Part 1

173K 4.8K 20
                                    

Seorang gadis bersurai hitam nan cantik sedang duduk meminum cappucino yang di pesan nya barusan lalu melirik jam tangannya. Dan beranjak karna dirasa waktu untuk memulai pekerjaan barunya akan segera dimulai.

Brukk ...

Seorang pria bertubuh tegap menabraknya hingga tersungkur di lantai, membuatnya tak bisa menahan kekesalan nya.

"Kau ...." geramnya sambil menunjuk wajah pria itu.

"Turunkan jarimu nona, itu sangat tidak sopan." balas pria yang diikuti oleh beberapa bodyguard itu dingin.

"Harusnya kau minta maaf padaku. Bukannya mengomeliku seperti itu! Dasar pria menyebalkan." cecarnya penuh emosi lalu kembali melirik jamnya.

Sementara pria itu menyerit heran. Bukankah gadis itu yang menabraknya karena berjalan terburu buru?

"Waktuku terbuang sia sia karenamu, awas saja jika aku terlambat dan tidak mendapat pekerjaan ku karenamu. Akan kucari kau sampai ke lubang semut dan ku habisi kau."ancamnya dan berlalu sedikit terburu buru.

Sementara pria itu sedari tadi tersenyum kecil karna wanita yang begitu menghibur nya. Apa dia tidak pernah menonton televisi hingga tidak mengenali sedikitpun dirinya? Entahlah.
***

"Langsung saja ke lantai 40 dan ruangan tuan Hilton adalah ruangan terbesar dari 3 ruangan utama disana," ucap resepsionist itu ramah pada Lauren yang baru saja sampai di Hilton's Corp, salah satu holding inc. terbesar di dunia .
Lauren sampai di sebuah pintu bertuliskan 'David Alexandrio Hilton' dan membukanya perlahan setelah mengetuk nya tadi.

Dilihatnya pria bertubuh tegap duduk di kursi kebesarannya menghadap ke jendela dan membelakangi nya.
"Emm ... maaf tuan, apa bisa kita mulai sesi wawancara saya?" tanyanya sopan karna sedari tadi pria itu bahkan seperti tidak menyadari kehadirannya.

"Tentu saja nona Lauren," jawabnya sambari memutar kursinya, menunjukkan wajah tampannya.

"K-kau! Apa yang kau lakukan disini?" pekik Lauren dikarenakan dia sudah mengenal wajah itu. Ya! Pria yang dimarahinya beberapa menit yang lalu.

"Bersikaplah sedikit sopan pada calon atasan mu nona, kau bisa langsung saja ditolak mengingat sikap mu yang kurang sopan itu." jawabnya santai. Lauren menghembuskan nafas lelah.

"Maafkan saya tuan, saya hanya terkejut tadi," ucap Lauren dengan nada menyesal yang agak dipaksakan.

David hanya menyeringai puas melihat Lauren yang mati kutu didepannya saat ini. Entah kenapa dia sangat suka membuat Lauren kesal, padahal baru beberapa menit dia mengenalnya.

"Hmm ... Lauren. Baiklah, hanya itu namamu? Bukankah orangtua mu sangat jahat tak memberikan marga apapun padamu?" tanyanya santai tak menyadari perubahan ekspresi Lauren karna ucapannya.

"Tak usah bicara apapun tentang orangtuaku karna kau tak tau apapun! Aku kesini untuk pekerjaan dan jika kau tidak berminat biarkan aku pergi dari sini. Permisi."ucap lauren lalu mengambil tasnya dan beranjak pergi. Baru saja dia memegang handle pintu, David sedikit berteriak dari tempatnya.

"Tunggu nona! Kau bisa mulai bekerja disini mulai besok dan sekarang kau boleh pergi."
Lauren tak merespon apapun, dia justru melanjutkan langkahnya yang sedikit tertunda tadi. Disisi lain David berpikir kenapa wanita itu begitu marah, padahal dia hanya bercanda saat sedikit menyinggung tentang orangtua Lauren tadi.
***

Lauren berjalan sedikit tergesa karna jam di tangannya menunjukkan pukul 07.55 sementara ruang kerjanya ada dilantai teratas gedung ini yang berarti dia harus berdesakan untuk mengantri lift dan sudah bisa dipastikan kalau dia akan terlambat di hari pertamanya bekerja. Dan itu tentu akan menjadi hal yang buruk.

"Hosh hosh hosh..."

suara deru napas Lauren terdengar begitu jelas karna berjalan , bukan maksudnya berlari tadi. 'Pukul 08.03'batin Lauren.

"Terlambat di hari pertama Lauren? Benar benar buruk." suara bariton seseorang menginterupsi nya. Lauren sedikit berjengit terkejut.

"Maaf tuan, angkutan umum saat ini sangat lambat. Lagipula saya hanya terlambat 3 menit," ucapnya sedikit membela diri.

"Benarkah begitu? Kalau benar maka mulai besok aku akan mengantar jemput sekertaris ku agar datang tepat waktu." timpal nya menanggapi Lauren.

Lauren sontak membulat kan matanya terkejut. "Ti- tidak usah tuan, saya berjanji lain kali akan datang tepat waktu." tolak Lauren sopan, lagipula dia tidak ingin daerah pribadinya dijamah siapapun.

"Aku tidak menerima alasan apapun dan dari siapapun nona Lauren" kekehnya membuat Lauren menghela nafas panjang.

"David keparat," umpat Lauren pelan namun jelas dapat didengar oleh David.

"Apa yang kau katakan sangat tidak pantas nona." tegurnya namun dengan nada santai.

"Ah ... ti-tidak tuan permisi b-banyak yang harus aku kerjakan." ucap Lauren gugup dengan wajah sedikit memerah lalu beranjak ke meja kerjanya.

Sementara David? Dia masih berdiri di tempat nya memperhatikan Lauren yang sedang serius dengan pekerjaannya. Ada perasaan aneh yang dirasakannya jika berdekatan dengan wanita itu.

"Ada yang bisa saya bantu lagi tuan?" tanya Lauren heran karna CEO nya yang katanya sangat sibuk itu tidak juga kembali keruangannya yang dibatasi oleh pintu penghubung dengan ruangannya.

"Tidak." jawabnya singkat dan berlalu. Lauren terlihat sedikit bingung namun tak lama kemudian menghedikkan bahunya acuh.

My CEO My Love [Completed]Where stories live. Discover now