akhirnya selesai juga yang pertama, benar-benar nyiksa otak gue"
Ucap Arum sambil meregangkan tubuhnya

"Di pelajaran yang kedua matematika, hmm mampus otak gue mikir rumus sana sini"
Jawab dara lesu

"Yang penting pada semangat, inget kita harus berusaha sekuat tenaga agar lulus, Kun fayakun, kita minta bantuan Allah"
Jawab Afifah ikut nimbrung

"Nahh... Bener yang di bilang sama fifah, bagaimanapun hasilnya nanti, yang terpenting kita sudah berusaha dengan kemampuan kita sendiri, tanpa mengandalkan contekan, ataupun kerja orang lain"
Timpal aisfa, yang di angguki mereka semua

"Liat aja lo aisfa, sampai kapan senyuman lo bertahan setelah gue hancurin hidup lo"
Ucap seseorang dengan sorot mata yang tajam melihat ke arah aisfa dan teman-teman nya


Assalamualaikum semua apa kabar?
Untuk malam ini saya up satu chapter saja, besok kita Doble up, semangat nya jangan kendor yaaa,,,,, di semangatin selalu, besok lagi babayyyy🙌🏻🙌🏻👏🏻

Cinta Seorang Gus Alzam [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang