Bagian 12 : Hati yang Berbunga-bunga

335 43 12
                                    

Jihyo langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa. Ia merasa tubuhnya begitu remuk, padahal ia tidak terlalu bergerak. Bahkan, itulah alasan kenapa mereka berakhir membawa pulang makanan daripada makan di salah satu kedai yang ada di sana, karena Jihyo sangat lelah. Matanya bahkan dengan spontan terpejam dengan tangan melipat di dada.

"Aku lelah sekali. Aku mau tidur."

Jungkook yang baru tiba setelah dirinya menutup pintu hanya bisa menghela napas melihat Jihyo yang langsung terpejam, padahal istrinya itu belum mengisi perut dengan makanan berat. Hanya memakan bungeoppang—kue ikan mas yang berisi kacang merah, sekitar tiga biji.

"Ji, bersihkan diri, isi perut lalu kau baru bisa tidur. Ayo, bangun dulu," kata Jungkook dengan lembut, tetapi Jihyo menggelengkan kepala, matanya masih terpejam.

"Aku masih kenyang, Senior. Aku hanya ingin istirahat."

Jungkook yang berada di dapur masih bisa mendengar perkataan Jihyo. Hal itu karena ukuran apartemen yang yang cukup kecil. Jungkook memang sudah memikirkan untuk membeli rumah sebelum bayi mereka lahir. "Astaga, tetapi kau belum minum susu dan vitaminmu, Ji. Ingat, kau tidak sendirian dan kau juga harus selalu menjaga nutrisimu. Ayo, bangun dulu. Kalau memang tidak sanggup untuk membersihkan diri, setidaknya makan dulu." Jungkook mengeluarkan celotehannya, seolah-olah ia tengah memarahi sang anak. Lihat saja, bagaimana telatennya Jungkook menuang makanan dari kotak plastik ke wadah bersih. Mereka membeli kimbab, tangsuyuk dan miyeok guk dan terdapat tambahan dua porsi nasi dari kedai itu.

Jihyo benar-benar frustrasi. Sebenarnya, ia juga begitu lapar. Hei, hanya memakan tiga biji bungeoppang mana bisa kenyang untuk dirinya yang saat ini berbadan dua? Hanya saja, Jihyo malas bergerak. Ia keburu nyaman dengan posisinya. Mata bulat itu bahkan masih terpejam. "Aku akan makan, tetapi gendong aku ke sana, Senior. Aku lelah sekali. Rasanya tidak kuat untuk berjalan, kakiku pegal," kata Jihyo berterus terang, tetapi ia tidak mendengar suara suaminya lagi.

Baiklah, Jihyo beranggapan bahwa suamianya sudah pasrah. Tidak ingin menanggapi atau memaksanya untuk makan. Sedikit kesal dan sedih, karena Jihyo sebenarnya ingin. Tidakmasalah, Jihyo, kau lebih baik tidur saja, kata batinnya yang semakin mencari posisi nyaman untuk tertidur. Akan tetapi, Jihyo benar-benar dibuat terkejut ketika dua tangan kekar menyelusup masuk lewat bawah, menarik dan membawanya ke dalam dekapan—menggedong ala bridal style. Sungguh, Jihyo tidak menyadari pergerakan yang ingin dilakukan oleh Jungkook. Untung saja, ia langsung mengalunkan lengan ke leher Jungkook agar dirinya tidak terjungkal, walau jelas Jungkook tak akan berani melakukannya.

"Kau harus makan, Ji. Jika ingin tidur setelahnya, tidak apa-apa," kata Jungkook dengan tenang, tetapi ia bisa mendengar suara jantung Jungkook yang berdetak tak karuan. Jihyo tersenyum malu dengan mata yang mengerjap. Lucu juga saat mereka terjebak di posisi seperti ini. Keadaan di mana ia merasakan hormon kehamilan yang ingin ini-itu atau dasarnya itu hanya akal-akalan dari alam bawah sadar Jihyo? Ia sendiri tidak paham, tetapi Jungkook pasti menganggapnya seperti itu.

Dengan tenang dan hati-hati, Jungkook mendudukkan Jihyo di kursi yang sudah siap dengan sajian beberapa makanan yang menggugah selera. Sungguh, Jungkook tipikal pria yang langsung beraksi dan tidak banyak bertingkah. Jihyo jadi salah tingkah sendiri.

"Ayo makan dulu. Habiskan kalau bisa. Aku tahu kau pasti lapar," kata Jungkook yang kemudian bangkit—hendak meninggalkan Jihyo karena tidak menuju ke kursinya yang berada di hadapan Jihyo sendiri. Dengan cekatan, Jihyo menggenggam pergelangan tangan Jungkook.

"Senior mau ke mana?" Sembari matanya mengerjap-erjap bak anak anjing. Jungkook terpaku sejenak, lantas ia langsung menggelengkan kepala seraya menahan pipi yang seperti ingin meledak akan rona merah.

My Second LifeWhere stories live. Discover now