Bagian 32 : Perkara Rekaman CCTV

163 25 4
                                    

Operasi berjalan dengan lancar. Hanni juga telah melewati masa kritis yang sempat ia alami. Karenanya, ia bisa bertahan sedikit lebih lama lagi dengan bantuan obat-obatan dan pemeriksaan yang rutin harus dilakukan. Terlebih operasi ini juga dilangsungkan untuk melakukan pengangkatan Rahim untuk mencegah kanker semakin tersebar luas. Hanya saja, Hanni belum sadarkan diri. Ia masih memejamkan mata dengan bantuan alat pernapasan dan beberapa alat medis lainnya.

Dokter juga memberikan pesan untuk beberapa jam ke depan tidak masuk ke ruangan perawatan tersebut, sehingga mereka saat ini ada di luar ruangan. Lebih tepat, Cuma Jungkook dan Jihyo. Bibi Song sejam lalu berpamitan untuk pulang—mengambil beberapa barang yang diperlukan. Walau begitu, Jungkook juga kasihan dengan istrinya jika terus berada di rumah sakit.

"Sebaiknya kau pulang juga, Sayang—"

"Tidak, aku akan tetap di sini. Menemanimu! Aku baik-baik saja," balas Jihyo seraya menggelengkan kepala.

"Tapi—"

"Hei kalian berdua! Huft, akhirnya aku bisa datang. Maaf, ya. Hyunki meneror banyak pekerjaan dan aku terlibat kemacetan dan, hei! Ada apa dengan dirimu? Apa sesuatu terjadi tanpa aku ketahui?" tanya Sohyun yang berlari mendekat. Sangat terkejut dengan kondisi Jungkook yang seperti babak belur. Ia tidak memahami alasan keberadaan perban yang melilit, padahal sebelumnya, Jungkook baik-baik saja.

Jungkook pun menghela napas kasar dengan pertanyaan tersebut. Bahkan, kesal rasanya saat Sohyun tiba-tiba meraba dirinya, menggelikan. Buru-buru, Jungkook menepisnya. "Enyahkan tanganmu! Aku tidak apa-apa. Hanya keserempet di depan apartemen," ucap Jungkook apa adanya dan membuat Sohyun terpaku. Ingin berujar—membahas lebih detail tetapi ada Jihyo yang khawatir memandang Jungkook.

Jungkook pasti semakin kesal jika ia melakukannya, Sohyun memikirkan hal tersebut. "Kau seharusnya lebih hati-hati lagi. Beruntung, kau masih hidup. Ini, aku membawa makanan dan minuman. Menunggu sejak tadi pasti membuat laparkan, Jihyo?" ujar Sohyun yang sekilat melirik ke arah Jihyo. Berakhir, Jihyo mengerjapkan mata—sedikit bingung.

"Mungkin?"

Sohyun mengangguk. "Untuk dirimu itu wajar saja. Kau juga sedang mengandung keponakanku. Ayo, makan dulu. Aku ingin berbicara sebentar dengan suamimu, membahas pekerjaan," kata Sohyun yang hanya basa-basi, karena ia langsung menarik lengan Jungkook. Parahnya, itu adalah lengan Jungkook yang tengah terluka. Sohyun hanya tersenyum dengan rasa bersalah yang ada, lagipula ia tidak terlalu memerhatikan lengan Jungkook.

"Kaulah yang akan membunuhku."

Sohyun menatap Jungkook tidak percaya. "Kau'kan punya banyak nyawa! Sepertinya tidak begitu mudah untuk mati," balas Sohyun yang langsung tertawa.

Jihyo hanya mengamati punggung keduanya dengan heran, sedikit penasaran dengan pembahasan yang mereka ingin lakukan. Lagipula, apakah pembahasan itu begitu rahasia sehingga Jihyo tidak bisa mendengarnya? Jika membahas kasus, Jihyo pun pada dasarnya tidak begitu paham, seharusnya tidak masalah. "Tapi biarlah mereka membahas apapun, Jihyo. Kau lebih baik duduk tenang di sini," katanya yang pasrah seraya menikmati corndog yang dibeli oleh Sohyun. Selain itu, terdapat tiga paket nasi bulgogi, beberapa biji hotteok dan tiga botol air mineral. Tentu saja, Jihyo akan menikmatinya.

Jungkook pun yang sengaja melirik ke arah istrinya, seketika hatinya merasa damai. Ia ingin terus mengamati Jihyo, tetapi Sohyun seakan melarang. Sekali lagi, ia memegang lengan Jungkook yang terluka. "Kau—"

"Sabar, Jung! Tidak baik marah-marah. Aku tidak sengaja," ujar Sohyun dengan wajah memelas, seakan takut dengan kemarahan Jungkook.

"Ini kedua kalinya. Ketiga nanti, aku akan langsung menghajarmu." Pun Sohyun hanya menanggapi dengan senyum lebar—terlihat cringe karena ia juga sedikit takut. Jungkook melihat ekspresi itu, rasanya ingin sekali meremas wajah Sohyun. "Apa yang ingin kau bahas? Apa ini soal kasus Andong?"

My Second LifeWhere stories live. Discover now