Bagian 40 : Merasa Bingung

128 24 5
                                    

Jungkook begitu membenci ayahnya. Kebencian itu makin membesar saat melihatnya hidup begitu bahagia. Dari sana, Jungkook kadang tak mengerti alur Tuhan yang berikan kepadanya. Kenapa harus ia yang berada di posisi pelik seperti ini? Memang, ia sudah bisa belajar memaafkan ibunya, tetapi untuk sosok pria yang seharusnya menjadi ayah baginya, rasanya begitu sulit.

Melihat wajah Goo Seojun, ia hanya akan menemukan luka dan rasa benci yang meluap. Kala mereka bertemu di basement hotel, Jungkook seakan ditarik ke masa ketika pria itu yang menciptkan luka baginya.

"Anak sialan! Apa yang kau lakukan di sini? Saya bukanlah ayahmu dan saya sama sekali tidak memiliki anak dari wanita pelacur!"

Perkataan itu begitu membekas. Tak akan Jungkook lupa, lantas bagaimana bisa pria itu berani datang dengan memperkenalkan diri seolah ia adalah seorang ayah yang meninggalkan putranya karena sebuah alasan? Itu tidak masuk akal. Jungkook tidak bisa menerima semua itu.

Masalah ini pun, ia tidak akan memberitahu Jihyo yang saat ini berbaring di atas kasur dengan tubuh polos yang hanya berbalut selimut hingga ke dada. Ia ingin menyimpan semua masalah itu seorang diri. Lagipula, Jihyo sedang hamil. Tidak mungkin membuatnya memikirkan begitu banyak masalah. 

Akan tetapi, Jungkook tidak bisa mengelak jika melakukan hal lain dengan Jihyo. Seperti alasan Jihyo tidak berbalut busana ketika semalam mereka melakukan kegiatan panas itu sekali lagi. 

Perlahan, Jungkook bangkit dari kasur setelah mengusap kepala Jihyo dengan lembut. Ia lekas mengenakan boxer dan celana training yang terlempar begitu jauh. Bahkan, ia mengumpulkan seluruh pakaian yang tercecer dan menaruhnya di keranjang pakaian. Ia harus merapikan kekacauan yang dibuat semalam, seraya ia mendekat ke nakas. Ia harus mengisi daya ponselnya sebelum bersiap-siap ke Pengadilan. Mengingat, hari ini adalah hari persidangan.

Dengan malas, Jungkook menarik langkah—mendekat dengan kaki panjangnya. Namun, saat ia mulai melakukan hal tersebut, seketika ia menemukan beberapa pesan yang masuk dari Hyunki dan Sohyun. Bahkan, mereka juga sudah beberapa kali menghubungi dirinya. Tentu saja tidak terdengar karena Jungkook mensenyapkan ponselnya.

Sohyun : Jung, kau di mana hei? Jam persidangan di majukan.

Sohyun : Bedebah sialan! Bisa-bisanya kau mengabaikan kami di waktu penting seperti ini.

Lalu, terdapat pesan Hyunki yang menyusul setelahnya.

Hyunki : Entah apa yang terjadi padamu, tetapi datanglah ketika sudah menyadari pesan ini dengan segera. Pun kalau tak sempat, maka kau harus menyempatkannya.

Seketika Jungkook melihat informasi yang diedarkan secara resmi di grub obrolan kasus mereka. Ternyata, pihak pengadilan baru menginformasikan tadi pagi. Ada kelonggaran waktu sehingga sidang yang seharusnya diagendakan pukul satu siang—setelah makan siang, menjadi pukul sembilan pagi dan hei, sekarang bahkan sudah pukul setengah sembilan.

Jungkook hanya tersenyum kecut. "Lucu sekali. Sepertinya aku akan melewatkan sidang ini," ucapnya seraya memberikan balasan pada Hyunki dan Sohyun. Kemungkinan mengenai dirinya yang akan terlambat.

"Sayang, kau di mana?" Suara khas bangun tidur tiba-tiba saja terdengar. Jungkook lekas menoleh dengan senyum lebar. Tanpa rasa bersalah pada rekannya, ia menaruh ponsel itu dan mendekat ke arah sang istri tercinta yang perlahan duduk dengan memeluk begitu erat selimut. "Aku kira kau sudah pergi."

"Rasanya menyenangkan sekali dipanggil sayang ketimbang senior. Bagus! Itu lebih baik," ucap Jungkook yang langsung membuat kedua pipi Jihyo merona merah. Semalam, mereka memang memutuskan hal tersebut. Lebih tepatnya, Jungkook yang baru mengeluarkan protes—ketidaksukaannya ketika dipanggil senior dan meminta panggilan yang seharusnya didapatkan oleh seorang suami.

My Second LifeWhere stories live. Discover now