Bagian 34 : Kebenaran Baru

182 28 4
                                    

Apa yang terjadi di masa lalu tidak bisa diubah, diperbaiki untuk menghilangkan momen yang buruk dan hanya mengisi hal-hal manis juga sudah tidak bisa dilakukan. Hanya tersisa penyesalan dan rasa bersalah karena menciptakan kehidupan yang penuh penderitaan.

Itulah yang Hanni rasakan, seumur hidup akan dipenuhi rasa bersalah. Hanya karena cinta yang dilandaskan obsesi, ia menghancurkan kehidupan putranya sendiri. Ketika ia yang memang tidak patut menerima maaf—disalahkan seumur hidup, Hanni mencoba untuk menerima pergejolakan takdir menuju kematian, tetapi suatu keajaiban, sebuah kebencian semula terbentuk di wajah itu, perlahan diganti dengan rasa khawatir yang begitu dalam—membuat Hanni tidak bisa menutupi rasa haru.

Hanni tidak menyangka, ketika putranya—Jungkook bahkan benar-benar memanggilnya ibu, seperti yang sering ia lakukan saat masih kanak-kanak. Bahkan, saat ini, mereka saling berbagi kehangatan dan kerinduan yang terbendung. Hanni bersyukur jika Jungkook sudah bisa memaafkannya. Walau ia tidak melihat eksistensi Jihyo—sang menantu, Hanni yakin jika menantunya mengambil banyak peran dalam hal ini. Tentu, Hanni akan sangat berterima kasih dan tak akan melupakan kebaikan Jihyo yang berusaha untuk menyatukan kembali ikatan ibu dan anak.

Jungkook sendiri hanya mengikuti intuisi yang sejalan dengan pikirannya yang dipenuhi akan perkataan Jihyo dan jurnal secara bersamaan. Rasa ketakutan ditinggal oleh sang ibu, membuat hatinya melunak. Jika mengingat masa lalu, Jungkook sebenarnya masih merasakan kebencian pada sang ibu, tetapi kala ditampar kenyataan, Jungkook memilih untuk berdamai dengan keadaan. Secara perlahan, ia memaafkan ibunya dan mengikhlaskan luka yang masih melekat.

Jungkook yakin, Jihyo pasti akan menyukai keputusannya. Perlahan, Jungkook memperbaiki selimut yang menutupi tubuh ibunya. Setelah bercerita banyak hal dengan keterbatasan yang ada, akhirnya beliau memejamkan mata. Jungkook bisa memahami dan efek pasca operasi pasti ada. Ia pun memilih untuk meninggalkan ruangan ini untuk sementara waktu dan akan berkunjung lagi bersama dengan istrinya.

Jungkook memiliki agenda yang harus ia lakukan. Sekitar tiga puluh menit, kuliah Jihyo akan selesai. Walau jarak kampus dan rumah sakit yang tidak begitu jauh, tapi mana mungkin Jungkook merelakan istrinya yang tengah hamil berjalan begitu jauh? Belum lagi, kejadian mengenai kecelakaan itu, membuat Jungkook sedikit was-was, ia harus menjaga lebih ekstra.

Entah apa yang Mirae inginkan, Jungkook tidak akan membiarkan gadis itu menyentuh istri dan anaknya. Mengenai Mirae, Jungkook tidak menyangka ketika gadis itu kini berjalan dengan mata menyala kepadanya—penuh amarah dan seakan ingin menerkamnya bulat-bulat. Jungkook tidak salah menanggapi, karena itulah kenyataannya.

"Aku ingin berbicara dengan Senior," katanya yang menghentikan langkah Jungkook. Begitu tiba-tiba dan membuat Jungkook sedikit heran.

Hanya saja, Jungkook tidak minat hingga ia tersenyum tipis dengan kepala menggeleng. "Saya tidak memiliki waktu. Saya harus—"

"Kita harus berbicara! Saya sudah tahu semua! Tentang kau dan ibumu yang murahan itu," ucap Mirae tanpa berpikir panjang. Hanya dengan mendengar kata itu, membuat raut wajah Jungkook berubah drastis. Walau ia tampak tenang, tetapi sisi lain yang miliki membuat semua orang bergidik ngeri.

Mirae mulai terlihat gugup saat tatapan Jungkook saat ini begitu tajam—seakan menyayat dan menguliti dirinya. "Aku...."

"Katakan sekali lagi kalimat itu dan akan kurobek mulutmu yang banyak mengatakan hal-hal omong kosong," balas Jungkook tampak tenang, senyum miring menghiasi wajahnya—sangat mengintimidasi lawan. Beruntung, saat ini mereka berada di lorong yang sepi karena Jungkook melewati lorong tersebut agar tidak berdesak-desakannya dengan pengunjung lain. Entah kenapa, ia malah bertemu dengan gadis ini. Jungkook lantas tertawa kecil didetik itu juga. "Berikan kalimat itu pada wanita yang sudah melahirkanmu karena dialah yang murahan dan bertingkah seperti pelacur!"

My Second LifeOù les histoires vivent. Découvrez maintenant