CHAPTER 37

7.2K 351 1
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
.
.
.
.
.
.
.
.

"BAJINGAN LO ZAY, KALO SAMPAI ISTRI DAN ANAK GUE KENAPA-KENAPA WALLAHI GUE GAK ADA BIARIN LO HIDUP TENANG!!!"

teriak zefano dalam kemarahannya, tanpa pikir panjang ia langsung menggendong aisfa dan langsung membawanya ke rumah sakit, anggota inti dan yang lainnya pergi dengan zefano, sedangkan sisa nya dan maulana yang akan ikut mengawasi tinggal membawa zayyan dan Fatimah ke kantor polisi

"Udah gue bilang kan sebelumnya sama lo, jangan terlalu mengejar seseorang, ataupun berharap kepada seseorang, mau lo secinta apapun ke dia kalau dia bukan jodoh lo, lo selamanya gak bakalan berjodoh dengan nya"

Ucap dara ke zayyan sambil mensejajarkan tubuhnya dengan zayyan yang di tahan oleh anak-anak angkasa, zayyan hanya menunduk terdiam mendengar kata-kata dara, memang sejak pertama kali ia bertemu dengan dara saat itu, zayyan selalu kembali bertemu dengannya dan pasti ada kata-kata pesan yang disampaikan oleh dara

"Gue kecewa sama lo zay, bukan seperti ini mau gue dari lo, sekarang lo cuma bisa merasakan dari perbuatan lo aja sekarang"
Lanjut dara dan langsung pergi menyusul kedua temannya yang sudah menunggu di mobil

"Sorry...."
Ucap zayyan lirih melihat kepergian gadis itu

"Penyesalan di akhir emang sering terjadi zay, dan mau sekeras apapun lo berusaha untuk memperbaikinya lima puluh persen bisa tapi ingat tidak sesempurna sebelumnya, mau sekeras apapun lo berusaha balik ke masa lalu tetap gak akan bisa, maka berhati-hatilah dalam bertindak sebelum lo menyesal nantinya"
Ucap Maulana menasehati dan menepuk pundak zayyan

"Bawa mereka"
Titah Maulana dan berjalan mendahului mereka

•••••

Sementara itu mereka semua berkumpul di depan ruang tempat aisfa di tangani, semua berkumpul di sana, abi Ibrahim, abi adnan, umma khadijah, ummi aisyah, ayah dan bunda pun di sana, mereka langsung datang setelah mereka di hubungi oleh gus alzam tentang aisfa

Suara pintu terbuka mereka semua mengalihkan atensi mereka

"Sebelum itu saya ingin bertanya, siapa yang akan kami selamatkan, ibunya atau bayi nya?"
Tanya dokter yang membuat mereka terdiam dan melihat satu sama lain

"Ibunya, selamat kan ibu nya dok"
Ucap gus alzam tanpa memikirkan hal lain

"Baik, kami akan berusaha semaksimal mungkin"
Jawab dokter dan langsung masuk ke dalam

"Abii... Umma... Ayah... Bunda... Maafin alzam, maafin alzam yang gagal jaga istri alzam sendiri, maafin alzam yang sudah lalai dalam menjaga anak kalian, maafin alzam yang membuat aisfa seperti ini"
Ucap gus alzam yang tidak bisa menahan air matanya

"Nakk.... Kamu sudah berusaha semaksimal mungkin, jangan salahkan dirimu, ini ujian untuk kalian, takdir Allah biarlah berjalan semestinya, kita hanya bisa menjalankan nya dan berdoa meminta petunjuk kepada Allah"
Jawab abi Ibrahim sambil menepuk pundak gus alzam berkali-kali

"Ayah yakin aisfa akan baik-baik saja, dia anak yang kuat, dan kamu, kamu adalah suami yang baik dan bertanggung jawab, jangan salahkan dirimu, ini di luar kendali mu"
Ucap ayah berusaha meyakinkan gus alzam

Suara tangisan bayi terdengar membuat mereka menatap ke arah ruangan itu mereka semua tersenyum mendengar tangisan bayi yang baru saja lahir ke dunia itu, namun ada sedikit ke khawatiran dalam diri gus alzam karena ia takut tentang keadaan istrinya, seorang dokter keluar mereka semua berdiri wajah mereka seakan-akan meminta kejelasan

"Alhamdulillah bayi dan ibu nya dapat di selamatkan"

"Alhamdulillah....."
Ucap mereka semua

"Tapi...."

