Part 5

75.4K 3.2K 23
                                    

Happy reading guys...
Warning! Typo bertebaran!
Cerita gaje!
***

"Kenapa kau tegang Lauren?"tanya Dave yang melihat wajah tegang Lauren.

"Eh? Ak-aku, aku? Tidak mungkin hanya perasaanmu saja" jawab Lauren gugup.

"Bukankah sudah ku bilang jangan terlalu dipikirkan? Kita kerumah ku hanya untuk membujuk ibuku agar tidak menjodohkan diriku."ucap Dave lembut.

"Maafkan aku Dave, aku harus membuat mu menunggu, hanya saja aku masih bingung dengan perasaanku sendiri" ucap Lauren lesu.

"Ck, kau ini sangat keras kepala! Aku kan sudah bilang jangan dipikirkan" gurau Dave mengelus puncak kepala Lauren.
Entah kenapa Lauren merasakan desiran aneh saat Dave menyentuhnya.

Merekapun sampai di mansion besar milik keluarga Dave. Mansion ini begitu besar dan indah bagaikan istana, membuat Lauren berdecak kagum karnanya. Udara disini juga cukup sejuk dan tenang karna lumayan jauh dari pusat kota.

"Ya tuhan ini indah sekali" ucap Lauren kagum membuat Dave terkikik geli.

"Aku ingin sekali punya Mansion seperti ini. Tapi kalau beli berapa ratus tahun aku harus menabung? Apartement itu saja baru lunas kemarin" gumam Lauren sepanjang jalan.

"Menikah lah denganku maka otomatis mansion ini akan menjadi milikmu" ucap Dave santai.

Lauren membeku dengan kalimat barusan dan otomatis menghentikan langkahnya. Wajahnya pun terlihat tegang.

"Maaf, aku hanya bercanda" ucap Dave kikuk melihat perubahan air muka Lauren.

"Tidak papa" jawab Lauren canggung.

"Ayo masuk" ajak Dave diangguki Lauren.

Mereka berjalan beriringan. Tiba tiba Dave menggenggam tangan Lauren membuatnya terkejut. Terasa hangat ditangan nya sampai kedalam hatinya. Diam diam Lauren tersenyum menatap pria tampan di sampingnya.

"Sudah puas menatapku? Apa aku bertambah tampan sampai kau menatapku begitu terpesona?"tanya Dave bermaksud menggoda Lauren, dan ternyata berhasil. Wajah cantik itu memerah karnannya.

"Hai mom, dad, Vanny" sapa Dave melihat keluarganya sedang berbincang ringan di ruang keluarga. Mereka semua menoleh.

"Aunty?"heran Lauren melihat wanita yang ditolongnya tempo hari.

"Hai dear, aku sangat terkejut ternyata kau yang dibawa Dave kemari" ucap Mom tak kalah heran.

"Kalian, maksudku aunty dan Dave?"ucap Lauren tak mengindahkan ucapan mom sebelumnya.

"Ya, aku adalah ibu dari pria menyebalkan ini" ucap mom memperkenalkan diri.
"Ah iya sayang, aku lupa namamu" lanjutnya.

"Bukan lupa aunty, tapi aku memang belum memperkenalkan diri. Namaku Lauren"

"Lauren? Nama yang cantik sama seperti orangnya" puji Vanny, yaitu adik Dave yang berusia 19 tahun.

"Terima kasih banyak, kau juga sangat cantik" puji Lauren balik.

"Berapa usiamu sekarang kak?"tanya Vanny pada Lauren.

"Aku 22 tahun, kau sendiri?"

"Aku 19 tahun, kau masih muda sekali apa masih sekolah?"

"Aku sudah bekerja 2 bulan di perusahaan milik keluargamu" jawab Lauren.

"Hallo Lauren senang bertemu denganmu" sapa dad pada Lauren.
"Halo Sir, senang bertemu denganmu juga" Lauren balas menjabat tangan Dad.

"Oh ya Lauren dimana kau tinggal? Dan dimana orang tuamu?"tanya mom membuat raut wajah Lauren berubah suram.

Dave yang menyadari itu langsung merangkul Lauren dan mengusap lengannya lembut, berharap bisa menguatkannya.

