Bagian 08 : Apa yang Terjadi?

384 47 14
                                    

Sohyun mengamati Jungkook yang menahan senyum sejak meninggalkan basement. Lebih tepatnya ketika mendapatkan perhatian manis dari istrinya. Sampai sekarang, Sohyun dibuat heran. Ia seperti melihat diri yang berbeda dari tubuh Jihyo. Hei, Jihyo sudah dikenal akan sikap kasar, bara-bar dan tidak punya hati. Lantas, sejak kapan Jihyo berubah seperti tadi? Seakan-akan melihat Jungkook sebagai seorang suami yang harus ia hormati.

Sohyun bingung. Spontan menutup wajah dengan kedua tangan lalu kembali melirik pada Jungkook yang ada di samping. “Jung, sepertinya istrimu kerasukan. Kau harus membawanya menemui pendeta—“

“Omong kosong macam apa yang kau katakan?” tanya Jungkook yang memangkas perkataan Sohyun, tanpa dirinya menoleh karena ingin fokus menyetir.

“Aku berkata serius! Jihyo serasa dirasuki oleh ruh penuh drama. Ingat, kemarin dia seperti dengan sengaja membuatmu terluka, hei.” Lalu Sohyun menunjuk lengan kanan Jungkook yang berbalut akan kemeja hijau mint. “Di sini, ada luka terkena setrika. Cukup besar dan membekas. Jahat sekali dia menaruh begitu saja ketika kau ingin menyetrika kemejamu. Lagipula, kenapa bukan dia melakukannya ketika dia juga sedang menyetrika? Kalian itu seharusnya saling membantu! Aneh!”

Jungkook perlahan mengendurkan senyum yang merekah setelah mendengar celotehan Sohyun. Ia lantas mengingat soal kejadian semalam mengenai lengannya yang terkena setrika. Akan tetapi, Jungkook menggelengkan kepala sebagai jawaban. “Aku yang ceroboh. Dia tidak salah. Lagipula, dia kelelahan setelah seharian kuliah.”

Sohyun langsung menghembuskan napas kasar, bahkan ia menepuk dahinya. “Jung, sebenarnya kau itu cinta atau tidak dengan istrimu? Perjelas karena kau sangat idiot masalah ini. Oh, astaga. Lagipula kau seharian sedang melakukan apa? Bukan hanya dia yang memiliki pekerjaan. Jika kau berurusan dengan sahabat yang lainnya, mereka tidak akan sesabar aku ketika mendengar masalah ini.” Sohyun benar-benar frustrasi.

Jungkook memilih diam dengan pikiran yang berkelana. Cinta? Ia sebenarnya tidak tahu apakah ia mencintai Jihyo atau tidak, mengingat keduanya adalah orang asing yang dipaksa oleh takdir untuk menyatu. Bahkan, tidak ada hal yang istimewa selain bayi itu yang mengikat keduanya. Akan tetapi, cinta, Jungkook merasa sudah seharusnya belajar untuk mencintai istrinya, bukan? Pernikahan mereka begitu sakral. Jungkook sangat menghargai dan menjunjung tinggi bahwasanya ia hanya akan menikah satu kali dalam seumur hidup dan ia memang sudah memantapkan diri untuk menghabiskan masa dengan Jihyo.

Hanya saja, Jungkook belum bisa menjawab pertanyaan itu. Ia tidak bisa membohongi dirinya, sehingga memilih untuk diam.

“Hei, kenapa hanya diam saja? Oke, lupakan itu karena istrimu itu dari dulu memang jahat seperti iblis. Tidakkah kau ingat dia yang tidak akan meminum vitamin dan susu ibu hamil jika bukan kau yang memaksa? Oh tunggu, jangan lupa bagaimana makanan yang sering kau masak khusus, berakhir ke tempat sampah. Bahkan ….” Sohyun sontak menghentikan perkataannya tatkala mobil tiba-tiba saja berhenti di pinggir jalan raya. Bangunan Pengadilan Tinggi pun masih jauh, dirasa-rasa masih membutuhkan beberapa menit berkendara.

“Kenapa kau berhenti?”

“Hanya ingin memberikan peringatan. Jika kau masih ingin berbicara hal-hal yang lalu, kau lebih baik turun dan naik taksi,” kata Jungkook dengan aura dingin yang menyelimuti. Sohyun syok—tidak bisa berkata-kata.

“Kau menurunkan teman dan sepupu baikmu ini? Kau sudah dirasuki oleh—“

“Sohyun, bukan aku ataupun istriku yang dirasuki. Melainkan itu adalah dirimu.” Sambil Jungkook menoleh dengan tatapan dingin, mulai tidak bersahabat. “Aku tahu, kau dan yang lainnya begitu khawatir dengan diriku, tetapi ini adalah hidupku. Aku bisa mengambil jalan dan keputusan sendiri. Jadi, stop terlalu berlebihan seperti ini sebelum aku yang benar-benar membawamu ke pendeta untuk ritual pengeluaran ruh jahat!"

My Second LifeWhere stories live. Discover now