3

1.5K 133 2
                                    

"Looo ...... !!!!!" Kaget Raya sedang Mondy hanya menampilkan wajah datarnya.

"Lo ngapain disini ? Lo ngikutin gue yah ?" ucap Raya.

"Eh cewek aneh, siapa juga yang ngikutin lo ? Ini itu ruangan gue, gue kerja disini !" ucap Mondy.

Raya melihat Mondy dengan tatapan menilai, Mondy hanya mengenakan baju kaos putih, jaket kulit, dan celana jeans yang robek di lutut.
Gak mungkin big boss dandanannya begini pikir Raya.

"Trus lo pikir gue bakalan percaya apa yang lo bilang ? Keluar lo dari sini nanti big boss dateng mampus lo !!" Raya menarik tangan Mondy untuk keluar dari ruangannya.

"Eh lo tuh apa-apaan sih ?! Lepasin gue lepas ! Gue boss nya woiii" ucap Mondy karena Raya terus menarik tangannya untuk keluar dari ruangan itu.

Raya tak peduli ia masih terus menarik Mondy untuk keluar.

Rasya yang mendengar kegaduhan di lantai atas segera berlari menuju asal suara.
Rasya mematung melihat pemandangan yang ada di depannya, dimana Raya berusaha menyeret Mondy keluar dari ruangannya.

"Raya stoopp hentikan !!!!" jerit Rasya.

Raya dan Mondy menoleh ke asal suara dan mendapati Rasya di ambang pintu ruangan Mondy, segera Raya melepas tangannya yang mencengkeram lengan Mondy.

"Raya kamu kenapa ? Mon, lo ngapain Raya ?" ucap Rasya.

Belum sempat Mondy menjawab Raya sudah terlebih dahulu memotongnya.

"Ini nih kak, cowok yang buat aku kesal tadi pagi yang nyipratin air ke seragam aku di halte. Masa' dia ngaku-ngaku sih big boss disini, mana ada big boss dandanannya urakan kayak dia. Gak tau diri banget kan kak" ucap Raya mencibir Mondy.

Rasya terkejut mendengar penuturan Raya, dan melihat ke Mondy. Sedang Mondy hanya menampilkan senyum sinisnya dan menatap Rasya seolah menyuruh Rasya untuk menjelaskan semuanya.
Rasya mengangguk mengerti.

"Ta..tapi Ray Mondy emang boss disini pemilik cafe ini" ucap Rasya pelan.

Seketika mata Raya melotot dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya, serta menoleh ke Mondy yang memasang senyum mengejek ke Raya. Raya benar-benar malu dan tak menyangka Mondy adalah boss nya.

**
Kejadian itu telah berlalu. Dan sekarang disinilah Raya duduk di kursi depan meja kerja Mondy. Sudah setengah jam Raya menunggu Mondy bicara. Namun sedari tadi dia hanya fokus ke laptop di depannya. Entah apa yang sedang di kerjakannya.

Raya pun meluapkan kekesalannya terhadap Mondy.

"Mau lo tuh apa sih hah ? Lo mau buat gue jadi kayak orang bego' ?! Gue udah setengah jam duduk disini dan lo gak ngomong sepatah kata pun" ucap Raya kesal.

"Jaga bicaramu ! Saya atasanmu !! Gak sopan" ucap Mondy tanpa melihat ke Raya.

Raya menghela nafasnya kasar, berhadapan dengan Mondy membuat emosinya memuncak.
"Baiklah Tuan Mondy yang terhormat ada apa ? Sekiranya ada yang ingin dikatakan, maka katakanlah" ucap Raya selembut mungkin.

Mondy menoleh Raya sekilas.
"Kamu saya pecat!!" ucap Mondy datar.

Raya shock dan kesal setengah mati kepada Mondy. Setengah jam Raya menunggu hanya untuk mendengar dia mengatakan tiga kata dengan satu kata keramat di akhir.
Setidaknya jika ingin memecatnya jangan membuang waktunya.

"Kenapa ? Ada masalah ?" ucap Mondy.

"Kenapa saya di pecat ? Emang salah saya apa ? Anda gak bisa seenaknya gitu dong" ucap Raya tak terima.

Mondy berdiri dari kursi kebesarannya, melewati meja kerjanya dan berhenti di depan kursi yang Raya duduki. Mondy memajukan wajahnya agar lebih dekat dengan wajah Raya.
Mondy mengangkat dagu Raya dengan jari telunjuknya dan tersenyum sinis.

"Kamu bertanya apa salah kamu ? Lalu, memaki dan menyeret pemilik cafe keluar dari ruangannya sendiri itu bukan kesalahan Nona Raya ?"

Raya terhenyak dan segera memalingkan mukanya. Ya dia ingat, ah sepertinya dia memang pantas di pecat.

Raya memalingkan wajahnya.
"Tapi maaf, itu kan tidak sengaja" ucap Raya pelan.

Mondy kembali duduk di kursi kerjanya dan menampilkan wajah datarnya.
"Jika tidak ada lagi hal penting yang ingin dibicarakan, silahkan keluar" ucap Mondy datar.

Raya pasrah dan akhirnya keluar dari ruangan Mondy, ia akan segera mengganti pakaiannya.
Raya akan berpamitan dulu dengan teman-teman kerjanya dan Rasya.

***
"Guys, gue pamit ya. Mulai besok gue udah gak kerja lagi disini" ucap Raya sedih.

"Loh Ray ? Kamu di pecat ? Pak Mondy tega banget sih, kan kamu juga karyawan baru jadi gak tahu" ucap Ranty sedih. Ranty adalah teman kerja yang paling dekat dengan Raya. Bisa di bilang mereka bersahabat.

"Udah Ran, aku gak apa-apa kok" ucap Raya memeluk sahabatnya.

"Ray, lo jangan sedih ya. Gue yakin lo bisa dapet kerjaan yang lebih baik dari ini. Semangat ya" ucap Rian kepada Raya.

"Iya makasih ya semua" ucap Raya memeluk temannya satu persatu.

Rasya menghampiri Raya yang sedang berpamitan dengan teman-temannya.

"Ray, maaf kakak gak bisa bantu kamu" ucap Rasya sedih. Rasya kecewa dengan Mondy yang memecat Raya padahal masalah ini bisa diselesaikan baik-baik.

"Enggak kak, justru Raya yang minta maaf ke kakak. Maaf Raya selalu ngerepotin kakak, Raya selalu nyusahin kakak, dan makasih karena kakak selalu ada buat Raya saat Raya susah" ucap Raya.
"Udah dong jangan sedih gitu, jelek tau mukanya kayak bebek" ucap Raya menggoda Rasya.

"Kakak sedih kan juga gara-gara kamu. Kakak tuh sayang sama kamu" ucap Rasya seraya mengacak kecil rambut Raya.

"Iya aku tau kok kak, kakak sayang aku sebagai adik kan ? Aku juga sayang kak Rasya sebagai kakak" ucap Raya memeluk Rasya. Rasya membalas pelukan Raya.

Tapi kakak sayang sama kamu lebih dari itu Ray, batin Rasya.

Setelahnya Raya berlalu pergi meninggalkan Adhari's Cafe dan pulang ke rumah.

Kisah AkuWhere stories live. Discover now