"Kedua orang tuanya sudah meninggal dalam kecelakaan mobil beberapa tahun silam, dan kumohon jangan pernah membahas itu lagi didepannya karna akan berakibat buruk untuk psikis nya" jawab Dave masih memperhatikan Lauren yang nampak masih tertekan.

"Maafkan aku Lauren, kami sungguh tak tau" ucap mom menyesal.
Tapi Lauren masih tak bergeming tak lama kemudian Lauren memegangi kepalanya dan jatuh pingsan.

***

"Kenapa dia bisa seperti itu Kak?"tanya Vanny prihatin melihat Lauren yang terbaring lemah di ranjang kamar Dave.

Dave menarik nafas panjang, dikamarnya masih ada mom, dad dan Vanny.
Mengalir lah cerita dari mulut Dave sesuai dengan apa yang pernah
didengarnya dari Lauren.

"Dia gadis yang baik, dialah yang kuceritakan padamu Van, dia yang membantuku di mall waktu itu" ucap mom menghela nafas.

"Poor girl" ucap Dad.

"Ku mohon jangan mengungkit ini lagi, emosinya sedang tidak stabil. Sebenarnya tidak setiap saat mengingatnya dia akan seperti ini. Tapi untuk berjaga jaga, tolong jangan ungkit lagi" ucap Dave merasa iba pada Lauren.

"Ya, kami takkan melakukannya lagi" jawab mom.
---
Lauren meringis merasa sakit dikepala nya. Saat membuka mata dilihatnya Dave sedang memegang tangannya tapi tatapannya jatuh ke laptop yang ada di pangkuannya.

"Dave..." panggil Lauren lirih. Dave sontak menoleh dan mematikan laptopnya.

"Apa kau sudah lebih baik?"tanyanya lembut mengelus rambut Lauren, diapun mengangguk sebagai jawabannya.

"Maaf, lagi lagi aku merepotkan mu, kau sangat baik padaku, dan keluargamu juga... hiks... aku...hiks... selalu membuatmu tak nyaman...hiks..."ucap Lauren terisak

"Sshht... apa yang aku katakan? Aku merasa sangat bahagia saat didekatmu dan aku harap kau pun juga begitu" timpal Dave menyeka air mata Lauren tapi itu justru membuat Lauren semakin terisak.

"Apa aku menyakiti dirimu?"tanya Dave heran.

Tanpa diduga Lauren memeluknya erat, menyusupkan wajahnya di lekukan leher Dave.

"Masih bisa kah?"tanya Lauren membuat Dave menyerit bingung. Dave melerai pelukannya.

"Masih bisakah kau mencintai ku dengan seluruh kekurangan ku? Dan izin kan aku mencintaimu Dave..." tanya Lauren menunduk, tapi Dave mengangkat dagu nya hingga Dave bisa melihat iris berwarna caramel milik Lauren dan Lauren bisa melihat iris biru Dave.

"Katakan sekali lagi" pinta Dave menatap lurus ke mata indah Lauren.

"Kumohon izin kan aku mencintaimu dengan segala kekurangan ku" jawab Lauren parau.

Dave memeluk Lauren erat seolah enggan melepasnya.
"Aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu Lauren..." bisik Dave di telinga Lauren.

"Aku juga mencintaimu Dave" balas Lauren tak mau kalah dan semakin mengeratkan pelukan mereka.

"Dave, aku ingin pulang ke apart ku saja. Aku merasa tak enak pada orang tua mu jika disini terlalu lama" pinta Lauren yang masih dalam pelukan Dave.

"Tak usah merasa seperti itu, kelak mereka juga akan menjadi orang tua mu" jawab Dave santai sembari menghirup dalam dalam aroma Lauren yang membuatnya nyaman. Tak sadar kalau Lauren sedang menahan agar wajahnya tak memerah dengan perkataan Dave.

"Kenapa wajahmu merah?"tanya Dave menggoda Lauren.

"Ti-tidak! Kau ini selalu menuduh ku yang tidak tidak" ucap Lauren mencoba mengelak.

"Baiklah kalau begitu, ayo keluar. Mereka sangat khawatir padamu" ajak Dave di angguki Lauren.

***

Hai hai hai...
Balik lagi nih dengan cerita yang makin garing...

Love and hug
-AKP-

My CEO My Love [Completed]Where stories live. Discover now