Bagian 37 : Perasaan yang Tulus

139 28 4
                                    

"Senior, aku sudah tahu pelaku penabrakan itu dan aku yakin, senior pasti sudah tahu lebih awal, bukan?" tanya Jihyo yang saat ini berbaring di atas kasur, menikmati waktu yang tersisa di sore hari. Ia pun cukup terkejut saat bukannya membalas pesan yang ia kirimkan, Jungkook malah menghubunginya. Jelas, Jihyo sedikit malu karena sudah berterus terang.

"Maksudnya? Bagaimana bisa tahu?"

"Mirae. Dia'kan yang melakukannya? Jawab dan jangan berbohong! Aku akan semakin marah jika Senior semakin menyembunyikannya," ucap Jihyo dengan nada yang dibuat kesal, padahal aslinya ia menahan kegemasan.

Terdengar diseberang sana yang menghela napas. "Ya, itu memang ulah Mirae. Bagaimana bisa tahu?"

Jihyo tersenyum puas karena dugaannya memang tidak salah. Dengan cepat, ia memutar badan hingga tengkurap. Ponsel itu masih menempel disisi kiri. "Sederhana. Aku tidak sengaja melihatnya bersama dengan mobil plat yang sama kala Senior pernah memberitahuku. Karena aku begitu kesal dan marah hingga aku menamparnya hingga telapak tanganku ikut kebas," ucap Jihyo yang menjelaskan. Nadanya juga ikut melebih-lebihkan, seakan dibuat kembali pada kejadian beberapa jam yang lalu.

"Kau menamparnya hingga telapak tanganmu kebas? Astaga, seharusnya tidak perlu sampai segitunya. Aku bisa menyelesaikan hal ini. Aku tidak ingin membuatmu terluka."

Walau sempat kesal karena Jungkook menyembunyikan soal ini, ia seketika berbunga mendengar perkataan sederhana tetapi menggelitiknya. Senyum dipipi seketika membentang. "Aku tahu Senior tidak ingin aku ikut serta, tetapi hal ini terjadi begitu saja. Aku juga tidak menyangka dan tidak bisa menahan diri. Jika ketemu lagi dengannya, mungkin akan kuhajar kembali."

Jihyo jelas kesal bukan main. Terlebih saat Mirae yang bukannya sadar malah menjadi-jadi dengan ingin melaporkan dirinya atas tindakan pencemaran nama baik. Hei, siapa yang tidak kesal dengan hal itu? Dan entah mungkin lucu, suaminya malah tertawa di seberang sanah, membuat sebelah alis Jihyo terangkat.

"Kenapa Senior tertawa? Ini tidak lucu!"

"Aku tahu, tetapi ini hanya menertawakan nasib Mirae yang berakhir ditanganmu. Walau tidak ingin kau ikut serta, tetapi cukup menghibur. Sebelumnya, terima kasih dan maaf hingga—"

"Sudah, jangan berkata itu. Aku tidak ingin mendengarkan. Lebih baik Senior cepat pulang. Aku rindu. Begitu juga dengan bayi kita." Namun, mendadak senyap. Jihyo hanya mendengar helaan napas, ingin kembali bersuara tetapi diseberang saja langsung melakukannya.

"Jeonshan, ya? Nama itu manis. Aku suka dan sempat memikirkan nama itu saat jenis kelamin anak kita keluar. Kebetulan yang manis, ya?" ucap Jungkook diseberang sana. Detik itu juga, Jihyo terpaku. Ia baru menyadari satu hal dan nyatanya, Jungkook mengingat soal nama itu. Entah apa yang Jihyo ingin katakan, ia seketika blank.

Alhasil, Jihyo mencoba untuk tetap tenang dengan senyum aneh yang ia rasakan. "Benarkah? Aku tidak menyangka jika Senior juga memikirkan hal itu. Aku kira itu cocok, tadi hanya ingin melihat respon Senior. Jadi, bagaimana?" Jihyo benar-benar pemain yang andal. Bertanya yang jawabannya sudah pasti. Jelas saja, Jungkook akan setuju dengan nama itu. Kau memang bodoh, Jihyo!

"Kita bisa pakai nama itu nanti. Jeonshan begitu cocok dan pas. Aku setuju saja. Aku akan ikut apa yang kau inginkan dan memberikan sedikit saran jika memang dibutuhkan."

Manis sekali. Jika seperti ini, Jihyo semakin mencintai suaminya. Benar-benar pengertian dan hangat sekali. "Oke, kita pakai itu saja nanti."

"Oke. Kalau begitu, aku tutup dulu, ya. Nanti akan kuhubungi lagi. Kemungkinan akan pulang larut. Aku, Hyunki dan Sohyun tidak jadi menginap. Kalau bisa, jangan menunggu," ucap Jungkook yang langsung diiyakan dengan Jihyo, walau sepertinya Jihyo akan menunggu suaminya. Entahlah, Jihyo terkadang bingung sendiri dengan apa yang ia pikirkan.

My Second LifeWhere stories live. Discover now