Part 38

39.2K 1.7K 53
                                    

Happy reading guys...

Warning! Typo bertebaran!
Cerita gaje!

***

Lauren duduk dengan kepala tertunduk karna didepannya sudah ada Jessy dan Stev.

"Lauren," panggil Jessy yang langsung membuat Lauren mengeratkan cengkeramannya di ranjang rumah sakit.

"Y-ya...."

"Kami kesini ingin meminta maaf padamu. Aku tau ini akan sangat sulit, tapi aku mohon. Kami sungguh menyesal. Saat itu kami diperbudak obsesi dan keserakahan. Tapi sekarang aku sadar kalau itu semua sangat salah. Kau mau memaafkan kami?" tanya Jessy memohon.

Lauren masih menunduk tanpa mau menjawab apapun sehingga terjadi keheningan yang cukup lama di ruangan itu.

"Sayang..." panggil Dave sembari memegang pundak Lauren. Lauren sontak mendongak dan menatap Dave dengan matanya yang memerah.

"Kau mau memaafkan mereka?" tanya Dave lembut.

"Aku tidak tau, aku bingung," jawab Lauren dan mulai terisak. Dave langsung menenggelamkan Lauren dalam pelukan hangatnya.

"Maafkan aku, mungkin dia masih takut," ucap Dave pada mereka yang dibalas anggukan.

"Kami mengerti, pasti dia butuh waktu," jawab Stev sambil tersenyum miris menatap tubuh Lauren yang bergetar karna menangis.

"Ya, dan kami lega. Setidaknya kami sudah meminta maaf padanya." lanjut Jessy.

"Kami pamit," ucap Stev dan Jessy bersamaan.

"Baiklah, sekali lagi aku minta maaf," jawab Dave yang dibalas anggukan mengerti mereka berdua.

Stev sudah memegang handle pintu ketika Lauren menghentikan mereka. Secepat kilat Lauren melepas pelukannya dan berlari kearah Jessy dan memeluknya. Hal yang membuat Jessy dan dua orang lainnya sangat terkejut.

"Aku memaafkan kalian," ucap Lauren yang membuat Jessy tersenyum lebar.

"Sungguh?"

"Iya"

"Sekarang kita teman." lanjut Lauren sambil menjulurkan tangannya. Melihat itu bukannya menyalami, Jessy justru memeluk Lauren.

"Kau memang malaikat," ucap Jessy yang membuat Lauren tersenyum.

"Jadi, bagaimana dengan aku?" tanya Stev pada Jessy dan Lauren.

"Kau juga temanku" jawab Lauren sambil memeluk Stev yang langsung membuat Dave menggeram dan berdehem keras.

"Lebih baik kau melepaskanku sebelum Dave mengamuk," ucap Stev yang dibalas gelengan Lauren.

"Biarkan saja, aku mau menggodanya sedikit." bisik Lauren yang dibalas gelengan heran dari Stev.

"Untuk apa kau terus memeluknya seperti itu?" tanya Dave kesal, dan Lauren hanya menjulurkan lidahnya dan berjinjit untuk mengecup pipi Stev sekilas. Siapapun disitu bisa melihat wajah Dave yang menahan marah. Sementara Jessy dan Stev hanya bisa terkikik geli.

"Kembali duduk disini!" perintah Dave kesal.

"Kalau aku tidak mau?" tanya Lauren menantang.

"Kembali. Duduk. Disini" ucapnya dingin dengan tatapan tajamnya yang membuat Lauren menelan salivanya dengan susah payah.

Lauren langsung berlari dan duduk di samping Dave. Itu juga yang membuat Jessy dan Stev tergelak.

"Kami pamit dulu. Tidak baik mendengar pertengkaran sepasang kekasih." pamit Jessy lagi yang lagi-lagi di hentikan Lauren.

"Kira-kira berapa lama kalian akan di penjara?" tanya Lauren hati-hati

"Em... Mungkin sekitar 15-20 tahun," jawab Stev santai.

Lauren membulatkan matanya. "Astaga, itu terlalu lama. Tidak bisakah hanya 3-5 tahun?"

"Kenapa kau tidak sekalian membebaskan kami?" tanya Jessy bercanda

"Tidak akan. Kalian sudah membuatku tidur lama sekali. Untung saja aku tidak mati." gerutu Lauren yang membuat Jessy dan Stev tertawa sementara Dave masih menampilkan ekspresi datarnya.

"Bisa asalkan kau mengajukan berkas peringanan hukuman untuk kami." jawab Stev serius.

"Ah, biar Dave yang akan mengurusnya. Benar kan Dave?" tanya Lauren yang tak dijawab apapun oleh Dave.

"Sebaiknya kalian pulang dulu. Sepertinya aku harus membujuknya dulu," ucap Lauren yang diangguki Stev dan Jessy.

"Selamat malam," ucap Lauren setengah berteriak saat Jessy dan Stev hampir menghilang dibalik pintu.

Lauren teringat sesuatu. Dave masih marah. Lauren melirik Dave yang masih menampilkan wajah datarnya.

"Dave...." panggil Lauren yang tak mendapat respon apapun.

"David Alexandrio Hilton"

"Dave kekasihku yang tampan"

Lauren menghela nafas dan beranjak, mendudukan dirinya di pangkuan Dave dan mengalungkan tangannya di leher Dave.

"Maafkan aku ya? Aku hanya bercanda. Aku tau kau pasti kesal padaku" ucap Lauren lalu mengecup pipi Dave.

"Aku tidak suka kau menyentuh pria lain." balas Dave dingin.

"Aku tau, karna itu aku minta maaf. Aku kan hanya bercanda," ucap Lauren lagi.

"Jangan lakukan lagi."

"Aku berjanji."

"Kau harus dihukum," ucap Dave dengan seringaian yang tidak diketahui Lauren yang sedang menunduk. Lauren hanya mengangguk setuju.

Dave mendongakkan wajah Lauren. "Menikah denganku dua minggu lagi," ucapnya membuat mata Lauren membulat sempurna.

"Dua minggu lagi? Tapi--"

"Tidak ada tapi, aku sudah siapkan semuanya." sanggah Dave lalu mengecup lembut kening Lauren.

"Pakaian?"

"Sudah"

"Altar?"

"Sudah"

"Undangan?"

"Sudah"

"Catering?"

"Sudah"

"Ada resepsinya?"

"Tentu saja"

"Aku belum memilih bajunya"

"Sudah aku siapkan"

"Yakin sudah semuanya?"

"Sudah semua"

Lauren terus saja menanyakan pertanyaan yang tidak penting hingga membuat Dave tidak tahan dan membungkam bibir gadis itu dengan bibirnya hingga keduanya kehabisan nafas.

"Aku akan memilikimu seutuhnya. Secepatnya."

***

Hmm... Tuh nikah haha 😂

Seneng pan pada 😪
Dah ah. Segini ae. Takut pada kesenengan.

btw, aku masih di sekolah 😂

Love and hug
-AKP-

My CEO My Love [Completed]Where stories live. Discover now