19

1.2K 144 8
                                    

Raya Pov

Aku melirik Mondy yang tengah fokus menyetir mobil. Saat ini kami di perjalanan menuju kantor. Tapi sedari tadi ia hanya diam saja. Seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

"Kamu mikirin sesuatu ?" tanyaku pelan. Ku lihat ia tak bergeming, apa suaraku sangat pelan hingga ia tak mendengarnya pikirku.
Lalu ku sentuh lembut bahunya, barulah ia sedikit tersentak dan menoleh ke arahku.

Aku mengulang pertanyaanku karena kurasa ia tak mendengar pertanyaanku tadi.
Ia menggeleng pelan dan tersenyum.
"Aku gak pa-pa. Hanya sedikit lelah" ia mengecup sebelah tanganku yang berada di genggamannya. Aku pun mengangguk mengerti, mungkin benar ia sedikit lelah karena kegiatan kami kemarin di puncak.

Setelah sampai di kantor, seperti biasa Mondy akan membukakan pintu untukku lalu kami berjalan bergandengan tangan mesra menuju ruangan kami.

*

Sudah tepat seminggu sejak sang ayah memintanya bertunangan dengan Bella. Sudah seminggu juga Mondy berusaha menutupi masalahnya kepada Raya.
Dan malam ini Mondy beserta keluarganya akan datang ke rumah keluarga Bella.
Malam ini akan diadakan pertemuan keluarga Restu dan Hamzah untuk membahas masalah pertunangan anak-anak mereka.

Mobil mewah milik Mondy berhenti tepat di sebelah mobil orang tuanya ketika mereka telah sampai di kediaman Bella.
Keluarga Bella menyambut hangat kedatangan mereka. Mondy memasang wajah tenang, namun siapa sangka di balik ketenangannya pikirannya telah melalang buana memikirkan gadisnya.

Setelah acara makan malam bersama selesai kini kedua keluarga tersebut sedang duduk bersama dengan mimik wajah berbeda-beda. Restu dan Bella terlihat sumringah, sedangkan Mondy menatap mereka semua jengah.

"Jadi kita sepakat tentang pertunangan Bella dan Mondy ?" tanpa basa-basi Restu bertanya kepada Hamzah. Hamzah hanya mengangguk mengiyakan dengan mimik wajah datar. Sebenarnya ia berat karena mengorbankan perasaan anaknya.

"Jadi kapan akan dilaksanakan ?" tanya Bella antusias.

"Minggu depan" bukan Hamzah maupun Mondy yang menjawab melainkan Restu sendiri. Mondy hanya diam dan menatap Bella tak suka.
"Bagaimana ?" sambung Restu.

"Tunggu. Sebelum kami bertunangan aku ingin berbicara dengan Bella dulu berdua" ucap Mondy yang sedari tadi hanya diam. Bella mengangguk antusias ia berpikir Mondy pasti ingin mengenalnya lebih dekat. Dengan senang hati ia membawa Mondy ke taman belakang rumahnya untuk berbicara empat mata.

Dan sekarang mereka telah duduk berdua di bangku taman. Mondy hanya diam dan memandang lurus ke depan. Ia merasa muak melihat wajah Bella.
Berbeda dengan Bella yang sedari tadi tersenyum manis menatap wajah Mondy.

"Kenapa kamu menerima pertunangan kita ?" ucap Mondy. Nada suaranya terdengar dingin dan datar. Seakan menunjukkan bahwa dirinya tak pernah tertarik dengan gadis yang kini berada di sampingnya.

"Ya.. Karena aku memang suka sama kamu" jawab Bella santai.

"Tapi kamu tahu kan aku sudah punya Raya ? Dan aku SANGAT MENCINTAI DIA" Mondy sengaja menekan tiga kata terakhir yang diucapkannya. Memang begitulah perasaannya sesungguhnya, hatinya telah dipenuhi Raya dan tidak ada tempat lagi untuk wanita lain selain Rayanya.

Bella tersenyum sinis.
"Siapa peduli ? Aku menginginkanmu, dan aku rasa aku tidak bersalah menerima perjodohan ini.
Walau sebenarnya tanpa kamu tahu akulah yang merencanakan semuanya" lanjut Bella dalam hati.

Kisah AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang