24

1.3K 152 12
                                    

Raya menatap pintu kamar inapnya kemudian melirik jam dinding sekilas. Sudah kurang lebih 10 menit Mondy yang katanya mengantar Daniel yang akan pulang namun Mondy pun tak kunjung kembali.
Karena rasa penasaran yang tinggi Raya mencoba keluar dari kamar inapnya untuk melihat sebenarnya apa yang Mondy lakukan dengan Daniel di luar.
Karena keadaan Raya yang telah membaik, maka selang infus yang tertancap di tangannya telah dicabut oleh pihak rumah sakit. Hal itu membuatnya lebih mudah untuk beraktivitas.

Raya membuka pintu kamar inapnya dan mengintip sedikit.
Dilihatnya Mondy dan Daniel yang masih berbincang serius.
Raya berdiri di depan pintu kamar inapnya dan memperhatikan saja apa yang mereka lakukan.
Sesaat kemudian Raya melihat Mondy yang tersenyum lega dan memeluk Daniel.
Namun tiba-tiba pandangan Mondy beralih padanya dan dilihatnya wajah Mondy yang berubah tegang. Setelah Mondy melepas rangkulannya pada Daniel, Daniel yang heran melihat wajah Mondy yang menegang mengikuti arah pandang Mondy. Dan seketika Daniel pun ikut terkejut melihat Raya yang telah berada di belakangnya.
Sedangkan Raya hanya diam di tempat dan menatap mereka berdua dengan pandangan bertanya.

"Ra-ra..ya ka.. kamu udah lama disini ?"  ucap Mondy terbata-bata karena gugup.

Raya hanya diam tidak berniat menjawab pertanyaan Mondy.
Mondy semakin cemas, kediaman Raya membuatnya takut. Seketika bayangan Raya yang kecewa dan marah padanya menghantui pikirannya. Terlebih jika Raya sampai meninggalkannya, bahkan Mondy tidak sanggup membayangkannya.
Daniel yang seakan tahu keadaan Mondy memegang bahu Mondy seolah menenangkan sahabatnya itu.

"Mon...." Mondy mendongak saat mendengar Raya memanggilnya.
Jantung Mondy berdegup kencang, keringat dingin telah membasahi keningnya. Bahkan ia tidak berani untuk menatap wajah Raya.

"Kalian ngapain sih peluk-pelukan diluar ?" tanya Raya.

"Hah ????" Daniel dan Mondy saling menatap saat mendengar pertanyaan Raya.

"Ray.... Ka-kamu kamu....." Raya bersidekap dada dan berjalan mendekati Mondy dengan wajah kesal.

"Awhhhh... Sakit yang." Mondy meringis kesakitan saat Raya mencubit pinggangnya.
Sedangkan Daniel tertawa geli melihat sahabatnya yang tak berani berkutik di depan wanitanya.

"Rasain. Ditungguin dari tadi juga malah peluk-pelukan disini sama Daniel." ucap Raya.

"Abisnya kalau pelukan di dalam takut ketahuan kamu dong kalau aku dan Mondy ada hubungan." Daniel mengedipkan sebelah matanya ke arah Mondy membuat Mondy bergidik ngeri.

"Jadi kalian berdua ? Mon, kamu..." Raya tak melanjutkan kata-katanya dan menatap Mondy dengan pandangan tak percaya.

Mondy memegang kedua bahu Raya dan membawanya masuk ke kamar meninggalkan Daniel yang tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Mondy.

"Kamu jangan dengerin dia Ray, dia udah stres karena kelamaan jomblo." ucap Mondy sambil menuntun Raya ke kamarnya.

"Mondy Mondy hampir aja tamat riwayat lo." ucap Daniel saat melihat Mondy dan Raya telah menutup pintu kamarnya.

*

Raya duduk di atas ranjang dengan kedua kaki menjuntai ke bawah, sedangkan Mondy duduk di sofa.

"Ray, kamu tadi udah lama diluar ?" Mondy memberanikan diri untuk bertanya. Walaupun dalam hatinya ia sudah sedikit lega karena sedari tadi Raya tidak membahas sesuatu yang mengarah pada rahasianya. Dan itu artinya Raya belum tahu.

"Gak juga sih, emang kenapa ?"

"Kamu dengar sesuatu ?" tanya Mondy lagi.

Raya mengangguk mengiyakan.
"Aku cuma dengar kalian nyebut-nyebut nama Restu dan ancaman. Emangnya ada apa sih ?"

Kisah AkuWhere stories live. Discover now