Bagian 24 : Ayo Kita Bicara

220 34 7
                                    

Jungkook bercerita mengenai Mirae yang memang benar anak dari ayah—Goo Seojun dan ibu tirinya—Ahn Mina. Jungkook mengetahui hal tersebut saat berkunjung pertama kali. Ia melihat potret keluarga bahagia dan seharusnya seperti itu. Mengingat, hubungan ayah dan ibunya—Choi Hanni yang hanya hubungan tak pasti. Mereka menjalani asmara—jatuh cinta saat Hanni yang magang untuk kebutuhan laporan akhir kuliahnya sebagai jurusan ilmu hukum di Goo office & Law Firm—sebuah kantor konsultan hukum ternama yang pada dasarnya Seojun'lah yang pemilik kantor itu.

Seperti sebuah drama yang menimbulkan cinta, itulah yang terjadi. Namun naas, mereka tidak bisa bersatu karena Seojun yang hendak dijodohkan sekaligus perbedaan kasta di antara mereka. Jelas, Hanni tidak bisa menerima, terlebih Seojun memutuskan hubungan begitu saja. Hanni yang patah hati, membuat drama kecil dengan menarik Seojun ke atas ranjang dengan obat perangsang. Mulanya, ketika ia mengandung benihnya, Hanni merasa mereka akan tetap bersama, tetapi Seojun malah menjatuhkan harga diri Hanni di depan semua orang dan menganggap Hanni sebagai pelacur sialan yang ingin merusak harga dirinya.

Tidak sampai di sana saja, Seojun membuat Hanni dikeluarkan secara tidak terhormat dari kampus. Lalu, tidak lama setelahnya, pertunangan Seojun dan Mina digelar begitu mewah karena kedua keluarga yang memang memiliki nama besar di bidang hukum dan politik.

Jungkook hanya tahu sampai di sana dari cerita Bibi Song karena ia yang memang tidak ingin mengulik apapun lagi soal kedua orangtuanya. Kala sang bibi bahkan menawarkan untuk mempertemukan kembali setelah percobaan pembunuhan itu, Jungkook akan menolak. Hanya saat beberapa hari yang lalu, mereka bertemu setelah sekian lama.

Jihyo dibuat terhenyak. Rasanya pun sulit untuk memberikan balasan, namun ia memilih untuk memeluk Jungkook dari samping, agar Jungkook tidak merasa sendiri. Jihyo tahu, betapa sulitnya Jungkook melalui masa lalu yang begitu kelam. "Senior benar-benar kuat, ya! Sungguh, jika itu aku, jelas tidak akan sekuat Senior," kata Jihyo yang membuat Jungkook tersenyum tipis. Dagunya memilih berada di puncak kepala Jihyo dengan lengan yang memberikan pelukan.

"Jika tidak begitu, aku pasti sudah tiada," ucap Jungkook dengan tenang.

Jihyo langsung menghela napas. "Tapi, apa Senior percaya jika seseorang bisa berubah?" tanya Jihyo saat ia teringat pada dirinya yang jahat terhadap suami dan anak sendiri. Bukankah ada kemungkin sang ibu mertua berubah setelah melewati tahun-tahun yang berganti?

Akan tetapi, Jihyo malah mendengar suara tawa dari Jungkook. Baginya mungkin terdengar lucu. "Aku tidak tahu, tetapi aku tidak berharap hal itu terjadi. Aku sudah bahagia dengan alur takdirku sekarang. Sudah ada dirimu dan anak kita nanti, itu benar-benar sudah cukup," jelas Jungkook. Jihyo tidak bisa mengekspresikan diri setelah mendengarnya. Ia pun hanya bungkam dengan pelukan yang semakin erat ia lakukan.

Hanya saja, setelah mendengar cerita Jungkook, ia tiba-tiba memikirkan sang ibu mertua. Terlebih, pertemuan tiba-tiba waktu itu, entah kenapa mengundang banyak pertanyaan, namun Jihyo tidak tahu harus menjelaskannya.

Keduanya pun akhirnya diam saja, hingga Jungkook memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan, karena ia yang harus kembali ke kantor. Pekerjaan seakan secara alami memanggil namanya. "Kamu ikut aku ke kantor, ya? Sudah tidak ada kegiatan kuliah lagi, bukan?'' tanya Jungkook, membuat Jihyo yang memikirkan banyak hal tersentak, sedikit berpikir lalu menggelengkan kepala.

"Aku di apartemen. Aku cukup lelah dan ingin istirahat." Karena kejadian tadi, nyatanya merusak suasana hati Jihyo. Ia sungguh tak ingin ke mana-mana. Di kantor Jungkook, ia pasti hanya akan merepotkan saja.

Jungkook yang fokus menyetir, melirik ke arah sang istri yang tampak lesu. Ia bisa menduga, kejadian beberapa saat lalu pasti menghancurkan hatinya. "Kau baik-baik saja di apartemen? Setidaknya, jika di kantor, aku ada—"

My Second LifeWhere stories live. Discover now