"Tapi apa dok? mereka berdua baik-baik saja kan?"
Tanya gus alzam khawatir

"Tapi.... Ibunya koma"

Bak di sambar petir kaki gus alzam seketika ia langsung menjatuhkan dirinya ke kursi tunggu di sana

"Ko--koma dok? berapa lama dok? apakah anak saya baik-baik saja?"
Tanya umma Khadijah khawatir

"Untuk itu kami tidak tau pasti, kapan pasien akan sadar, bisa berbulan-bulan, bisa juga mungkin satu tahun, untuk itu hanya yang di atas yang menentukan"
Jawab dokter yang membuat umma Khadijah tidak bisa berkata apa-apa lagi selain air mata yang keluar

"Tapi kemungkinan anak saya bisa bangun kan?"
Tanya bunda nela

"Kemungkinan bisa, kami akan berusaha semaksimal nya"
Jawab dokter dan pergi meninggalkan mereka semua

Kini gus alzam memasuki ruangan di mana bayi nya di taruh, lahir dalam keadaan prematur membuat bayi nya perlu penanganan yang tepat

"Ahlan wa Sahlan jagoan ayah"
Ucap gus alzam sambil memandang bayi itu

Ia langsung mengazankan bayi nya dengan merdu, mereka yang di sana tidak ada yang tidak meneteskan air mata, begitupula dengan gus alzam, ia tidak bisa menahan air matanya, selama azan suaranya bergetar karena ia tidak bisa menahan dirinya

Selesai mengazankan anaknya gus alzam tersenyum menatap bayi yang berjenis kelamin laki-laki itu, muka, alis, bibir, hidung mancung, bulu mata lentik, gus alzam terkekeh kecil, anaknya benar-benar duplikat dengan nya, hanya mata yang indah dan bersinar bak permata saja yang mirip dengan istrinya, ia bisa membayangkan bagaimana ekspresi istrinya jika melihat anaknya hampir mirip dengan dirinya

Saat ini gus alzam sedang berada di ruangan istrinya, ia tidak henti-hentinya mengaji semenjak tadi ia selesai melaksanakan shalat isya, abi dan umma sudah menyuruhnya untuk pulang dan bersih-bersih tapi gus alzam tetap kekeh ingin tinggal di sana untuk menjaga istrinya

"Sodaqullahuaziimm"

Akhir gus alzam setelah itu mencium dan menutup mushaf Al-Qur'an nya, ia memandang wanita yang terbaring di brankas rumah sakit itu, alat-alat yang menempel di tubuh-tubuhnya membuat nya merasa kasihan terhadap istrinya

"Humairah.... Alat-alat di tubuh kamu pasti nyiksa kamu yaa.... Bangun yuk, katanya kamu mau jaga anak kita sama-sama, mau bimbing anak kita sama-sama, waktu itu kamu yang larang aku buat pergi tapi kenapa sekarang kamu malah koma gini? kenapa kamu biarin kamu yang merasakan semua ini? seharusnya aku yang terbaring di sini, bukan kamu humairah... maafkan aa' ya, maafkan aa' gagal menjaga kamu"

Ucap gus alzam sambil menundukkan kepalanya, bahu nya bergetar, air mata sudah tidak terbendung lagi, ia benar-benar merasa bersalah karena tidak bisa menjaga istrinya dengan baik, jika saja ia bisa menggantikan posisi istrinya yang berbaring di sana, sudah ia lakukan sejak awal.

ia sekarang hanya bisa memasrahkan semuanya kepada Allah, ia yakin jika pertolongan Allah pasti ada, di setiap sujud dan doa nya, ia selalu meminta untuk menyembuhkan istrinya, nama istrinya tidak pernah terlewatkan dalam doanya, doa untuk istri dan anaknya selalu ia sebutkan dalam doa nya, melihat tubuh istri nya yang terbaring di ranjang rumah sakit membuat hatinya gagal, dan berasa bersalah dan merasa gagal menjadi seorang suami dan ayah untuk keluarga nya.

Cinta Seorang Gus Alzam [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now